Hari ini, Chris harus rela menjadi korban amukan Claire. Dan kayaknya hari ini lebih parah dari biasanya.
"Perasaan beberapa hari terakhir udah tenang, aman, tentram deh. Kenapa lagi kali ini?"
"Lino!"
"Iya gue tau yang bisa bikin lo meledak-ledak gini kan cuma tuh anak. Kenapa lagi yang gue tanya"
"Dia seenaknya aja, tau gak lo! Emang salah gue bela diri gue kalo ada yang bully gue? Salah gitu?!"
"Ya tapi lo jangan kelewatan juga lah"
"Gue gak kelewatan, Chris. Gue udah lama nahan perlakuan tuh bocah ke gue, tapi dia nya aja malah makin kesetanan. Habis kesabaran gue"
"...siapa emang?" Claire melirik kakaknya yang baru aja bertanya dengan nada dingin, senyumannya aja udah ilang dan dia natep Claire tajam pas Claire gak jawab apapun. "Gue tanya siapa"
"Joseph, temen liar Lino. Dia gak terima kalo Lino keluar dari dunia balap liar dan nyalahin gue. Apa urusannya sama gue coba?"
Chris menghela nafas. "Claire, sebaiknya lo gak usah ngelakuin apapun. Diemin aja, ntar tenang sendiri"
Apalagi ini? Tidak puas dengan Lino, Chris juga memintanya untuk diam saja?
"Gue gak bisa. Dia duluan yang nyari masalah, dan udah lama gue biarin"
Lagi, Chris menghela nafas. "Tapi dia itu cowok, pembuat onar juga"
"Gue gak peduli! Gue gak salah, buat apa gue takut?"
"Claire"
"Muter balik. Es krim kayaknya bagus buat dinginin emosi gue. Dan lo, gak usah banyak komen lagi"
Chris hanya bisa menghela nafas dan menuruti perintah sang adik. Dia nanti akan meminta bantuan Haris dan Ben untuk menjaga adiknya nanti.
....
Di parkiran, Lino menatap tanpa ekspresi motornya yang sudah dikelilingi Joseph dan beberapa temannya. Untungnya sekolah udah sepi, jadi dia dan Joseph tidak menjadi objek gosip lagi nantinya.
Ya walaupun nantinya tetap akan ada gosip. Tentang Lino yang dihajar oleh Joseph.
Lino tidak tau dia akan bertahan hidup atau tidak nantinya, jadi dia mengirimkan voice note ke Claire.
"Truthfully, I still and always love you"
....
Claire yang dengan semangat 45 menghabiskan es krim coklat super besar di hadapannya. Tidak tanggung, dua tangannya aktif memberikan suapan demi suapan. Masa bodoh dengan jaga image, amarahnya terlalu besar saat ini.
Chris sendiri sudah berusaha menyembunyikan wajahnya, merasa malu berada di satu meja dengan Claire saat ini.
Cewek itu mengernyit ketika satu pesan masuk dari Lino. Dia menekan tombol putar dan mendengarkan isi pesan itu.
"Gila" respon Claire melempar hp nya lagi ke atas meja, tidak peduli hp nya rusak atau tidak.
"Lo kali" balas Chris berdecak melihat wajah berantakan Claire saat ini. "Bocah"
"Diem lo, leluhur" balas Claire mengusap wajahnya dengan tisu namun Chris tampak tidak puas.
"Ke kamar mandi gih, beresin pake air"
"Lo biasanya bawa tisu basah, Chris. Make itu aja biar gak ribet"
"Gak, Claire. Lebih bagus make air, sekalian lo puas ngaca di sana" tolak Chris halus dan mencubit pipi Claire pelan agar adiknya itu tidak terlalu marah padanya.
"Cih" kata Claire beranjak pergi ke kamar mandi.
....
Mimpi itu akhirnya terwujud. Bukan Claire yang terbaring bersimbah darah, tapi Lino. Dia bersyukur karena bukan Claire. Meskipun mungkin ini akan menjadi akhir hidupnya.
Dia tidak tau sudah berapa kali dia menerima pukulan, hitungannya berhenti di pukulan ke sepuluh, pukulan telak di belakang kepalanya dan membuat telinganya berdengung selama beberapa menit dan pandangannya mulai mengabur.
Saat itu, benar kata seseorang yang mengatakan bahwa ketika kita berada di ambang kematian, maka kenangan indah selama kita hidup akan terputar kembali di ingatan kita, berharap kita akan meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa penyesalan.
Lino kembali teringat masa-masa indah dia bersama Claire. Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama di perpustakaan sepulang sekolah, bagaimana mereka menghabiskan waktu akhir pekan mereka bersama di rumah Claire atau kadang jalan-jalan tanpa tujuan.
Ketika telinganya kembali tidak berdengung dan penglihatannya tidak lagi kabur, ingatannya berubah menjadi masa-masa penyiksaan dunia dari Claire.
Ketika dia menyakiti perasaan Claire dengan sengaja, ketika dia terus membuat Claire marah dan kesal yang membuatnya sedih di dalam hati karena tidak lagi mendapatkan senyuman dari Claire, hal yang paling dia rindukan.
Sebelum pandangannya menghitam dan dia akan meninggalkan dunia ini untuk selamanya, samar-samar dia mendengarkan banyak orang mengelilinginya dan mengajaknya bicara. Namun Lino tidak tau harus merespon apa karena terlalu banyak orang bicara, fokusnya sudah menghilang.
Setidaknya, mungkin dia akan selamat.
....
Chris meloncat kaget dari tempatnya duduk ketika Claire yang baru saja kembali dari kamar mandi memukul meja kuat-kuat.
"Claire, apaan sih?" Protes Chris mengambil tangan Claire dan melihat telapak tangannya sudah memerah.
"Gak, Chris. Anter gue ke rumah sakit"
"Apaan? Cuma gini mau-" Chris diam melihat ekspresi kacau Claire di hadapannya.
"Lino...dia..." kata Claire kacau menjelaskan situasi apa yang saat ini tengah terjadi. Di saat itu, hp Chris dan Claire sama-sama berbunyi. Haris menelpon Chris, sedangkan yang menelpon Claire...
....Lino.
Chris dengan inisiatif mengambil hp Claire dan mengangkat telpon itu melihat kondisi adiknya yang tampak tidak bisa diajak bicara normal.
"Ya?"
["Maaf, tapi pemilik hp ini mengatur nomor anda sebagai nomor darurat. Apa anda bisa ke rumah sakit sekarang?"]
Chris menoleh saat Claire meremas lengannya. "Ya baik, kami segera ke sana"
Chris memutus sambungan telpon dan beralih menatap Claire. "It's okay, it's gonna be okay" bisik Chris mengajak adiknya segera pergi.
Dia tidak tau apa yang sudah Claire dengar dan apa yang sebenarnya terjadi pada Lino, tapi sepertinya dia harus bergegas.
.
....
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lee Know | Ex (Extended ver.)
Fanfiction"Orang gila yang suka ngajak ribut itu mantan gue"