43. S2 - Tugas Bahasa Indonesia

16.9K 830 121
                                    

Flashback on

"Emang keren ya kalau main motor gitu?" Tanya Ryu kepada temannya yang berbeda usia.

"Tergantung sih, kalau motornya mahal ya keren." Ryu mengangguk menyetujui.

"Minta aja Ryu sama bapak kamu, kan kamu anak dokter." Ryu hanya diam sambil menyebikkan bibirnya.

"Aku balik ke kelas dulu ya."pamit Ryu kepada teman-temannya.

"Pakai parfum dulu ya Ryu, bau asap." Ryu mengangguk lalu masuk sekolah melewati pintu belakang.

Di depan pintu kelas 6 terlihat ramai, sepertinya tidak ada guru di dalam kelas. Ryu melihat teman-temannya yang main kejar-kejaran dari jarak jauh. Tiba-tiba temannya berhamburan masuk ke dalam kelas. Dari kejauhan guru Bahasa Indonesia keluar dari kantor. Begitu menyadarinya, Ryu segera ikut berlari memasuki kelas juga.

"Anak-anak. Ibu kasih tugas ya nanti dikerjakan. Minggu depan adalah hari ayah, kalian buat surat betapa sayangnya kalian sama ayah kalian, betapa kagumnya sama ayah kalian. Sebagus mungkin pokoknya. Nanti dibaca di rumah ya, di video di depan ayahnya, terakhir pengumpulan minggu depan." Jari Ryu yang memegang pensil 2b lemas seketika.

Apa yang akan Ryu tulis? Apa mau ayahnya di ajak membuat tugas Bahasa Indonesia? Mengingat suasana di rumahnya amat kaku, Ryu menebak ayahnya tidak akan mau membantu. Ah lebih tepatnya Ryu takut untuk meminta bantuan sang ayah.

Pelajaran Bahasa Indonesia berjalan lancar, hanya saja beberapa kali Ryu terpikirkan oleh tugas sekolahnya. 

Matahari mulai naik, bel pulang sekolah berbunyi, banyak siswa yang berhamburan menunggu jemputan masing-masing. Ryu menoleh gang yang biasa dijadikan basecamp nya, lalu ia melangkahkan kakinya ke warung.

Awalnya Ryu berniat membeli rokok, tapi sekelibat bayangan ibunya dibentak ayah menumbuhkan rasa tidak tega didalam hatinya.

"Mau beli babol." Nasehat ibunya dipakai.

Ryu menengok gang lagi dan dengan langkah berat ia menuju gerbang sekolah menunggu jemputan.

Jam tangan Ryu terasa lambat, Ryu merasa buang-buang waktu menunggu jemputan yang tak kunjung datang. Buku pelajaran di keluarkan, Ryu terpikirkan tugasnya lagi.

Hah... Nafasnya berhembus kasar, Ryu mengambil pensil dan buku tulis dari dalam tasnya dan mencoba menulis sebaik mungkin tentang sang ayah.

Halo Ayah...
Hari ini Ryu mendapat tugas Bahasa Indonesia menulis surat buat ayah. Sejujurnya Ryu bingung harus menulis apa. Ibu guru bilang Ryu harus menuliskan kehebatan Ayah, kegaguman Ryu pada Ayah, sayangnya Ryu pada Ayah. Tapi Ryu benar-benar bingung, rasa sayang yang seperti apa yang harus di tulis. Ryu cari contohnya di google tapi cerita tentang ayah didalamnya tidak seperti cerita Ayahku.

Ayah adalah orang baik. Dulu sering mengajakku ke swalayan membeli es krim. Ya meskipun ayah sering marah-marah tapi ibu bilang kalau ayah becanda. Tapi aku tahu itu bukan becanda. Ibu juga seringkali mendapat bentakan dari ayah, ibu bilang lagi itu becanda, aku pun jadi terbiasa begitu ketika mendapati ibu menangis, jawabannya adalah Ayah becanda. Tapi Ayah... Ibu seringkali terisak sewaktu di mobil saat mengantarku ke sekolah. Aku tidak tahu jelas ibu kenapa, tapi Ryu mohon ayah tanya ke ibu 'kenapa ibu menangis?' Apa ibu sedih juga lihat aku jadi anak nakal? Aku memang anak nakal, sering membuat Ayah marah dan Ibu menangis, tapi Ryu sayang sama Ayah Ibu. Ryu gak mau Ibu sama Ayah gak bobok bareng lagi kayak ayah ibu temen-temen Ryu yang ada di gang. Ryu gak mau Ibu sama Ayah berpisah kayak orang tua teman-teman.
Ryu gak tau ini menulis tugas apa, meskipun tugasku salah Ryu cuma pengen ngomong ke Ayah, tolong tanyain ke ibu tiap kali ibu nangis tuh kenapa? Karena setiap Ryu nanya ibu jawabnya gakpapa. Oh iya, hari ini aku gak main ke gang lagi yah, aku inget semalem ayah nemuin vaporku dan bentak-bentak ibu. Ryu gak suka. Ayah bentak Ryu aja, jangan Ibu. Ayah pukul Ryu aja, jangan Ibu.  Ryu gak bakal nangis kok. Suer. Aku hari ini juga gak ngerokok lagi yah, aku beli permen karet, uang saku ku juga sisa. Kayaknya kalau aku belom juga dijemput sampai jam 3 sore aku bakalan naik angkot atau bis pakai sisa uang saku ku. Ayah maafin Ryu ya kalau Ryu nakal, tapi sebenernya bandelnya Ryu karna pengen di ajak ngobrol sama Ayah. Ryu pengen main sama Ayah, Ryu pengen menulis cerita liburan bareng keluarga kalau ada PR. Ah, tapi Ayahku kerja. Ayahku suka cari duit.

Gakpapa. Biar kelak aku juga jadi orang kaya hehehe. Ryu sayang Ayah dan Ibu.

Buku tulisnya ditutup, Ryu membaca berulang kali tulisannya. Meskipun tulisannya tidak begitu bagus, ia yakin nanti Ayahnya pasti bisa membaca.

Jam menunjukkan hampir pukul 3 sore. Ryu berjalan menuju halte, pikirannya kalut, otaknya berputar mencoba menyelaraskan isi surat dan keadaan keluarganya. Mengingat wajah sembab ibunya ketika keluar kamar, dan ayahnya yang baru bangun tetapi keluar dari kamar tamu, membuat Ryu meremas kedua tangan erat-erat.

Ia tidak kuat. Ryu menyadari isi suratnya kembali. Rasanya ia seperti anak yang tidak memiliki orang tua. Ryu merasa tidak dirawat oleh orang tuanya terutama ayah.

"Hiks...." akhirnya air mata bocah kelas 6 tersebut tumpah. Ryu berjongkok di trotoar, menangis sejadi-jadinya. Hatinya sakit, sampai kapan ia sanggup dengan semuanya. Rasanya Ryu tumbuh di keluarga yang jauh dari sempurna.

"Huhuhu, ayaaahh, ibuu." Lama menangis dengan berjongkok membuat kaki Ryu terasa kebas. Ryu bangun dan berjalan mendekati halte, menunggu transportasi umum yang lewat. Karena rasanya sangat lama dan Ryu tidak mungkin berjalan kaki pulang, ia memutuskan untuk mengambil buku matematika menutupi wajahnya yang sembab lalu tidur sejenak.

Sedangkan di sisi lain, ada mobil sedan dari kejauhan melaju melewati halte begitu saja.

Flashback off

"Kita udahan aja lah! Kita urus surat cerai!" Alvaro membentak istrinya yang sedang menangis di ruang makan.

Ceklek...
Pintu rumah terbuka kala senja sudah tenggelam dan langit berubah menjadi malam. Seorang laki-laki di ruang tamu meletekkan laptopnya di atas meja dan menatap siapa yang membuka pintu.

Anak laki-lakinya dengan seragam merah putih yang lusuh.

Alvaro berdecak malas dan berteriak memanggil istrinya.

"Fa! Anakmu yang katanya gak main di gang baru pulang ini loh!" Alvaro berkacak pinggang menatap Ryu yang diam saja menunduk.

"Ryu? Darimana aja?" Tanya Afa mendekati dan membuka baju seragam anak laki-lakinya.

"Tadi Ryu ketiduran."

"Halah!" Alvaro mengambil majalah yang tergeletak diatas meja dan digulung hendak memukul Ryu.

Belum saja kertas tebal bergulung melayang ke punggung anaknya, Alvaro mendapati ada darah keluar dari hidung Ryu.

"Ryu?" Afa mencoba mengembalikan kesadaran anaknya.

"Iya bu? Ah ini Ryu capek aja. Ryu pulang jalan kaki tadi makanya kecapekan." Ryu lalu menggapai tangan ibunya dan mencium punggung tangannya, lalu ia mendekati sang ayah dan meraih tangannya.

"Ryu hari ini gak main di gang. Tadi ketiduran pas lagi nunggu jemputan. Maaf." Ryu mencium punggung tangan Ayahnya, lalu Ryu pergi memasuki kamar mandi dengan mengusap darah yang sudah menetes di bawah hidungnya.

TBC
Aku gak bisa nulis surat sedih. Apalagi ke orang tua. Maaf kalo feelnya kurang nyampe😭😭

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang