17. S1 - Chapter 17

91.7K 1.8K 25
                                    

Kaki digetarkan pada pijakan meja sekolah, hari ini adalah ujian terakhir. Gra-gara semalaman Al bermain pes dengan Rendy ujian fisika hari ini menjadi tidak fokus. Kedua mata memicing mencoba menengok pada sang gadis yang cukup serius didepan samping kirinya. Merasa diawasi, Afa menengok ke belakang dan memberikan senyum miringnya.

"I Love You" ucap Al tanpa mengeluarkan suara, mulutnya hanya bergerak mangap-mangap tapi Afa tau apa yang diucapkan Alvaro. Alis Afa naik sebelah, tangan kiri diangkat untuk menopang dagu menghadap kekasihnya.

"Gak bisa ya? Dih...." Suaranya berbisik pelan, tapi Al tau Afa mengejeknya. Al memutarkan bola matanya dan kembali fokus pada kertas ujiannya.

"Banci bisa bucin ya." ucapan Haidar yang bangku ujiannya berada disamping sebelah mengambil penuh perhatian Al.

"Kenapa sih lo selalu kayak gitu, heran gua" Tanya Al.

"Lo tau gak ini gambar apa?" Kertas buram disodorkan Haidar kehadapan Al, kertas yang seharusnya untuk menghitung angka angka fisika benar-benar kosong dan hanya ada gambar alat kelamin wanita. Al tidak bodoh tapi ia kembali meletakkan kertas tersebut dimeja Haidar.

"Mending lo kerjain deh itu soal daripada gambar gak jelas kayak gitu."

"Wah... Lo tau gak, ini emang cuman gambar... Tapi aslinya-" Al menghembuskan napas berat, dan jari memijat pelipis. Hari ini Haidar benar-benar berbicara yang tidak penting dan membuat konsentrasinya buyar.

"Gua pikir lo homo." Ucapan Haidar lagi-lagi mengambil atensi Al. Al mendelik menghadap Haidar.

"Kurang ajar nih, gua lebih doyan susu daripada batang." ucap Al dalam hati

Al mendekatkan kepalanya, seolah berbisik kepada Haidar

"Lo tau gak, yang lo gambar sama aslinya tuh jauh beda. Selain anget, kalo becek enak."

"Halah paling lo juga diceritain si Rendy hal yang kayak gitu" Al geram, ingin berbicara lebih jauh lagi tapi percuma. Haidar gak ada abisnya kalau bahas masalah beginian. Benar-benar Al ingin mencangkul kepala orang yang ada disampingnya ini, ah tapi ngapain_-

*****

"Tadi saya nemu ini mas jatuh diparkiran, saya pikir ini memory punya sekolah. Pas saya cek bener, tapi saya juga gak nyangka isinya." Pak Slamet memberikan memory kecil kepada Rendy.

"Kenapa dikasih ke saya pak?"

"Sekarang saya paham mas, kenapa mas waktu itu masuk ruang informasi. Ada bentuk sebuah keadilan yang seharusnya dibeberkan secara jelas mas. Dan mas ada disitu waktu itu"

"Ha?" Rendy masih bingung dengan ucapan Pak Slamet yang bertele-tele.

"Ini CCTV pojok ruangan Pak Joko mas."

"Bapak nemu dimana?!"

"Diparkiran, udah kotor banget. Kayaknya gak ada yang tau terus diinjak injak. Sepertinya jatuh deh mas."

"Oke pak makasih, bapak berjasa banget trus pak ka—"

"Itu yang cewek yang sering sama mas Alvaro ya?" Rendy mengangguk

"Wah, pantesan."

"Kenapa pak?" Pak Slamet segera menggeleng kepalanya.

"Udah ya pak, saya mau prosesin ini semua, nanti saya beliin rokok." Rendy melangkah pergi tapi langkahnya terhenti akibat ucapan pak slamet.

"Mas beneran mau nyelametin itu cewek?" Rendy tersenyum dan mengangguk pergi.

"Kasian mas Alvaro" Pak Slamet menunduk kan kepala.

*****

Hari ini adalah hari terakhir Afa dan Al menjalankan ujian akhir, mereka berencana sehabis pulang sekolah akan makan siang bersama. Kaki dilangkahkan menuju parkiran, Alvaro sedikit tidak bersemangat karena menghadapi gadisnya yang jingkrak-jingkrak gak karuan.

"Yee!!!! Ujiannya udah selesaaiii, kita bisa jalan jalan dong, main main sambil nunggu ntar pengumuman kelulusan dan wisuda." Afa loncat loncat di belakang Al dengan menekan kedua bahunya.

"Fa, jangan loncat kyk gitu berat ihhh!! Pendek ntar aku."

"Gapapa biar aku cepet tinggi." Al melengos

"Kamu udah gabisa tinggi, yang ada aku malahan yang bungkuk" Afa hanya tertawa lalu pindah berjalan disamping Alvaro.

"Tadi ujian kamu gak bisa ya, hahaha kasian." Tawa Afa pecah mengejek Alvaro disampingnnya.

"Bisa kok."

"Enggak! Kamu kebingungan tadi hahahah" Kalau bukan pacar udah disempelin daun ini cewek.

Kepala ditolehkan ke samping, Al baru sadar melihat penampilan Afa yang amburadul. Ikatan rambutnya sudah longgar, baju seragam keluar, dasi miring. Astaga kenapa Al bisa pacaran sama gadis seperti ini. Tapi bagaimanapun penampilannya Al tetap sayang.

"Astaga ... Rambutmu itu loh." Alvaro berhenti ketika didepan mobilnya, dan menarik cepat tali rambut Afa yang sudah diujung.

"Balik badan!" Al memerintah Afa balik badan agar bisa dengan mudah memasang kuncir dirambutnya dengan cantik. Kedua tangan diangkat, Al dengan telaten mengambil anak rambut Afa yang berjatuhan dan dijadikan satu dibelakang. Lamaaa sekali, tapi Al berusaha membuat penampilan gadisnya lebih ringkas. Rambut Afa kali lebih rapih yah meskipun Al mengikat rambutnya terlalu kencang hingga rasanya dahi Afa ikut tertarik kebelakang. Tapi Afa bersyukur, senyumnya sumringah menghadap Alvaro.

"Makasih." Afa menyubit gemas ujung hidung Alvaro.

"Minggir, aku mau masuk." Tubuh Alvaro yang sedari tadi menghalangi pintu masuk didorong kasar.

"Belom selesai!" Al menyambak rambut Afa dari belakang dengan pelan, padahal kalau rusak Al bakalan menyesal karena ia sudah susah payah mengikat rambut yang setelah kumpul, jatuh, kumpul lagi, jatuh, sampai sikunya pegal.

"Kenapa?! Kuncir doang aelah ... Lu mau krimbat gua juga sekalian?" Dahinya Afa berkerut, ia menegakkan badannya kembali menghadap Alvaro.

"Bajumu keluar semua, gak rapih." Alvaro menarik pinggang Afa agar lebih dekat, tangan kanan masuk melalui celah rok bagian atas. Baju yang keluar sekarang rapih, tapi bukan Alvaro namanya kalau gak iseng.

"Apanih?!" Alvaro menangkup vagina Afa dari luar celana dalam.

"Udah keluarin tangan kamu!! Masukin baju sragam doang lama banget, cari kesempatan pula!" Afa menarik tangan kanan Alvaro yang parkir didalam rok.

"Hahahahah, imut banget kalo marah-marah."

TBC

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang