Seminggu berlalu, dan keributan dimulai kembali. Kali ini berasal dari Lino dan Joseph yang dikenal sebagai murid berandalan di sekolah mereka bertemu. Lebih tepatnya, Joseph yang mendatangi Lino di ruang OSIS.
"Bisa gue sita waktu lo bentar, ketua OSIS?"
Semua anggota OSIS yang ada di sana, kecuali Claire dan Lino tampak ketakutan.
"Yang lain, keluar" perintah Lino. Yang lain tampak ingin protes, takut terjadi apa-apa pada Lino. Namun ketika melihat Claire tanpa beban keluar dari ruang OSIS, satu per satu mereka keluar dengan cemas.
"Tunggu gue, gue bakal datengin lo juga" bisik Joseph ketika Claire melewatinya.
"..." Claire tidak mengatakan apapun, hanya menatap tajam Joseph. Dia tidak takut apapun.
"Gila. Baru kali ini gue liat Joseph dari deket. Ganteng banget" komen salah satu anggota.
"Percuma ganteng kalo berandalan" sahut anggota lainnya.
"Tapi, ada urusan apa dia sama kak Lino?" Semua mata tertuju pada Claire yang daritadi diam saja.
"Jangan tanya gue. Gue kenal, tapi gak deket sama Lino" kata Claire berlalu pergi meninggalkan mereka semua.
Di dalam ruang OSIS, Lino memperhatikan gerak-gerik Joseph yang mengangkat barang, melihat, dan meletakkannya kembali namun belum mengatakan apapun.
Dia menghela nafas panjang dan mulai mengabaikan Joseph.
"Dua kali" Lino yang tadinya fokus melihat data rencana kegiatan OSIS beralih ke Joseph yang duduk di atas meja sambil memainkan pin khusus milik ketua OSIS milik Lino.
"Udah dua kali lo nolak ajakan balap liar" kata Joseph memperjelas maksudnya.
"Oh" respon Lino santai. Setelah dia dan Claire benar-benar putus, dia merasa tidak ada gunanya untuk melakukan balap liar lagi. Ini lucu, karena ketika dulu dia bertengkar hebat dengan Claire karena cewek itu tidak setuju dia ikut balap liar, Lino menolaknya.
"Kalo lo selalu menang, wajar aja lo bakal bosen nantinya" kata Joseph sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Tapi kalo ada alesan lain lo berhenti, gue bakal tertarik buat dengernya" tambah cowok itu lalu beranjak dari tempatnya ketika Lino merampas pin di tangannya.
"Selain urusan balap liar, kita gak deket buat cerita masalah pribadi" kata Lino seperti sebuah ancaman karena dia menatap tajam Joseph saat ini.
"Oh? Well, but it related, dude" kata Joseph menepuk bahu Lino. "Malem ini. Kalo lo gak dateng, urusannya makin ribet"
.
Claire menoleh saat Lino duduk di sampingnya. "Lo balik ke perpus lagi" kata cowok itu riang.
"Gak ada alesan buat gue gak ke perpus" balas Claire memperhatikan ekspresi Lino saat ini.
Kelihatan sekali cowok itu banyak pikiran, namun Claire memutuskan untuk tidak memedulikannya. Itu sudah bukan urusan Claire lagi.
"Kalo gue mati hari ini, apa yang bakal lo bilang ke gue?"
Hening. Kepala Claire tiba-tiba terasa kosong dan ada sebuah suara dengungan yang menghalang indra pendengarnya. Lino sedang tidak bercanda, dan Claire juga sedang tidak bisa berpikir cepat.
Bagaikan cahaya, kecepatan berpikir Claire tidak bisa menyusulnya. Sial.
"...jangan mati" kata Claire selanjutnya.
"Lo serius?" Tanya Lino menahan senyumnya.
"Ya"
"...oke"
Lino memejamkan matanya, menikmati tenangnya saat ini bersama orang yang paling dia sayangi di dunia.
"Gue bakal berusaha" bisiknya.
Claire menutup bukunya kuat-kuat. "Kenapa sih lo hobi banget bahas kematian di perpus? Tempat sakral ini, woy!" Kata cewek itu menjambak rambut Lino kuat.
"Kenapa lo jambak gue?"
"Perlu rambut lo buat tes DNA nanti" lalu tangan Claire yang masih memegang rambut Lino berubah menjadi sebuah elusan lembut.
"Claire"
"Apa?"
"Lo lagi sadar 'kan lagi ngapain?"
Claire memperhatikan sekitar. Banyak sekali pasang mata mulai memperhatikan mereka karena penasaran dan tidak sedikit yang menunjukkan keterkejutan mereka, namun ada juga yang tampak sudah biasa dengan pemandangan tersebut.
Claire kemudian menampar belakang kepala Lino pelan. "Haaa...ini baru style lo"
"Masochist" ejek Claire. Dia melirik Lino yang tampak sudah lebih santai. "No"
"Hm?"
"Kucing itu nyawanya sembilan"
.
"Ini yang terakhir kalinya" kata Lino menghampiri Joseph yang sudah bersiap dengan motornya.
"Siapa yang mutusin itu?" Tanya Joseph sarkas lalu memasang helmnya.
"...kalo gue menang" kata Lino membuat Joseph menoleh. Cowok itu mengangkat kaca helmnya, mencoba melihat ekspresi Lino di balik helm yang sudah dikenakannya sejak tadi.
"Gue bilang, siapa yang mutusin itu?" Balas Joseph lagi meninju dada kiri Lino, menyuruhnya agar bersiap.
Setelah tiga putaran penuh, balapan itu tentu saja dimenangkan oleh Lino.
"Tidak terkalahkan" puji penyelenggara balapan tersebut sambil memberikan hadiah balapan pada Lino.
Lino melihat Joseph sudah membuang helmnya karena kesal. Dia lalu mulai memberanikan diri.
"PENGUMUMAN! INI ADALAH BALAPAN TERAKHIR GUE!"
Sorakan memenuhi tempat, tampak kagum mendengar pengumuman Lino yang bisa dikatakan berani itu. Hanya satu orang yang tidak suka hal itu.
Yaitu Joseph.
"Lo gak akan bisa berhenti sebelum gue menang dari lo" bisiknya.
.
...
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Lee Know | Ex (Extended ver.)
Fanfiction"Orang gila yang suka ngajak ribut itu mantan gue"