Slow aja bacanya, jangan terburu-buru.
Aku mengingat proses perceraian kami kemarin, dan aku baru tahu. Masalah kami adalah kesalahpahaman yang berkepanjang. Kita terlalu tenggelam dengan ego kita masing-masing, dan akhirnya karena sikap kita yang tidak dewasa berdampak kepada putra kami.
Flashback On
Berada diruangan kecil bersama orang yang selama ini membubuhkan luka dan kerinduan.
"Apa kabar?"Alvaro nampak pucat, ia sedikit kurus ku kira. Tapi aku berusaha tidak peduli.
Hari ini adalah sidang perceraian kami, aku memutuskan cerai dengan cara baik-baik. Sepertinya Alvaro sudah menerima keputusanku.
"Baik. Kamu?"Alvaro mengangguk.
"Makasih ya. Aku belajar banyak selama kenal kamu." kata Alvaro.
Astaga. Alvaro benar-benar menyerah!
"Mau sharing cerita gak?"Alvaro memberi tawaran. Sepertinya ini akan menjawab segala pertanyaanku. Hari ini aku ingin egois, aku ingin mendengarkan penjelasan Alvaro lebih dulu.
"Sok, kamu cerita dulu." Alvaro tersenyum, ia membenarkan duduknya.
"Aku dulu pernah suka sama temen sebangkuku."
Astaga Alvaro mau cerita apa sih sebenernya!
"Sampai aku berambisi gimana caranya harus dapetin dia. Singkat cerita, finally! Akhirnya aku berhasil. Dulu aku merasa romance banget jadi cowok-"
Iya sih dulu Alvaro romantis banget.
"-sok pahlawan, sok manis, sampai sikapku dalam berpacaran berlebihan."
"Aku kira batas dalam berpacaran itu sekedar ciuman doang, tapi aku salah. Nafsu lebih besar dari perkiraan. Waktu itu usiaku baru lulus SMA, dan jadi mahasiswa baru." Alvaro bersender di kursi, kurasa ia mengingat-ingat momen kita sedari muda.
"Kalau orang bilang usia segitu masih anget-angetnya buat mikirin masa depan."
"Eh tapi aku salah, aku malah disuruh kawin. Gak sedih sih, toh aku nikah sama orang yang aku harapin sejak SMA. Tapi aku gak pernah mikir kalau aku sebagai cowok harus memikul beban segitu beratnya."
Alvaro terbebani? Dengan pernikahan kita? Ah, harusnya aku juga sadar sih dari awal!
"Aku gak pernah mikir, kalau nikah tuh bukan cuma sekedar hahah hihi sama pasangan doang. Dari situ aku mikir gimana caranya aku membiayai keluargaku."
Ah, benar juga!
"Aku bingung di usia segitu aku harus puter otak cari duit, buat bayar kuliah kita berdua dengan jurusan yang dipandang orang mahal banget. Aku nerusin usaha bokap, tapi emang passionku bukan di dangang. Jadi aku gagal. Trus kita menikah memiliki rumah sendiri, bukan bareng orang tua. Disitu bebanku bertambah, aku harus bayar kebutuhan rumah tangga sendiri tanpa bantuan orang tua, memenuhi hak istriku."
"Aku stress."
Aku berfikir sejenak. Sepertinya benang permasalahan kami sangat panjang.
"Sampai suatu hari, aku ditampar bokap. Karena bokap tau istriku kerja diem-diem. Dari situ aku merasa gak berguna banget jadi suami. Aku gak mungkin tega-tegaan biarin istriku banting tulang. Dan satu lagi dia bohongin aku, alasannya kerja kelompok di rumah temen. Eh taunya dia kerja, aku ngerasa disini yang makin kalah dan bego tuh aku sendiri."
"Lalu, setelah kejadian itu. Istriku bilang kalau dia hamil. Aku makin stress." Alvaro menghirup napas dalam-dalam.
"Karena menurutku waktu itu kehadiran orang baru membuat beban ekonomi semakin membengak."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMORE [21+] Re-Upload
Roman d'amourAlvaro Gianluigi, seorang siswa SMA yang dunia tau ia adalah siswa yang pandai, polos, dan atletis. Tetapi orang terdekatnya berkala lain. Sisi Alvaro sebenarnya adalah maniak terhadap hal-hal berbau s3x, termasuk menonton video dewasa dan menyelesa...