#9 Evermore (Epilog)

118 11 1
                                    

Ji Won mengira semua akan baik-baik saja, dia berpikir keadaan akan menjadi lebih mudah setelah kepergiannya dan kembali memiliki kesibukan pada pekerjaan. Rasa sakit itu masih ada, karena tamparan wanita itu berhasil menyakiti hatinya juga terlebih Seo Joon tidak melakukan apapun pada saat itu.

Kalau Ji Won bisa melupakan rasa sakitnya pada siang hari ketika melatih Acer, pasien barunya. Namun rasa sakit itu akan kembali ketika dia akan tidur dan berbaring sendirian. Dia bersyukur bisa berada ribuan kilometer jauhnya dari Seoul, setidaknya Keluarga Connells baik dan sangat ramah kepadanya. Acer juga pasien yang menyenangkan, selalu memeluknya dengan spontan.

Ji Won tidak pernah mengira akan merindukan pertengkarannya dengan Seo Joon, saling membantah dan tidak mau mengalah. Kebiasaan Seo Joon yang selalu marah saat pagi hari berbanding terbalik dengan kebiasaan senyum jailnya ketika menggoda malam hari.

"Kamu jatuh cinta pada Seo Joon bukan?" tanya Ji Yeong.

Ji Won tersenyum lembut dan mengangguk, "Yup."

"Lalu kenapa meninggalkannya?"

"Karena dia pasienku."

Ji Yeong mendesah prihatin pada adik bungsunya ini, "Tidak ada yang salah mencintai pasien sendiri, seharusnya kamu bertahan sampai dia sembuh. Setelah kontrak selesai kalian bisa berkencan dan menjalin hubungan."

Ji Won menggeleng, "Dia tidak mencintaiku seperti seorang wanita, dia hanya mencintaiku sebatas aku penolongnya. Bukan cinta yang seperti itu yang aku harapkan."

"Aku yakin dia mencintaimu sebagai seorang wanita, bukan sebagai rasa terima kasih pada dokternya Woonie."

"Mungkin."

Ji Won kembali menatap bayi yang berada di gendongannya, melihat anak Ji Yeong yang baru berusia 2 bulan adalah kegemarannya disela kesibukannya menangani pasien anak berusia 6 tahun. Sudah hampir 3 bulan dia meninggalkan Seo Joon sejak pertengkaran terakhir, hatinya masih sakit karena pria itu lebih memilih kembali pada mantan tunangannya. 

Well, itu teori terakhir menurutnya.

Dia tidak bisa menyalahkan Seo Joon sepenuhnya, mungkin otak pria itu juga memiliki keterbatasan berpikir. Jauh lebih mudah untuk tidak mengetahui kabar apapun mengenai pria itu, hal terbaik untuk terapi otak sekaligus hatinya.

"Wonnie-ah."

"Hmm."

"Kamu tidak ingin menjelaskan apapun pada Seo Joon?"

"Nope." Ji Won menggeleng tegas.

"Kenapa aku mempunyai adik yang keras kepala?" keluh Ji Yeong.

Ji Won terkekeh, "Aku hanya mencoba berpikir logis eonni, lagi pula disini nyaman. Bolehkah aku tinggal bersama Eonni dan Hae Jin oppa? Aku bisa menjaga dua pangeran cilik ini sementara Eonni dan Oppa menghabiskan quality time dengan baik."

"Saat ini pun kamu sudah tinggal bersama kami, pasien cilikmu itu adalah tetanggaku."

Ji Won kembali tertawa geli mengingatnya, setelah memutuskan kontrak dengan Seo Joon ada tawaran lain dari pasien anak kecil. Entah kebetulan atau memang sudah takdir, tempat tinggal pasien barunya hanya berjarak dua rumah dengan kakaknya. Minggu ini adalah minggu terakhirnya melatih Acer, anak itu sudah memiliki kemajuan yang luar biasa. Dia sudah lepas dari kursi rodanya dan sudah lancar menggunakan kruk. Mungkin dalam waktu dua minggu lagi dia akan lepas sepenuhnya dari penyangga tubuhnya itu.

"Setelah semua ini selesai, apa rencanamu?" tanya Ji Yeong ketika sudah memindahkan kedua anaknya pada stroller.

Mereka tengah berada di sebuah taman, Ji Won membiarkan Acer bermain dengan anak-anak seumurannya beberapa menit yang lalu. Matanya masih mengawasi bagaimana Acer tengah tertawa bahagia bermain pasir dengan dua anak lainnya.

All About SeoWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang