18. S1 - Chapter 18

90K 1.7K 50
                                    

"Cepetan Alvarooo!!!" Teriak Afa diseberang telefon, Al hanya mengernyitkan dahi dan menjauhkan ponsel dari telinga sembari Al memandangi sekitar berharap orang-orang di indoapril tidak mendengar teriakan dari ponsel Alvaro.

"Astaga, aku bingung beli yang mana, merek apa, warna apa?" Bisik Al mendekatkan bibirnya ke ponsel

"Beli yang merek biasanya, yang malam, yang ada sayap"

"Aku kan gak tau kamu pake apa biasanya"

"Gimana sih kamu gak pernah perhatiin aku ya, dasar gak pengertian"

Tut..

Al mendelik, bibirnya sedikit melongo. Kali ini penampilannya sudah cukup rapih, dengan rambut yang ditata seadanya, memakai celana jeans, kaos hitam dan jaket denim abu-abu, macho sekali pokoknya, tapi kualitas stylenya menurun kala ia sedang berdiri sendiri mengahadap deretan pembalut di rak supermarket.

"Ya mana gua tau dia biasa pake yang mana" Al mencebikkan bibir dan memutar balik tubuhnya berniat bertanya kepada kasir, tapi belum sampai didepan kasir, Al kembali lagi sambil menggaruk rambutnya kasar.

"Ah bodo amat lah daripada malu" Al mengambil pembalut apa saja didepannya dengan kasar.

Setelah dilanda kebingungan Al melajukan motornya untuk pergi ke apartemen Afa.

*****

Brakkk!!!

Wajah tampan Rendy dihantam dengan kamus tebal keras-keras. Rahangnya ngilu, matanya kunang-kunang, hampir saja ia pingsan. Kesadaran kembali penuh kala Pak Joko menarik kerah baju Rendy kasar.

"Makin lama makin kurang ajar ya kamu?!" Rendy melengos dan tertawa mengejek

"Kurang ajar mana bapak sama saya ha?"

Brak!

Kepala dibenturkan di etalase piala, tangan kiri ditarik kebelakang tubuh Rendy diapit oleh Pak Joko.

"Kalau semua tau, bapak bakalan menyesal saya yakin itu" Kata Rendy dengan nafasnya yang sudah lemah

"Saya yang menyesal atau kamu?" Pak Joko berbisik sengit di telinga Rendy, Rendy hanya menelan ludahnya. Bukan takut. Ia hanya lelah. Setelah piket menguras kolam dan mengatur jadwal latihan klub renang, ia sengaja berjalan menuju deretan kelas X untuk memberitahu Bintang bahwa Rendy akan langsung pulang, karena mengingat kelas 12 sudah tidak ada kegiatan setelah ujian. Ah tapi niatnya batal karena berpapasan dengan Pak Joko dan Pak Joko mengajak Rendy ke ruangannya.

Pak Joko semakin mengeratkan kungkungannya, tangan Rendy sudah pegal, ingin membalikkan keadaan tapi tubuhnya sudah sangat lelah.

"Mana memory cardnya."

"Gak ada pak." Pak Joko tidak tinggal diam, tangan menggeledah seluruh tubuh rendy, dari saku baju, saku celana, hingga perbuatan Pak Joko membuat Rendy kaget dan kesadarannya penuh kembali. Tangan Pak Joko memasuki celana kain Rendy, Rendy kira Pak Joko akan mencari dimana letak memory yang disembunyikan, tapi dugaannya salah. Tangannya merambat keselangkangan, penis Rendy digenggam dan diremas erat oleh Pak Joko.

"Guru kurang ajar!!" Rendy membalikkan badan dengan kasar dan menonjok pipi Pak Joko hingga tubuhnya jatuh.

Tas ditarik, Rendy misuh-misuh keluar dari ruangan Pak Joko, rasanya semakin kesini semakin gila. Semakin ia ikut campur urusan Afa semakin celaka juga dirinya.

*****

Tok tok... Al mengetuk pelan pintu apartemen Afa

Ceklek!

Afa menarik kasar bungkusan kantong Indoapril yang dibawa Alvaro

"Yang..." Al menahan pergelangan tangan Afa, Afa hanya menoleh dengan wajah badmood.

"Ada susu aku disana" Afa merogoh kantong kresek dan melemparkan susu bearbred Alvaro diatas sofa, lalu berjalan meninggalkan Alvaro yang didepan pintu.

Alvaro terdiam, mata menatap punggung kekasihnya yang sudah menjauh memasuki kamar tidur. Pintu apartemen ditutup, bokongnya mendarat di sofa, susu kalengan mulai dibuka, kaki kiri gemetaran

"Kok aku gugup sih." Al mengelus tengkuknya.

Lama menunggu hingga 1 kaleng susu dan 1 bungkus Lais habis, Al mulai gusar. Apakah gadisnya marah? Kenapa belum keluar dari kamar? Jangan-jangan bunuh diri? Hahaha sinetron kali..

Al bangun dari duduknya, kakinya berjalan mendekat ke kamar.

Tok tok..

"Afa..."

"Sayang.."

Tidak ada balasan dari dalam. Al mencoba membuka pintu kamar Afa yang tidak dikunci.

"Astaga. Kamar cewek..." Al menggelengkan kepalanya melihat buku, kertas-kertas berserakan dilantai. Memang sih 2 hari lagi Al dan Afa akan tes ujian masuk universitas jadi mau tidak mau mereka harus belajar lebih giat. Mata diedarkan ke atas kasur. Celana dalam, bra, kaos pendek dan beberapa shortpant berserakan.

"Abis ngapain sih." Alvaro terheran melihat semuanya.

Dari kamar mandi kedengengernnya Afa sibuk, mandi selama itu, pancuran kran deres banget ngapain aja coba?

"Fa... Kamu ngapain sih kok lama banget?"

"Lagi nyuci selimut, yang disuruh kelamaan jadi bocor kemana mana." omel Afa dari dalam.

"Ya lagian udah tau bocor kenapa masih aja selimutan?" diam tidak ada balasan dari dalam.

Ceklak! Pintu terbuka Alvaro berjingkat kaget, kali ini matanya salah fokus Afa hanya memakai handuk setinggi dada.

"Kamu tuh salah bukannya minta maaf malah jawab aja!" Oke kali ini Alvaro mencoba mengalah. Al harus lebih memahami, ini adalah hari pertama Afa PMS, kata orang-orang sih ya wajar aja biasanya hari pertama cewek suka sensitive.

"Iya deh maaf, sok atuh dilanjut" Al membalikkan badannya.

"Mau kemana?!"

"Mau beresin kamar ndoro yang berantakan."

"Jangan kabur, aku belum marahin kamu"

Brakk! Pintu tertutup.

"Belum marahin apanya, orang dari tadi marah-marah mulu." Al memungut kertas-kertas yang berserakan dan dijadikan satu, lalu menatanya diatas meja belajar.

"Ya lagian aku mana tau softek dia biasanya tuh yang mana, ditanya marah, gak ditanya ya apalagi." Al menggerutu sendiri sembari mengambil pakaian dan sepasang pakaian dalam Afa lalu memasukkannya ke dalam almari.

Setelah semuanya beres tubuh dihempaskan di atas kasur nyaman Afa. Matanya mengedarkan pandangan, pemandangan kamar Afa mengingatkan dulu waktu mereka berdua tidur bersama. Al tersenyum simpul, mengingat kejadian lucu waktu ketahuan nonton video porno.

"Kapan ya kamarmu jadi kamar kita?" Al ketawa cekikian sambil menatap langit- langit.

TBC

Koreksi jika ada typo.

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang