48. S2 - Consultation

17.1K 789 60
                                    

Langkahku telah sampai dibalik pagar rumah, aku menundukkan kepala menatap tanah yang bertahun-tahun aku pijak bersama keluarga kecilku. Kali ini keputusanku sudah mantap. Aku memutuskan meninggalkan rumah kokoh yang pernah kita jadikan tujuan pulang bersama. Aku menatap rumah kita dulu, mengedarkan pandangan melihat halaman rumah yang begitu kotor. Aku yakin, Alvaro tidak mungkin mau membersihkan rumahnya.

Hhh ....

Menghembuskan nafas saja rasanya berat, entah aku tidak pernah menyangka akhir kisahku seperti ini. 

Hari ini aku kembali ke rumah 'kita' untuk mengambil barang-barangku dan bergegas berpisah rumah dengan Alvaro. Aku masih bingung dengan hati dan pikiranku sendiri, apakah aku memilih melepaskan atau mengobati? Entah saat ini aku masih belum memiliki keputusan bulat untuk bercerai.

Suasana rumah masih sama, diruang tengah aku disambut foto pernikahan kita dan foto keluarga yang masih terpajang sempurna. Aku menatap senyum kita bertiga. Alvaro tampak gagah dan terlihat lebih muda, begitu juga dengan Ryu, dengan setelan jas berwarna navy dan senyuman yang memperlihatkan giginya. 

Ah, Bahkan aku tidak tahu sejak kapan Ryu memiliki gigi karies? Hm ... Ibu seperti apa aku yang tidak tahu tumbuh kembang putranya.

Sebelum aku mengambil bajuku aku pergi ke dapur, melihat menu makan hari ini, memastikan apakah pria yang memiliki status calon duda sudah makan atau belum.

Sudah dipastikan, sepertinya Alvaro terburu-buru pagi ini. Sekotak martabak manis tanpa kacang tersisa setengah. Aku yakin ini adalah martabak semalam. Alvaro biasa membeli martabak tanpa kacang karena aku memiliki alergi, tidak kusangka ia masih mempertahankan menunya meski kita sudah tak serumah.

Aku meninggalkan meja makan dan berlanjut menuju kamar. Tak mau berdiam lebih lama di rumah yang penuh kenangan ini, aku memutuskan segera mengambil baju di kamar.

Pintu kamar terbuka. Wangi Alvaro. Sepertinya Alvaro tidur di kamar utama, kamar kita berdua.

Ah, aku rindu.

Aku berpikir sejenak, membuka almari lebar-lebar. Sialnya, aku lupa baju kita masih satu almari. Bagaimana aku tidak makin rindu.

Hhh ....

Come on Fa, jangan sampai tujuanmu kesini merubah keputusanmu.

Setelah memasukkan baju kedalam koper, aku segera beralan ke kamar Ryu.

Oh my God. Rapih. Sepertinya Alvaro setiap hari membersihkan kamar Ryu. Aku menoleh ke meja belajar, laptop Alvaro parkir sembarangan.

Ah, sepertinya Alvaro menelesaikan pekerjaannya disini.

Pfft, Sepertinya, sepertinya, sepertinya! Inilah aku. Seorang ibu dan istri yang hanya bisa menduga-duga.

Sebelum hari makin siang dan aku harus menemui seseorang, aku memutuskan untuk segera pulang. Hm, berat sekali rasanya meninggalkan tapi egoku tak bisa di lawan lagi. Aku benci dengan keadaan. 

Keadaan yang membuatku benci dengan Alvaro.

Ya Tuhan... Aku kembali di landa kebingungan! 

Jangan tanya bagaimana perasaanku, aku sungguh bingung. Melepaskan Alvaro adalah salah satu keinginanku, tapi melihat usahanya setiap hari membuatku tidak sanggup berpisah dengannya.

Entah ini Alvaro memang benar-benar berubah, atau hanya rayu semata.

Alvaro setiap sore hingga malam berkunjung ke rumah orang tuaku. Siklusnya masih sama, menangis, memohon dan meminta maaf, bahkan tak jarang pula Alvaro membeli makanan untukku.

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang