#5 Tangled (Part 2)

71 9 1
                                    

10 YEARS LATER

Langkah kaki itu terhenti pada pijakan terakhir dari tangga yang bermaterial batu alam, sambil menghirup nafas dalam-dalam dia kembali melangkah santai untuk menuju tempat terakhir yang menjadi tujuannya di negara asing sekaligus negara—menurut sebagian orang—paling romantis ketiga di dunia.

Senyum cerah terpancar dari bibir gadis itu, dengan tangan kanan yang memegang ponsel dan tangan kiri yang memegang kamera gadis itu berhenti dan mulai melihat-lihat bangunan klasik di sekelilingnya. Memotret sebanyak mungkin detail bangunan dan juga memotret kegiatan-kegiatan penduduk serta turis yang datang kesana.

Trevi Vountain, 83 Via Della Stamperia, Lazio-Roma, Italia.

Ji Won menatap puas pada penglihatannya, kakinya kembali melangkah menuju tempat yang menjadi sasaran utamanya di kota ini. Sedikit berlari kecil dia segera menuju tepi kolam air mancur yang sarat akan pengunjung, dia tidak salah memilih waktu. Pagi hari disaat orang baru bangun, Ji Won sudah berada disana. Ditambah dia juga tidak perlu berpanas-panas ria di siang hari, walau tempat itu masih nyaman karena terhalang oleh bangunan-bangunan tinggi. Tetap saja udara pagi jauh lebih nyaman dibanding siang hari.

"Aah.. koin."

Tangannya kini merogoh saku celananya, mencari koin untuk dilemparkan ke dalam kolam tersebut. Walau itu hanya sebuah mitos belaka, paling tidak dia pasti coba karena baru pertama kali ke tempat ini. Terlihat tidak keren, tapi dia tidak perduli.

Ji Won segera menutup mata begitu dua buah koin sudah terlempar dengan sempurna pada kolam utama dibawah patung, menyatukan kedua telapak tangan dan berkata.

"Sampaikan maafku padanya dan buat Park Seo Joon bahagia selalu."

Katanya dalam hati, detik berikutnya setetes air mata turun perlahan membasahi pipi bagian dalam wajahnya. Air mata rindu yang dia tahan selama 10 tahun terakhir, air mata penyesalannya pada pria itu. Pria yang entah sekarang ada dimana, pria tulus yang memperkenalkan dunia padanya.

Ji Won membuka matanya, menarik nafas. "Konyol. Tapi aku percaya padamu." Bisiknya pada patung Alegoris yang terdapat tepat dihadapannya.

"Sta chiedendo di essere sposata, signorina?"(1) seorang penduduk setempat menyapanya, membuat Ji Won menoleh dan hanya melemparkan senyum pada pria yang ia perkirakan sudah berusia 60 tahun.

"No, non quello." (2) Jawabnya sambil tersenyum.

"Aah, peccato. Che bella donna e sicuramente buona, sono sicuro che tuo marito sarebbe il ragazzo che e solo buono come te." (3) Canda pria tua itu yang mau tidak mau membuat Ji Won tertawa.

"Davvero? Spero di essere cosi', signore." (4)

Pria tua itu ikut tertawa, "Sei una giovane donna amichevole, da dove vieni?" (5)

Ji Won tersenyum manis, "Vengo dalla South Koreano." (6)

Pria itu kembali mengangguk, "Wow.. South Koreano, finora. Siete in grado di parlare bene i'italiano. Potrebbe il vecchio vi invita ad uma colazione insieme." (7)

Ji Won tersenyum, dia memang senang belajar bahasa asing dan bahasa Italia ini salah satu bahasa yang dia kuasai diantara lima bahasa lainnya yang dia bisa.

"Certo, perche no." (8)

*#*#*

Kedua orang asing tersebut melangkah bersama menjauh dari kolam air mancur tersebut, sepanjang perjalanan Ji Won diajak berbincang sambil menuju tempat yang pria itu maksud.

All About SeoWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang