#9 Evermore (Part 3)

64 12 1
                                    

"Istirahat dulu sebentar." Kata Ji Won dengan suara pelan karena merasa bosan seharian ini.

Seo Joon berlatih pada palang dari pagi hingga siang, berjalan perlahan walau masih sesekali menyeret kakinya. Tubuh pria itu bermandikan keringat sehingga membuat seluruh pakaiannya basah kuyup, Ji Won juga ikut kelelahan karena terus berdiri disamping Seo Joon. Membantu kaki Seo Joon bergerak dengan langkah yang benar, setelah itu dia akan berjongkok sampai terduduk di lantai.

Seo Joon dan harga dirinya memang kombinasi yang menyebalkan, dia selalu tidak mendengar ucapan Ji Won. Yang dia lakukan hanyalah mencengkeram palang besi dengan gigi merapat penuh tekad, lalu mengeluarkan erangan kesakitan sesekali hingga tubuhnya harus bersandar lesu pada palang. Setiap kali Ji Won mencoba menghampiri dan menyentuh Seo Joon, tapi belum sempat dia menyentuhnya pria itu segera menarik bahu ke belakang dan memulai lagi proses menyakitkan itu dari awal.

Semua otot Seo Joon terlihat keluar karena dipaksakan bergerak, tapi pada akhirnya kaki kirinya bergerak dengan lebih diseret dengan kaki kanannya. Yang jelas, Ji Won dapat melihat kaki itu bergerak. Dia kemudian berdiri terpaku disebelah Seo Joon, wajah bosannya seketika terganti dengan basah karena air mata yang turun secara diam-diam ketika memperhatikan pria itu.

"Shit!" bisik Seo Joon pada dirinya sendiri dengan tubuh bergetar karena tenaga yang dia kerahkan untuk mencoba berjalan selangkah lagi, "Come on man!"

Ji Won tidak mampu menahan lagi, dengan tangisan tercekat dia segera menghambur dan memeluk pinggang Seo Joon dengan erat. Mengubur wajah cantiknya pada lekuk bahu yang bersimbah keringat, membuat Seo Joon hampir kehilangan keseimbangan dan sejurus kemudia dia ikut memeluk Ji Won dengan erat.

"Sst, jangan menangis. Kamu terlihat jelek ketika menangis, baby."

Ji Won mengangguk dan mengusap kasar air matanya, "Terus ulangi, semakin sering oppa melakukannya akan semakin mudah untuk kedepannya. Tapi, jangan memaksakan diri secara berlebihan karena itu bisa mencederai sekaligus membuat gerakan menjadi aneh saat kelelahan. Aku tidak mau oppa terjatuh sehingga bisa mengalami patah tulang tangan atau kaki dan semua usaha ini nanti akan terasa lebih menyakitkan."

"Lalu kapan?"

Ji Won menggeleng melihat kegigihan pria ini, Seo Joon memang tidak suka menunggu. Pria itu selalu memaksakan segala sesuatu dengan tidak sabaran. "Aku bisa memberikan perkiraan kasar seminggu lagi."

"Tiga minggu tanpa tongkat."

Kata Seo Joon setelah menghitung dan berkeras kepala, membuat emosi Ji Won mulai naik. Sepuluh minggu tinggal bersama Seo Joon membuat Ji Won sangat hafal sifat pria itu, Seo Joon akan memusatkan semua pikiran dan tekad untuk bisa berjalan tanpa tongkat. Ji Won yakin Seo Joon akan berhasil mewujudkannya, segera.

Mata Seo Joon terlihat begitu semangat, "Aku sedang memikirkan untuk kembali bekerja."

Ji Won terdiam, Seo Joon melanjutkan lagi pembicaraannya. "Aku mungkin bisa melakukannya dari sini, tapi tidak mau mengganggu antara pekerjaan dengan terapiku. Bagaimana menurutmu untuk bulan depan? Apakah saat itu kemajuanku sudah cukup jauh sehingga bekerjapun aku bisa tanpa mengganggu jadwal terapiku?"

Tenggorokan Ji Won terasa tersumbat, kontraknya dengan Woo Shik hanya menyisakan dua minggu lagi. Setelah itu Seo Joon akan melanjutkan terapi dengan asistennya, karena terapi selanjutnya jauh lebih mudah.

"Bulan depan oppa sudah bebas dari jadwal terapi dan bisa melanjutkan jadwal pekerjaan seperti biasa. Jika oppa ingin melanjutkan program latihan, oppa bisa melakukannya disini. Oppa memiliki semua peralatan yang dibutuhkan disini, oppa bisa jauh lebih santai menjalankannya. Hal yang perlu dilakukan hanya tetap mempertahankan kondisi seperti ini dan tidak lagi membutuhkan pelatihan intensif. Kalau oppa mau, aku bisa membuat schedule agar tubuh oppa tetap bugar."

All About SeoWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang