Chapter 10

153 25 0
                                    

Entah karena Claire udah gak tegang lagi atau emang karena pelukan Lino nyaman banget, Claire yang biasanya kuat bergadang sampe subuh ini pelan-pelan mulai hilang kesadarannya.

"Claire?" Panggil Lino karena tiba-tiba dia ngerasa Claire lebih berat dari yang tadi (bukan karena nambah gendut ya, tapi karena gak ada kesadaran diri buat nopang tubuh dia gitu).

Pas liat muka damai Claire, Lino cuma bisa senyum. Dia matiin tv yang masih muter anime, terus gendong Claire yang masih dalam balutan selimut ke kamar cewek itu.

"Claire..." panggil Lino setelah menidurkan Claire di kasur cewek itu.

"Hmmm"

"....menurut lo, haruskah gue jujur?"

4 bulan yang menyiksa batin Lino. Meski di luar dia kelihatan senang sekali atas perbuatannya mengganggu ketenangan Claire, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa dia juga merindukan Claire di sisinya.

Awalnya, ketika pertama kali dia mendapati mimpi itu, dia memutuskan untuk melepaskan Claire agar mimpi itu tidak menjadi kenyataan. Tapi, dia justru lebih tersiksa lagi. Sekarang, ketika mimpi itu datang lagi saat dia kembali dekat dengan Claire dan bagaimana dia di dalam pelukan cewek itu, dia justru tidak ingin melepaskan pelukannya itu lagi.

"Sepertinya, gue masih sayang banget sama lo" bisiknya.

....

Claire membuka matanya secara tiba-tiba begitu mendengar suara panggangan roti dari dapur. Dia lihat keadaan sekitar dia dan baru menyadari dia berada di kamarnya, dan sekarang hari sudah berganti.

"Gue...ketiduran?" Tanya dia ke diri sendiri. "Oh, iya!" Buru-buru cewek itu keluar dari kamarnya dan lari ke dapur. Di sana, dia melihat 3Racha sedang duduk bersama di meja makan dengan roti panggang dan telur goreng sebagai teman sarapan mereka.

"Hey, want some toast?" Sapa Chris berniat membuatkan roti panggang untuk adeknya.

"Morning, Claire" sapa Haris dan Ben barengan. Claire mengabaikan dua cowok itu dan langsung ke arah Chris yang kayaknya baru pulang sekitar beberapa jam yang lalu. Baju yang dia pakai aja masih baju yang sama dengan kemarin, mukanya juga masih lusuh belum cuci muka.

"Mana Lino?"

"Lino? Dia minta gue bilang kalo dia ada di kamar"

"Aslinya ke mana?"

"Ya...emang di kamar"

"Gitu aja pake ribet jawabnya"

"PMS lo duluan ya bulan ini?" Claire mengabaikan perkataan Chris dan balik lagi ke arah kamar dia. Tapi dia enggak ke kamarnya, melainkan mengetuk pintu kamar lainnya.

"Lino!"

"Gak usah teriak" sahut Lino membuka pintu. Claire melihat penampilannya yang sudah bersiap pergi. "Baru bangun lo?"

"Konyol" jawab Claire menampar pipi Lino pelan.

"...mandi gih. Gak malu sama gue?"

"Anda siapa? Untuk apa saya malu kepada anda?"

"...sarapan bareng, yuk"

"3Racha lagi sarapan di dapur, gabung aja. Gue agak siangan makannya"

"...gue mau ngambil motor gue di sekolah"

"Ada ojek online atau lo bisa nebeng Haris atau Ben"

Lino dan Claire kemudian beradu pandang. Lino terus saja berusaha memutar arah pembicaraan mereka. Dan, sesuai keinginannya, Claire membalasnya dengan santai, tidak panik dan emosi hingga akhirnya Lino mulai mengalah.

"Ada yang mau gue omongin sama lo"

"...oke"

Mungkin, ini saatnya mereka membicarakan hubungan mereka dengan serius.

...

Jika mimpi itu akan menjadi kenyataan, Lino rasanya tidak akan sanggup melanjutkan hidupnya setelah itu. Tapi, 4 bulan berpisah dan menjalin hubungan tidak jelas ini, rasanya saja sudah sangat menyiksa Lino.

Jika saja dia tidak mengenal Chris dan Claire, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.

Claire diam selama Lino menjelaskan mimpinya dan ketakutannya selama ini. Tapi, diamnya Claire kali ini menandakan bahwa dia sedang memendam amarahnya saat ini.

"Udah?" Tanya Claire setelah sepuluh menit Lino berhenti mengatakan apapun dan menundukkan kepalanya.

"...iya"

"Oke, giliran gue" Claire melihat sekeliling. Saat ini, mereka sedang duduk di parkiran sekolah yang sepi karena hari ini weekend, hanya beberapa orang saja yang datang ke sekolah.

Tempat yang bagus buat putus.

Iya. Putus.

Penjelasan Lino bagi Claire sama sekali tidak masuk akal. Masa bodoh dengan perasaannya atau pun perasaan Lino. Jika hanya mengandalkan cinta tanpa adanya logika, mungkin Claire akan memaafkan Lino dan menerimanya lagi. Lalu apa? Itu tidak menyelesaikan semua masalah. Lino masih akan mengikuti balap liar.

"Ayo kita putus"

Lino mengangkat kepalanya lagi. Raut mukanya sedih dan tatapannya tampak dia tidak ingin itu terjadi.

"Gue maafin lo, tapi bukan berarti kita bisa balik kayak dulu. Iya, gue masih cinta sama lo. Tapi, apa? Kita bakal terus ngulang hal yang sama selama lo gak sadar letak kesalahan lo" jelas Claire kemudian beranjak.

"Kalo lo mikir gue sama Chris nerima lo hanya sebagai bentuk belas kasihan dan kita merasa terbebani karena lo, itu artinya lo yang gak mau terima apapun dari kita dan itu bikin gue sakit hati dengernya" kata Claire lagi.

"Sampe lo bisa nata ulang pikiran lo, anggep aja kita bener-bener gak pernah punya hubungan selain senior-junior saling benci di sekolah"

Claire berbalik untuk pulang duluan meninggalkan Lino yang termenung seorang diri. Saat cowok itu berniat mengejar Claire, cewek itu balik lagi sambil menahan egonya.

"Itu...bisa pesenin gue ojek online? Gue lupa bawa hp"

Claire rasanya malu banget. Baru saja dia mengatakan hal-hal keren, tapi kecerobohannya membuat dia harus menahan malu untuk meminta bantuan cowok itu lagi.

"...gue anter pulang" putus Lino.

Ya, mungkin ini lebih baik bagi mereka berdua saat ini. Semuanya bisa dimulai lagi dari awal, dengan perasaan dan pikiran yang baru.

"Take your time" bisik Claire sebelum berlari memasuki rumahnya.

.

...

.

To be continue...

[✓] Lee Know | Ex (Extended ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang