44. S2 - Supermarket

16.4K 759 96
                                    

Flashback on

Beberapa kali poni hitamnya yang mulai panjang jatuh kedepan, pasalnya hari ini ia mendapatakan tugas menggambar anatomi jantung manusia. Alvaro kesulitan dengan posisinya yang tidak nyaman menggambar di lantai, karena terlalu menunduk.

"Lama-lama aku botakin juga nih rambut!" Alvaro sebal dan mengerucutkan bibirnya. Berbeda dengan sang istri yang sudah mulai hamil tua, ia tertawa dan mengambil kuncirnya yang menganggur di meja rias dan beralih duduk didepan suaminya.

"Jangan ngambekan gitu ah, sini aku kuncirin." Alvaro masih menggerutu, tapi ia menurut dan menyodorkan kepalanya.

"Kayaknya aku harus potong rambut deh sayang." Alvaro menegakkan badannya. Dengan tampilannya yang menggunakan kaos tanpa lengan dipadu dengan otot yang terlihat, lalu tampilannya rambut poninya yang dikuncir berdiri, membuat Afa yang hamil tua ingin menjambak suami imutnya ini.

"Jangan!" Afa melotot.

"Biar apasih, aku risih." Afa tetap kekeh menggelengkan kepalanya.

"Biar anak kita imut. Kamu kalau gini imut banget. Beda sama biasanya."Alvaro cemberut.

"Ya imut enggaknya mah tergantung pabriknya, ini kan pabriknya premium. Pasti imutlah! Apalagi kalau mirip aku."Alvaro merubah posisi dan mengambil ancang-ancang tengkurap demi melanjutkan gambarannya.

"Aku gak mau kalau dia mirip kamu. Gak suka aja gitu." Afa kembali memperhatikan gambaran suaminya yang menurutnya tidak begitu bagus.

"Kenapa?! Ganteng tau!"

"Ya mikir dong, aku yang hamil 9 bulan, aku yang muntah-muntah tiap hari, aku yang ngelahirin, eh pas keluar mirip bapaknya, bukannya mirip aku." Alvaro tertawa terbahak-bahak. Sadar dirinya sebentar lagi akan menjadi seorang bapak, ia merangkak mendekat ke perut sang istri.

"Kalau kamu cewek, kamu mirip mama aja nak, cantik, agak mesum sih, tapi jangan ya ...." Afa mendelik tidak terima. Bukannya selama ini yang mesum suaminya?!

"Kalau kamu cowok, kamu harus jago renang, biar gedenya jadi buaya. Gak kaya ayah, pacarnya cuma satu, baru ngerasain satu eh disuruh kawin."

"ALVARO GILA LO! Gimana sih doa bukannya yang baik-baik!" Lagi-lagi Alvaro tertawa. Entah kenapa di hari-hari mendekati tanggal kelahiran yang sudah ditentukan bidan, ia semakin semangat menjahili istrinya.

"Ututu, maaf maaf ...."Alvaro duduk dan beralih memeluk kepala istrinya.

"Apapun adeknya nanti, cewek, atau cowok, aku cuma berharap dia gak bakalan nyakitin hati ibunya. Itu aja."

Flashback off

*****

Tiba-tiba suasana ruang keluarga menjadi hening, tidak terdengar teriakan Alvaro, tidak terdengar isakan Afa, hanya angin dingin Ryu yang pergi meninggalkan kedua orang tuanya begitu saja.

Afa menatap noda darah yang ada pada punggung tangannya, dan matanya kembali berair. Kemudian ia berlari mengejar Ryu menuju kamar tidur.

Berbeda dengan respon Alvaro, ia mencoba meneguk susah salivanya yang tiba-tiba berhenti di pangkal tenggorokan, lalu menghirup nafas panjang demi mencoba tidak mempercayai akal-akalan anak lelakinya.

"Akting aja terus, nakal kok malah di buat-buat." Alvaro menggerutu sambil menekan tombol turn on pada laptopnya.

Sedangkan di sisi lain, Ryu menangis tersedu-sedu di meja belajar. Apa yang didengarkan hari ini di balik pintu rumah terdengar benar-benar nyata. Ayahnya meneriakkan kata yang paling menakutkan seumur hidup Ryu.

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang