Dentingan antara piring dan sendok menggema di ruangan kamar minimalis sebuah apartemen. Bibir ditekuk berlipat-lipat kala pujaan hati muntah sembarangan ketika berpelukan. Ya siapa lagi kalau bukan Alvaro. Toh faktanya meski dia talk to much, padahal statusnya masih belum sehat.
"Bau ya?" tanya Alvaro ketika menatap wajah Afa yang tidak bersahabat.
"Maaf ...." Afa hanya mengangguk sambil mengelap bekas muntahan yang sudah dibilas dengan air.
"Aakk ...." Alvaro membuka mulut kala Afa menyodorkan sendok di depan wajahnya.
"udah ah." tangan Alvaro menepis piring yang dibawa Afa pelan.
"makan lagi, tadi muntah." Alvaro tetap kekeh menolak makanan didepannya.
Ah, sial. Sia-sia Afa pergi ke supermarket membeli sayur, belum lagi ia juga naas nabrak orang dijalan, dan sekarang Alvaro muntah sembarangan.
Hah!
Pada akhirnya Alvaro lidahnya masih pait hm.
"Periksa ya nanti." Alvaro menggelengkan kepala.
Lalu keduanya hening. Di mata Afa, seorang Alvaro masih membawa luka. Harusnya hari ini adalah awal untuk memulai semuanya kembali, toh semua yang ditanyakan sudah jelas. Tapi entah, rasa egois masih menggerogoti hati. Di tatapnya wajah pucat Alvaro yang bersender di ranjang. Apakah cinta masih ditemukan di sana? Apakah semuanya berdasarkan keseriusan bukan dari nafsu belaka.
Oh iya, nafsu!
"Sumbernya aku sakit kan gara-gara ditinggalin kamu, sekarang udah mulai sembuh karena kita udah balikan." Alvaro tersenyum menatap kedua bola mata Afa yang melamun kosong.
"Kata siapa kita balikan?!" Alvaro mendelik. Lalu selimutnya disibak kasar dan Al merubah posisi yang semula berselonjor menjadi bersila.
"Lah, kan tadi kita udah pelukan."
"Emang yang pelukan bisa dikata pacaran?" Alvaro mengangguk ragu.
"Jadi kamu sama Widi pacaran?" Alvaro menggeleng, tangan Alvaro yang tadi di kedua lengan Afa jatuh seketika.
"Masih aja dibahas sih."
"Kenapa harus meluk sih?! Salaman doang kan bisa! Itu namanya bukan simpati. Cowoknya aja yang ganjen, nyari nyari kesempatan! Dasar nafsu!" Afa menekankan sendok ke piring dan menyuapi Alvaro kembali, tapi bedanya kali ini sedikit kasar.
"Aduh iya iya maaf. Jangan marah kalo lagi nyuapin, nanti aku keselek sendok." Kata Alvaro sedih sambil memegang batang lehernya.
"Tadi kita udah pelukan, udah ciuman, malahan kamu yang nyip-"
"Makan tuh diem. Jangan sambil ngomong." Sahut Afa sambil menyuapi mulut Alvaro lagi. Malu. Afa masih malu ketika Alvaro mulai membahas hal yang lebih intim secara frontal.
Setelah makanan habis, Afa pergi ke dapur untuk membersihkan sisanya. Berbeda dengan Alvaro yang menggulung dirinya di balik selimut dengan bibir terus mengembang.
"Aku mau pulang." Alavaro berjingkat, dan turun dari ranjang ketika mendengar Afa memasuki pintu kamarnya.
"Lah jangan doooongg ...." Alvaro mendekati Afa mencoba memeluknya.
"Aku pulang ke rumah, bukan ke apartemen, jadi gak bisa sampe malem." Alvaro menjatuhkan bokongnya ke kasur.
"Kangeenn ...." Gemes rasanya melihat Alvaro mengerucutkan bibir.
"Tapi Al-"
"Mana sempat, keburu pengen." Afa ditarik dan duduk di pangkuan Alvaro.
Ini adalah satu dari beribu pertanyaan yang Afa pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORE [21+] Re-Upload
RomanceAlvaro Gianluigi, seorang siswa SMA yang dunia tau ia adalah siswa yang pandai, polos, dan atletis. Tetapi orang terdekatnya berkala lain. Sisi Alvaro sebenarnya adalah maniak terhadap hal-hal berbau s3x, termasuk menonton video dewasa dan menyelesa...