Happy Reading ✨️
***
“Kamu mau ke mana? Rumah Ian ‘kan di sini, bukan di situ,” tanya Adam melihat Zaky yang malah melangkah menuju rumah papanya.
“Aku mau ketemu Kakek sebentar, nanti aku nyusul ke sana,” jawab Zaky melambaikan tangan dari pintu gerbang rumah Gavin dan Redyna. Setelahnya bocah itu menghilang dari sana, berlari memasuki rumah mewah berlantai dua.
“Om pengen berdiri di sini aja? Kalau iya, mending aku ikut Zaky kalau gitu.” Cira siap berbalik tetapi tangannya sudah dicekal lebih dulu oleh Adam.
“Nggak sabaran banget sih kamu! Ayo cepet kita masuk!” Adam menarik tangan Cira, membawa wanita itu memasuki halaman rumah Ian.
“Nggik sibirin bingit sih kimi,” cibir Cira mengikuti cara bicara sang suami.
Adam tak menanggapi cibiran Cira terhadapnya, ia justru tidak peduli akan hal itu. Tangannya terangkat memencet bel rumah kediaman keluarga Ian. Tadi saat di depan, Adam tak menemukan keberadaan satpam yang bekerja menjaga rumah ini, oleh karena itu ia langsung menyelonong masuk.
Butuh beberapa menit Adam dan Cira menunggu pintu besar di hadapan mereka terbuka. Adam yang emosian dan Cira yang tidak betah menunggu, keduanya saling menggerutu dalam hati terhadap tuan rumah yang mereka kunjungi tak membukakan pintu meski bel rumah telah beberapa kali Adam tekan.
Suami Cira sudah tidak bisa lagi mengontrol emosinya, Adam bersiap mendobrak pintu besar itu kalau-kalau sampai tidak terbuka juga. Tapi untungnya saat Adam maju selangkah, pintu itu akhirnya terbuka dan menampakkan seorang pria dewasa dengan kening mengernyit ketika mendapati Adam dan seorang wanita muda yang tidak diketahuinya.
“Adam? Kenapa kamu ke sini?” tanya pria itu.
“Kenapa?” geram Adam. Sialan, ia kesal menatap wajah sok polos pria penuh dosa di depannya ini. Jelas-jelas Adam datang untuk berkunjung dan melihat anak kedua dari pria itu yang beberapa bulan lalu telah lahir.
Kepalanya menoleh ke samping saat merasakan sebuah tangan mengusap lengannya. Cira tampak mengatakan sesuatu kepadanya, tapi Adam tidak tahu karena mulut wanita itu tak mengeluarkan suara sama sekali. Mungkin Cira hanya mengingatkan untuk tidak membuat keributan di rumah orang, tetapi Adam tak peduli.
Layaknya rumah sendiri, Adam mendorong Papa Ian hingga bergeser dan membuka jalan untuknya masuk ke dalam. Adam berjalan seorang diri memasuki rumah Ian tanpa merasa sungkan terhadap sang tuan rumah yang menatapnya aneh dari depan pintu.
Sementara Cira yang ditinggalkan suaminya mulai merasa tak enak, apalagi saat pria yang tadi membukakan pintu kini malah menatapnya penuh tanya.
“Kamu ... siapa? Kok ke sininya bisa bareng sama Adam?” tanya Papa Ian begitu ramah.
Cira memberi senyum terbaiknya. “Anu, aku ... is—“ Wanita itu tersentak kala Adam kembali dan langsung menarik tangannya, membawanya masuk ke dalam yang lagi-lagi tak menghiraukan si pemilik rumah yang mulai kesal dengan tingkah Adam.
“Saya kira kamu ngikutin saya dari belakang, Ci. Kenapa juga kamu malah diem kayak patung di tempat tadi, huh?!”
“Om nggak ngajak aku masuk bareng-bareng, ya aku diem ajalah di depan. Om gimana sih?!”
“Harusnya kamu ada inisiatif sedikit buat ngikutin saya, Cira.”
“Om beneran pinter nggak sih? Percuma kuliah sampe S2 tapi etika bertamunya nggak dipake sama sekali. Kita itu belum disuruh masuk, Om. Bahkan Om yang tadi itu nanya tapi Om nggak jawab, malah nunjukin ekspresi marah kayak gitu. Udah nggak jawab, eh malah masuk ke dalem sesuka hati, itu namanya nggak sopan dan nggak ngerti etika bertamu ke rumah orang. Aku tahu kalau Om itu cowok berpendidikan dan berasal dari keluarga terhormat, tapi menghormati orang lain kenapa Om nggak bisa? Kita ini tamu, Om, harus jaga sikap—“
KAMU SEDANG MEMBACA
The Angry Husband [Completed - Revisi]
Romans[Yuk, follow dulu akun ini sebelum membaca] * Sequel 'Gavin Is My Husband' * Disarankan untuk membaca 'Gavin Is My Husband' terlebih dahulu. 📢 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗲𝗺𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗿𝘂𝗽𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗮𝗺𝗮 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁�...