51. S2 - Meet Up?

23.5K 933 131
                                    

Switzerland! Keputusan yang sangat buruk, kenangannya malah berlarian kesana kemari. Honeymoon kami dulu ke negara yang terkenal dengan Charlie Chaplin dan coklatnya ini, dan itu sungguh kenangan yang sangat membahagiakan. Hihi, ya kan pengantin baru. 

Tapi berbeda dengan sekarang. Aku berpisah dengan seseorang yang mengajakku berlibur ke Swiss terakhir kali. Aku terlalu gila dengan financial planningku sebagai kepala rumah tangga. Aku ditinggalkan.

Ah, meninggalkan? 

Aku ditinggalkan atau meninggalkan sih?

Aku korban atau pelaku sih? Atau lebih tepatnya pelaku yang kena karma, ya kan.

Sedih sekali mengingat semuanya, tapi bodohnya aku malah berpindah dan menuju kemari. Hm, ini sih bukan menghindar tapi mengupas kembali.

Ah rindunya ....

Ini sudah lewat beberapa bulan sejak aku memutuskan untuk pindah negara, dan berpindah profesi. Aku seperti orang kesusahan mencari pekerjaan disini, dan akhirnya usahaku jatuh pada pelatih renang anak usia sekolah dasar. Anak Eropa tidak usah di ragukan lagi kemampuannya, sangat mudah diajar. Hanya saja disini aku sempat keterbatasan bahasa. Terlalu susah beradaptasi sebenarnya.

Huh, entahlah aku harus berkata apa. Ini adalah fase awalku, seharusnya aku harus bersyukur. Toh orang bilang roda berputar kan, ibarat mobil mungkin saat ini rodaku berputar, lalu lepas dan tinggal 3, itupun dipinjam orang-orang untuk mengusir nyamuk, sungguh sedih ya.

Aku merindukan anakku, sudah hampir setahun, sepertinya minggu depan aku akan terbang pulang mengunjungi makam Ryu.

Bohong gak sih kalau aku pulang berdasarkan kangen sama Ryu bukan ibunya? Hehe .... Ya sebenarnya rindu keduanya, tapi yang satu lagi apa hakku? Mungkin Afa sudah menemukan yang baru, atau sudah menikah?

Oh Tuhan, jangan sampai aku mencoba bunuh diri lagi jika itu terjadi.

*****

Rasanya hampir gila, setiap hari bertanya-tanya apa yang membuatku resah dan kesulitan. Aku sadar. Jawabannya ada pada dirimu. Kamu bilang akan menjagaku, tapi kamu malah meninggalkanku. Harusnya aku sudah hafal langkahmu bagaimana jika kita dalam keadaan sulit. Kamu selalu pergi. Selalu saja pergi. Tapi kini pergimu benar-benar tak ada jejak sama sekali. Bahkan kamu tak pamit. Padahal aku masih berharap kita selalu dalam lingkup bahagia meski sudah bukan pasangan kekasih.

Harusnya kamu bilang, kamu pergi, meninggalkanku, dan tidak menyukaiku lagi dengan lantang. Kamu tahu bahwa selama berbulan-bulan aku hampir setiap hari merengek tidak jelas. Sejujurnya aku merindukanmu, mungkin aku sudah gila, bahkan aku rindu kamu bentak. Kamu tahu kenapa? Karena aku adalah wanita yang cinta dengan segala bentuk yang ada pada dirimu.

Dulu saat aku merasa sakit aku berjanji untuk tidak tertipu lagi pada semua kalimatmu, tapi kamu tahu wanita manapun bisa jatuh dengan cinta. 

Hal ini terjadi saat hari itu. Tatapanmu, pengakuanmu di pengadilan, rasa bersalahmu, dan apa yang kamu lakukan terakhir kali kepadaku saat aku melamar kerja.

'Good job?'

Aku hampir tidak percaya jika itu menjadi kalimat perpisahan kita. 

Aku tidak mengira menjadi wanita dewasa akan sesulit ini. Lalu bagaimana kebahagiaanku? Kamu kira aku bahagia dengan semua yang terjadi? 

Hufft ....

Hari ini aku harus pergi ke pemakaman, berdiam diri di rumah tanpa penghuni bisa membuatku menangis seharian. Iya tanpa penghuni! Ingat gak, terakhir kali dia bertanya apakah aku masih memegang kunci rumahnya? Huh, ku kira dia berharap aku main seharian lalu kita berdamai kembali. Ternyata aku salah. Malahan yang aku datangi adalah rumah kosong penuh kenangan yang ditinggalkan tanpa alasan. 

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang