THJ: 32 (Preparation)

6.9K 401 12
                                    

Playlist: Blow Your Mind By Dua Lipa
-
-
-

Gia menatap putranya yang tertidur sangat damai di pelukannya saat ini, ia usap selembut bulu kepala Theodore lalu mencium keningnya lama. "Mommy tau mungkin kau menunggu lama untuk hal ini Theo, tapi kau juga harus mengerti. Ada saatnya, dear. Saat dimana kau dan Mommy akan tinggal bersama" lirih Gia seraya mengusap pipi kemerahan putranya.

Tiba-tiba ponsel Gia bergetar, wanita itu lekas melihat si penelpon dan mengangkat teleponnya. "Ya, ada apa Sergio?"

"Maaf Nyonya, anda harus segera pulang. Saya dengar dari France, katanya Tuan akan pulang besok atau besok malam"

"Bagaimana bisa? Bukankah Alfonzo akan pulang dua sampai tiga hari lagi?"

"Saya kurang tau, Nyonya. Yang jelas Tuan akan segera pulang"

"Baiklah, terimakasih Sergio" Gia memutuskan sambungan teleponnya, wanita itu kembali menatap wajah putranya lalu mencium gurat wajah Theodore tak bersisa, air mata kembali mengalir di matanya saat menyadari kebersamaanya dengan Theodore hanya bersifat sementara.

"Gia?" panggil suara serak dari ambang pintu.

Gia menolehkan kepalanya dan menemukan Bibi Marry di ambang pintu, wanita itu menegakkan tubuhnya kemudian memperbaiki letak selimut yang menutupi tubuh Theodore dan setelah dirasa semuanya baik, ia pun berjalan mendekati Bibi Marry dengan melipat lengannya di depan dada. "Ini mimpiku, Bi. Menemani putraku tidur dan menjaganya sepanjang malam, andai saja aku bisa menarik waktu, mungkin aku akan melihat bagaimana putraku terbangun di malam hari karena kehausan atau sebagainya." Namun, lagi dan lagi Gia hanya mampu diam dan tak berani berontak, bagaimana pun kekuasaan Alfonzo diatas segalanya, nyatanya ketakutan Gia atas Theodore masih tersimpan rapih di hatinya.

"Apa yang kau pikirkan lagi, Gia? Bukankah ini mimpimu?" tanya Bibi Marry dengan kerutan di alisnya.

"Ya, tapi ini bukan sepenuhnya mimpiku, Bibi. Aku ingin membawanya, menjaganya di sisa hidupku, menemaninya saat hendak tidur dan menjadi orang pertama yang dilihatnya saat ia bangun, akankah itu menjadi nyata Bibi?"

"Sure, kau akan mendapatkan itu Gia. Mengapa kau mengatakan semua itu, kau berucap seakan tak ada harapan sama sekali"

"Apa lagi yang harus ku lakukan, Bibi? Alfonzo menahanku dan walaupun kini keadaan kami membaik tapi untuk menjelaskan adanya Theodore aku masih belum bisa"

"Aku memahaminya, Gia. Tenanglah, percayalah semua akan baik-baik saja"

"Aku hanya berharap, saat dimana aku bersama Theodore akan segera terjadi"

"Akan terjadi, sweetheart" Marry segera memeluk Gia dari samping, ia seorang ibu dan ia paham betul bagaimana perasaan Gia selama ini.

***

Alfonzo kembali ke Italia dengan wajah datar plus menyeramkannya, pria itu menatap Ben yang membelalakan matanya saat melihat jasad Kelvin yang berada gendongan Alfonzo. Jasad pria itu sudah bersih dari darah bahkan ia sudah di dandani dengan sangat baik. Alfonzo menjalankan kakinya mendekati Ben dan merebahkan tubuh tak bernyawa Kelvin diatas peti matinya.

Ben membekap mulutnya tak tahan, Kelvin adalah temannya dan ia sudah sangat lama mengenal Kelvin namun nasib pria itu sangat buruk, ia mati di umurnya yang masih muda, Ben mendekati tubuh Kelvin dan tersenyum sangat lembut. "Kau sudah tenang disana, kawan? Apakah kau sudah menemukan bidadarimu? Maafkan aku tak bisa menyelamatkanmu" bisik Ben di telinga Kelvin satu air mata turun dari pipi Ben ia segera menghapusnya.

The Heaven Jail (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang