Rapat sore ini membahas masalah prom night untuk kelas 12 yang akan segera ditendang dari sekolah ini. Jika benar-benar ditendang, maka Claire akan maju paling depan untuk menendang Lino.
Lino, sebagai perwakilan utama angkatan dia menyarankan beberapa ide untuk acara nanti sementara yang lain menyimak.
Menyimak dengan senyum penuh makna saat melihat Lino sesekali melirik Claire yang diam saja selama rapat, bahkan bisa dikatakan melamun.
"Jadi, apa ada tambahan ide?" Tanya Lino setelah selesai menyuarakan idenya. Dari perkataan memang terdengar dia sedang bertanya pada semua orang, tapi jika dilihat, dia hanya bertanya pada satu orang.
'Mulai lagi deh' batin semuanya sambil masih senyum penuh makna.
Claire sebagai objek fokus semua orang di dalam ruangan ini malah keliatan cuek menggambar sketsa.
"Claire, lo ditanya tuh" tegur Wisnu.
Claire mengangkat kepalanya, langsung menatap Lino yang masih menatapnya. Cewek itu mengambil buku Yohanna selaku notaris rapat, membaca sekilas semua isi bahasan rapat kemudian memberikannya lagi pada Yohanna.
"Saya tidak ada, kak" katanya kemudian dengan memasang wajah seolah menantang Lino.
"Oh... ok, yang lain?" Tanya Lino akhirnya fokus pada yang lain.
Tidak ada yang menjawab. Ya mau bagaimana lagi? Sebelum Lino mengutarakan ide-idenya, pasti dia sudah merundingkannya terlebih dahulu dengan teman seangkatannya. Terbukti pada semua anggota OSIS kelas 12 yang tersenyum puas saat ini. Memberikan ide hanya akan mencari masalah.
Kecuali Claire. Yang sudah terkenal berani melawan seorang Lino, ketua OSIS yang disegani oleh seluruh siswa.
"Kok diem? Artinya setuju, dong" kata Lino semakin memberikan tekanan untuk anggota kelas sepuluh dan sebelas.
Claire memutar bola matanya malas. Hari ini, dia akan biarkan hidup Lino tenang meskipun cowok itu sepertinya tidak akan pernah membiarkan hidup Claire tenang.
"Ya gak bisa gitu, dong. Itu artinya saya menyalahgunakan kekuasaan saya sebagai ketua OSIS" tambah Lino membuat kepala semua orang semakin tertunduk.
Di depan semua orang, Lino memang dinilai sebagai ketua OSIS yang ramah, sopan, dan baik. Tapi di mata anggota OSIS yang memiliki kesempatan lebih berinteraksi dengannya akan mengatakan Lino sebagai seorang ketua OSIS yang hobi memberikan tekanan batin dan jiwa para anggota. Apalagi Lino di mata Claire, dia tidak hanyalah seorang psikopat gila yang hobinya meneror Claire.
Ugh. Claire paling tidak suka jika Lino sudah membuat suasananya seperti ini.
"Rapatnya selesai sampai sini" kata Claire tenang namun membuat semua orang selain Lino dan Claire sendiri panik, seolah terjadi serangan mendadak. Ya, benar juga. Perkataan Claire tadi bisa dianggap sebagai sebuah serangan mendadak juga.
Lino tersenyum miring, melihat Claire dengan tatapan mengejek. "Hooo...lo yang biasanya bantah gue sekarang diem dan nurut aja?"
'Bukannya Claire yang bubarin rapat OSIS padahal dia cuma wakil ketua itu termasuk ngebantah ya?' Pikir semuanya kebingungan melihat Lino dan Claire malah saling tatap dalam diam.
"Saya rasa ide dari kakak dan anggota kelas 12 lain termasuk yang paling bagus, karena ini acara kalian" jelas Claire.
"Tapi, bukan berarti lo berhak mutusin buat bubarin rapat" perkataan Mina barusan membuat ruangan semakin tegang.
"...maaf. Saya kira jika tidak ada bahasan lain, maka rapatnya sudah selesai"
"Ya tapi lo gak berhak-"
"Oke, rapat selesai. Gue mohon buat kalian lakuin semuanya dengan baik" kata Lino menghentikan perdebatan Claire dan Mina. Semua mungkin akan mengira Lino melindungi Claire dari serangan kelas dua belas, mereka tidak tau saja, bisa semengerikan apa Claire jika dia benar-benar marah. Bahkan kakaknya saja berani dia gigit.
"Tiada hari tanpa debat dari lo" bisik Lino sengaja pindah duduk dekat Claire. Cewek itu melirik Lino sekilas dan lanjut membereskan barang-barangnya.
'Anggap aja bisikan setan. Iman gue lumayan kuat sayangnya, setan'
"Buru-buru amat" kata Lino ketika Claire sudah bersiap meninggalkan ruangan OSIS. "Bahkan anak kelas 12 belum ada yang keluar" tambahnya.
"Bukannya rapat udah selesai?" Tanya Claire tanpa peduli tatapan kebencian dari anggota kelas 12.
Lino tertawa kecil. Menahan kepergian Claire dengan berdiri di depan pintu ruangan.
"Kenapa lo buru-buru mau keluar? Ada janji abis ini?"
"Bukan urusan kakak" balas Claire tajam.
Perbuatan mereka lebih terlihat seperti mantan, tapi semua orang mengira bahwa Claire dan Lino saling benci karena sifat mereka yang bertolak belakang.
Claire di mata semua orang adalah sosok cewek pendiam dan perfeksionis. Dia tidak akan segan memberikan pendapatnya jika dia rasa itu kurang, tidak peduli itu kakak kelas atau guru sekali pun. Jadi wajar saja jika Claire membenci Lino, bukan?
Itu di mata orang normal yang tidak dekat dengannya. Beda lagi jika yang dekat dengannya, seperti empat sahabatnya yang juga anggota OSIS serta Haris dan Ben yang merupakan sahabat Lino.
"...palingan juga sama kakak lo" cibir Lino.
Ah, karena Chris adalah alumni di sini dan dia juga memang cukup terkenal di kalangan remaja sebagai produser muda, jadi Claire juga lumayan disegani di sekolah ini.
"Dan itu bukan urusan kakak" ulang Claire dengan senyum terpaksa.
Lino tampaknya masih belum puas. Dia tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya, bahkan semakin kuat pada posisinya.
"Pamali berdiri di depan pintu. Jodohnya ntar macet" kata Claire mulai ngasal.
"...emang lagi macet, kok" kata Lino dengan suara lembut seperti berbisik sehingga hanya dia dan Claire yang dengar.
Claire menatap kesal wajah terluka Lino di hadapannya. Dia menghela nafas.
'Gue belum siap buat ngomong baik-baik' batin Claire.
"Gue kebelet pipis" kata Claire makin ngasal.
"...hah?"
"Kakak tau 'kan gak baik buat nahan pipis?"
Lino diam, memperhatikan semua anggota yang tampak ingin keluar tapi takut menyela mereka berdua, lalu beralih pada Claire yang masih menatapnya penuh tantangan.
"Oke, lo menang" pasrah Lino sedikit menggeser tubuhnya agar Claire bisa lewat.
"Makasih, kak" kata Claire berjalan keluar dengan sekuat tenaga hingga sengaja menabrak Lino sampai terjatuh.
"Lo-"
"Maaf, kak. Kebelet~" kata Claire menahan tawa nya dan berlari sekuat tenaga ke arah toilet, agar alibi nya semakin kuat.
.
...
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lee Know | Ex (Extended ver.)
Fiksi Penggemar"Orang gila yang suka ngajak ribut itu mantan gue"