"Aku kebelet pipis dari tadi" Afa melebarkan mata tak percaya.
"Oh.. Kalo lewat depan macet. Mau pipis dibotol?"
"Whatt?!!" Al mendelik. Gila apa!
"Yah gimana lagi, jalan yang lebih deket macet. Kalo puter balik agak jauh, kamu mau tahan pipis lebih lama lagi?"
"Kita puter balik aja, lagian jorok banget" Ucap Alvaro dengan bibir cemberut.
"Ok.. Okeeyy" Afa menganggukkan kepala dan kembali memperbaiki duduknya.
Arah putar balik cukup sepi, membuat Alvaro lebih leluasa mengendarai mobil dengan kecepatan maksimal. Wajahnya semakin resah, kedua pahanya diapit susah payah karena Al juga menginjak pedal gas.
"Kalau malu pipis dibotol berhenti aja, Al kan juga bisa pipis dipinggir jalan" Kata Afa mendekat dan mengelus pipi kiri Alvaro
"Ah.. iya sih tapi.." Al menggigit bibir bawahnya
Flashback On
Tangan kiri diangkat untuk melirik jam. Sudah jam setengah 8 malam, latihan renang telah usai 2 jam yang lalu, tapi kenapa Alvaro terlambat pulang? Itu dikarenakan Al harus menunggu kiriman filter dari online shop bersama Rendy.
Kaki melangkah keluar dari kolam renang indoor, nafas berat berhembus. Hujan turun sangat deras, Al tidak membawa jas hujan karena cuaca buruk datang sangat tiba tiba belum lagi hari ini Rendy nebeng dikarenakan mobilnya dibawa ke bengkel.
"Terobos ujan aja yok?" Ajak Al, dan Rendy mengangguk.
Motor Seri Honda CBR berwarna merah berjalan perlahan menuju pos satpam SMA nya dengan 2 manusia yang mulai basah akibat menerobos hujan.
"Loh mas Al baru pulang?" Tanya pak slamet satpam sekolah, dan Al hanya mengangguk ramah
"Pak saya nitip laptop ya, hari ini saya gak bawa jas hujan"
"Mas pakai jas hujan saya aja, kebetulan saya kan shift malam, jadi bisa mas bawa" Al hanya membalas dengan senyum sungkan, tapi pak slamet menyodorkan jas hujan dan memaksa Alvaro menerimanya.
"Kebetulan kan mas berdua sama temennya dan jas hujan saya kelelawar jadi bisa dipakai bareng. Ya meski cuma satu kepala doang sih"
"Oh gapapa kok pak, saya terimakasih banget malah, pak slamet udah mau pinjamin jas hujan sama kita" Ucap Al dengan memakai jas hujannya.
"Yaudah pak mari"
Motor merah kembali melaju melewati jalanan biasa menuju apartemen. Ah tapi nasib benar-benar buruk, Al harus putar balik melewati jalan yang lebih jauh karena aspal jalan depan ambrol.
"Kenapa Al balik lagi??" Rendy berteriak dibalik jas hujan yang membuatnya sedikit meringkuk agar pinggang bagian belakangnya tidak terkena hujan. Suara Rendy juga terdengar sayup-sayup akibat teredam suara hujan dan tertutup mantel sehingga membuat Al harus menggunakan pendengarannya dengan baik.
"Jalan depan dtutup, aspalnya ambrol, kayaknya direnovasi" Rendy hanya mengangguk angguk meski tidak mendengar apa yang dikatakan Al.
Jalan alternative yang mereka pilih cukup lenggang, karena juga tidak ada pemukiman disekitarnya terlebih waktu sudah semakin malam, dan belum lagi cuaca yang hujan deras.
"Rend, berhenti bentar ya, mau kencing gua" Motor berhenti dipinggir jalan dekat pohon-pohon jati besar. Alvaro yang masih menggunakan mantel berjalan dibalik pohon yang sedikit masuk lebih dalam detemani Rendy yang masih dibelakang ikut berjalan menunduk meringkuk dibalik jas hujan
Setelah urusan Al selesai, mereka melanjutkan perjalanan. Motor berlaju menerobos hujan, melewati pepohonan besar, kuburan yang sudah 2 kali lewat, dan pohon-pohon tebu yang tidak ada penerangannya sama sekali. Alvaro mengehembuskan napas berat, didepan sebelah kiri terdapat kuburan lagi, tapi tunggu..
"Shit!! Pocong anjir! Pocong Ren!!" Alvaro gelagapan. Dari kejauhan terlihan sebongkah makhluk diikat dengan kain putih lusuh, basah dengan tanah coklat yang cukup kotor berdiri dipinggir jalan depan kuburan.. Mau gimana, putar balik adalah hal yang mustahil.
"Pocong Ren!! Gua harus gimana?!" Suara Alvaro bergetar. Rendy yang dibalik jas hujan dengan posisi meringkuk sangat bersyukur bukan dirinya yang melihat.
"Iya Al gua pegangin pinggang elu dari belakang, terobos aja udah" Suara Rendy bergetar. Tidak bisa dipungkiri Rendy adalah seorang penakut dengan urusan yang beginian. Tapi Al juga gak jauh beda. Bukan Al saja, sepertinya semua orang bakalan takut jika dihadapkan makhluk ini secara nyata.
"Ya Allah... Permisi lewat doang kita gak ganggu kok" Motor Al mulai mendekat didepan kuburan, makhluk semakin jelas, dapat dilihat ikatannya kokoh diatas kepala, tubuhnya berdiri tegap menghadap arah jalan.
Tangan berusaha menarik gas lebih kuat lagi, Al merasa usahanya sudah maksimal tapi motor ini melaju dengan kecepatan standart. Roda berputar semakin mendekat.
Sudah pas didepan kuburan.
Al merasa makhluk tersebut mengawasinya, Al menyipitkan mata berharap ia tidak terlihat semakin jelas dan jangan sampe tiba-tiba loncat mendekat.
Flashback Off
"Turun aja, aku gak ngintip kok" Alvaro dirundung kebingungan. Mobil berhenti dipinggir jalan yang masih dilalui kendaraan 1 2
Mending gua diintip Afa daripada diintip pocong, yah meski sekarang masih siang bolong.
"Mana botolnya, aku pipis disini aja deh" Afa menahan tawa dan mengambil botol sisa minum mereka.
"Nih" Tutup botol dibuka Afa, Alvaro dengan terburu-buru membuka pengait celana jeansnya.
Kepala ditumpu dengan tangan kiri, melihat Al pipis didepannya adalah hal yang langka sehingga Afa tidak menyia-nyiakan kesempatan.
"Astaga! Afa apaan sih?!" Afa kembali mengembalikan kesadaran dan beralih menatap jalanan.
Currr~~~
Napas lega Alvaro berhembus. Bodo amat gak ada jaim-jaiman sekarang, daripada kencing dijalanan bikin penghuninya marah, yang ada malah dicegat.
"Tisu sayang." Suara Alvaro bersamaan dengan ujung penisnya yang masih dihentakkan didalam botol. Afa menoleh dan tersentak kaget melihat Al yang kebingungan mencari tisu basah untuk membersihkan penisnya. Bukan. Bukan Alnya sih. Mata Afa tertuju langsung pada batang didepannya.
Afa dengan gugup merogoh tas dan mengambil tisu.
"Tisuin dong." Alvaro berniat menggoda Afa, tapi reaksinya membuat Al kaget. Bagai dapet rejeki nomplok Afa dengan gugup mendekat dan memegang batang didepannya.
Tangan halus Afa dirasakan membelai lembut penis Alvaro, ujung penis dilap dengan telaten. Karena dirasa Afa memegangnya dengan gugup dan gemetaran membuat penis Al menegang. Mata Alvaro memandang kepala Afa yang semakin mendekat ke selangkangannya, Afa mendekat dan mengelap dari ujung kepala penis menuju pangkal batang. Kepala Afa mendongak memandang Alvaro yang masih tidak menyangka Afa mau melakukan hal ini. Saliva diteguk susah payah, baik itu Al maupun Afa.
"Nanti aja dirumah dibersihin lagi, ini dijalan."Afa memasukkan penis Alvaro kedalam celana dalamnya dan menegakkan tubuhnya kembali duduk diposisi semula.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORE [21+] Re-Upload
RomanceAlvaro Gianluigi, seorang siswa SMA yang dunia tau ia adalah siswa yang pandai, polos, dan atletis. Tetapi orang terdekatnya berkala lain. Sisi Alvaro sebenarnya adalah maniak terhadap hal-hal berbau s3x, termasuk menonton video dewasa dan menyelesa...