2. S1 - Gairah?

261K 4K 86
                                    

"Hidup serampangan adalah bentuk dari penyiksaan diri. Hal itu akan menyakiti dirimu sendiri lebih sakit dari apapun. Tapi, ketika kalian terbiasa itu akan menyenangkan." Tulisnya di sticky note, lalu ia tempelkan di rak buku meja belajar.

Benar. Buat apa berbaik diri jika tidak ada yang menghargai.

Jam menunjukkan pukul 7 seorang gadis tersentak dari tidurnya. Gara-gara menonton drama korea hingga malam suntuk, ia terlambat ke sekolah.

"Sekarang hari senin!"

Ia segera ke kamar mandi dan bergegas pergi ke sekolah. Sebelum memegang gagang pintu, matanya mengedar ke seluruh ruangan. Apartemennya cukup berantakan. Bungkus dan kulit kacang yang berserakan, beberapa kaleng beer yang sudah penyok, buku yang habis dibaca tak ditutup lagi, belum lagi minuman dengan topping boba yang sudah tumpah.

Hah! Dan gadis tersebut sudah terlambat.

Baiklah, keputusannya kali ini adalah membiarkan semuanya dan berlari menuju ke sekolah.

Dari kejauhan terlihat pintu gerbang sekolah sudah ditutup dan sepertinya teman-temannya telah selesai melaksanakan upacara bendera.

"Ah, sial. Kenapa gue kemarin begadang sih. Telat lagi kan jadinya." Ia membenarkan topi dan mengeratkan tasnya, lalu larinya melesat hingga sampai depan pagar sekolah.

"Afa lagi. Bosen ya tiap hari liat kamu telat terus." Kata guru laki-laki di depannya.

"Pak ... tolong buka pagarnya saya cuma telat dikit" rengek Afa pada seorang guru yang berparas garang.

"Dikit katamu? Kau pikir ini sekolah bapakmu ha! Tiap hari telat, saya muak ngadepin kamu terus-terusan. Percuma kalo pinter tapi gak disiplin. Baju dikeluarin, rok diatas lutut. Kamu itu siswi harus punya sopan santun. Orang tua kamu gak ngajarin kamu attitude yang baik ya?!" Bentaknya.

Afa POV

Tadi itu Pak Joko. Guru tersensitif beberapa tahun terakhir ini.

"Ah ... pantesan gak ada yang ngajarin sopan santun ... gimana kabar bapak kamu yang dipenjara?"

Lagi. Pak Joko selalu mengungkit perihal keadaan keluargaku. Ya orang kayak gini yang membuatku menjadi siswi berandalan, gak semangat hidup lagi. Bukannya memotivasi malah menjatuhkan semangat diri.

Kedua mataku mulai buram. Air mata seperti ingin jatuh dari pelupuk. Tapi tidak. Tahan semuanya dulu. Saat ini aku harus kuat memikul semuanya sendirian, mempertahankan martabat keluargaku hingga nanti terbukti siapa yang seharusnya disalahkan.

"Afa! Jangan ngelamun. Kamu tuh salah! Cepat pergi sikat lapangan basket sampe kinclong!" bentak Pak Joko.

"Oke pak." Tidak merasa keberatan sama sekali. Toh meski sering dihukum, Afa adalah siswi yang pandai.

Author POV

Afa meletakkan tas ransel kuningnya di gazebo dekat lapangan, ia merapikan baju dan menali kencang tali sepatu hitamnya. Hari ini Afa semangat melakukan hukuman. Ia mencoba mengambil hikmah positif dari hukuman ini, dan menganggap kalau ini bisa meregangkan otot-ototnya mengingat tadi malam ia menonton film ditemani beer di tangannya dan berakhir mabuk lemas. Afa berjalan sembari membunyikan persendian jari-jari tangan, dan berjalan menuju gudang untuk mencari alat kebersihan. Tetapi gudang bersih, tidak ada alat-alat pembersih disana.

"Sikat, sikat, sikat. Dimana ya? Ah kali aja ada di toilet." Gumamnya.

Afa berjalan ke toilet perempuan, hanya ada ember kosong tanpa sikat panjang khusus untuk menyikat lapangan. Tidak putus asa, Afa putar haluan menuju toilet laki-laki.

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang