#5 Tangled (Part 1)

77 12 1
                                    

Suara cicitan burung terdengar indah dipagi hari di musim panas, tampak mata seorang wanita mengamati bagaimana sinar matahari membelai kakinya secara perlahan. Dengan senyum manis yang mampu membuat siapapun terpesona, wanita itu merentangkan tangan untuk menyambut sinar matahari paginya. Sinar yang mampu membuat hidupnya 'normal', sinar yang selalu dia gemari sejak kecil.

"Ji Won sayang, jangan terlalu lama di luar nak." 

Panggilan lembut terdengar dari belakang dirinya, panggilan sekaligus teguran yang sudah pasti membuatnya bosan.

Ji Won masih tersenyum dan tidak menoleh, "Ne, Eomma."

Langkah kaki terdengar di lantai parket dibelakang Ji Won, menghampiri dirinya yang masih asyik dengan sinar yang tengah memeluk tubuhnya kini. 

"Eomma pergi bekerja sayang, sarapanmu sudah dimeja dan jangan lupa meminum obatmu. Eomma tidak mau melihat kamu kenapa-kenapa saat Eomma pergi."

"Ne, Eomma."

Langkah kaki itu perlahan berbalik, "dan Ji Won. Jangan mencoba keluar dari rumah ini lagi."

Tangan kurus yang tadinya terulur memeluk matahari perlahan mulai turun, membuat guratan sedih pada wajah yang lima menit lalu tengah tersenyum.

"N...ne, eo..mma."

Hening.

Ji Won membiarkan angin pagi membelai rambut panjangnya, rambut yang tidak pernah dia potong sejak kecil. Semilir angin masih membelai wajahnya dan mempermainkan beberapa helai rambut.

"Kenapa?" Monolognya pada diri sendiri, hal yang selalu dia kerjakan jika dia mulai merasa sedih.

"Kenapa aku tidak bisa keluar?" 

Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, air mata yang selalu dia tahan jika Eomma-nya berkata demikian. Air mata yang tidak ada habisnya untuk dia keluarkan.

"Guk." seekor anjing bordoodle berdiri di hadapannya. 

Detik itu juga Ji Won menghentikan tangisannya, menatap nanar anjing yang juga melihat kearahnya. Ji Won segera tersadar jika dia tidak boleh menangis lagi, dia tidak boleh menangis terlalu banyak jika dia masih ingin hidup. Dia tidak boleh menangis jika dia ingin hidup untuk melihat dunia di luar rumahnya.

"Hi, Rye. Selamat pagi."

"Guk. Guk."

Ji Won tersenyum kembali, setidaknya jika dia tidak keluar dari rumah ini Rye selalu menemaninya. Hanya anjing itu yang mampu menjaganya dan melindunginya. Anjing yang sudah bersamanya sejak tiga tahun yang lalu, yang dia temukan disudut tembok pagar rumahnya tanpa disengaja. 

Anjing kecil yang tidak berdaya dan lemah tengah mengaduh saat hujan turun dengan lebatnya, membuat Ji Won tidak tahan untuk tidak mengambil dan merawatnya. Walau setelah itu dia dimarahi habis-habisan oleh Eomma-nya, setidaknya dia bersyukur dan tidak menyesal untuk merawat Rye.

*#*#*

Detak jantung Ji Won berdebar kencang, matanya membuka lebar-lebar tidak mempercayai apa yang dia lihat kini. Napasnya putus-putus, dan tubuhnya gemetaran.

"Rye-ah, apa aku sedang bermimpi?" dengan tubuh gemetar—terlalu gembiranya—Ji Won mencoba menginjak tanah berpasir dihadapannya. 

Merasakan detail setiap tekstur yang dia injak untuk pertama kali, dia tidak menyangka jika Rye bisa menemukan pintu lain untuk menuju dunia luar. Dunia yang tidak pernah dia lihat dalam 20 tahun umurnya, dunia yang dia tahu hanyalah rumah dan halamannya yang luas saja. Dunia yang dia tahu hanya sebatas tembok setinggi 10 meter yang mengelilingi rumahnya, yang sama sekali dia tidak bayangkan jika di luar tembok itu dia dapat melihat dunia sesungguhnya.

All About SeoWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang