#7 Lavenders Blue (Part 1)

105 15 1
                                    

Langkah kaki tergesa menyeruak pada lorong kosong pada sebuah rumah sakit, tampak seorang pria yang memasang wajah khawatir setelah mendapat kabar mengenai kondisi sang Ayah pagi ini. Ayah yang sangat dia sayangi yang membesarkannya seorang diri setelah Ibunya meninggal ketika dia masih bersekolah menengaah atas. Ayah yang menjadi idola untuknya sekaligus sosok yang dia kagumi, Ayah yang selalu ada untuknya kapanpun dan dimanapun, Ayah yang selalu mengutamakan dirinya diatas semua kepentingan pribadi.

Mendapat telepon dari dokter ditengah-tengah rapat, pria itu segera meminta asistennya untuk segera menggantikannya sehingga dia bisa menuju rumah sakit segera. Si Asisten hanya bisa mengangguk mengerti rasa panik yang didera si Bos, dia segera menyuruh bawahannya untuk mengantar si Bos ke Rumah Sakit dengan tenang. Menggantikan si Bos dalam memimpin rapat mingguan dengan para direktur juga beberapa manager.

Pria itu membuka pintu dan matanya segera mencari sosok yang dia khawatirkan, nafas lega dia hembuskan ketika melihat si Ayah tengah berbaring dan menonton televisi dihadapannya. Dia segera menghampiri si Ayah dan duduk dikaki ranjang.

"Appa gwaenchana?" tanyanya dengan tenang, matanya menatap kondisi si Ayah mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Nan gwaenchana." Jawab si Ayah dengan tenang, membuat puteranya bisa menghembuskan nafas lega.

Pandangan mata pria itu beralih pada seorang suster yang tengah memeriksa peralatan dan perlengkapan, "Permisi Perawat Lee, bisakah saya bertemu dengan Dokter Kang?"

Perawat yang sudah berumur itu hanya tersenyum, "Dokter Kang akan kesini sebentar lagi Tuan Park, beliau sedang berkeliling melihat kondisi pasien yang lain."

Si Ayah terkekeh kecil, membuat puteranya bertanya-tanya. "Jangan mengganggu waktu sibuk dokterku, Seo Joon-ah. Ayahmu ini sudah lebih baik dari satu jam yang lalu, jangan terlalu berlebihan mengkhawatirkan kondisiku terutama pada dokter super sibuk seperti Dokter Kang."

Perawat Lee tersenyum mengangguk, "Benar Seo Joon-ssi, kondisi jantung Tuan Park saat ini sudah kembali stabil. Mungkin besok dia sudah bisa kembali pulang ke rumah, anda tidak usah cemas."

"Benar apa yang dikatakan Perawat Lee, jantung Appa masih bisa berdetak. Appa harus tetap sehat untuk bisa menggendong cucu Appa nanti, kecuali jika kamu memang tidak ada niat untuk memberikan Appa cucu."

Seo Joon mendengus mendengar ucapan Ayahnya sendiri, itu pertanda jika kesehatan Ayahnya memang benar-benar sudah lebih baik setelah terkena serangan jantung tadi pagi.

"Kalaupun aku menikah besok, tidak mungkin Appa bisa langsung mendapatkan cucu bulan depan. Seorang anak itu dibuat Appa, bukan diunduh secepat file internet."

Perawat Lee hanya bisa tertawa kecil melihat pertengkaran Ayah dan Anak yang sudah biasa dia lihat setiap Tuan Park sering bolak-balik masuk kamar VIP ini.

"Oleh sebab itu segeralah mencari pasangan, agar Appa bisa melihat cucu Appa."

Seo Joon mecebikkan bibirnya, "Appa, membuat anak jauh lebih mudah dibandingkan dengan mencari isteri. Bagaimana jika aku memberi cucu saja?"

Tuan Park memasang wajah kesalnya lalu dengan sebal menendang anak kesayangannya itu walau masih lemas, membuat Seo Joon tertawa geli melihat protes Ayahnya itu.

"Dasar, anak menyebalkan. Appa tidak pernah mengajarimu mempunyai anak diluar pernikahan."

Seo Joon mengaduh ketika pahanya terkena tendangan si Ayah, memandang ngeri pada Ayahnya. Bagaimana jika barang berharganya yang terkena tendangan?

All About SeoWonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang