5. S1 - Touch

190K 3.4K 40
                                    

Bibir Alvaro menempel di bibir ranum Afa. Tidak ada reaksi apapun dari Afa. Sungguh, Ini terlalu tiba-tiba.

Tangan besar Alvaro berpindah ke wajah.. Karena tidak ada respon, Alvaro melanjutkan dengan melumat pelan. Kedua tangan Afa menggenggam dipermukaan ikat pinggang Alvaro. Ia tau semua ini salah, tapi tak bisa berbohong bahwa bibir Alvaro berhasil membuai pikirannya. Afa mulai memejamkan mata dan membalas lumatan bibir Alvaro dengan lembut. Tangan yang awalnya di samping pinggang menggenggam merambat ke dada atas Alvaro dan mengusapnya pelan.

"Shit! Ngapain sih Afa ngelus kayak gitu!" Batin Alvaro, ia benar-benar mengumpat kepada keadaan kali ini.

Mereka melepaskan ciumannya ketika pasokan oksigen sudah habis. Dengan nafas terengah, Alvaro mendekat lagi dan mengecup bibir Afa.

"Aku boleh gak Fa jagain kamu mulai hari ini? Bukan sebagai teman." Afa terdiam. Ia bisa membaca situasi kali ini, Afa seakan bisa menebak kalimat apa yang akan diucapkan oleh Alvaro berikutnya.

"Alvaro sayang Afa. Gak tau sejak kapan. Kayaknya udah lama deh. Aku juga sering sebel kalo kamu telat masuk kelas, dan pulang cepet-cepet. Aku jadi gak ada waktu buat temenin kamu selain dibangku pas pelajaran."

Diam. Kalimat Alvaro perlu di cerna meski sebenarnya Afa tahu dan paham dengan semuanya.

"Aku gapapa kalo kamu dapet peringkat satu terus. Sebenernya selama ini bukan niat menyaingi, cuma aku seneng kalo kita jadi yang terbaik di kelas, biar aku dapat kesempatan ikut olimpiade bareng kamu terus." kata Alvaro panjang lebar.

Afa tercengang.

Ternyata selama ini perasaan Afa terbalas. Afa tidak menjawab ungkapan hati Alvaro. Tetapi Afa kembali menempelkan bibirnya di bibir merah Alvaro.

Bagai gayung bersambut, Alvaro menerima dengan senang hati. Menelusupkan lidahnya ke rongga mulut Afa. Ciuman mereka penuh nafsu, langkah kaki Afa mundur hingga menabrak pantry, Alvaro tidak tinggal diam, ia mulai menidurkan Afa dan masih dengan mengecap kasar bibir Afa hingga membuat Afa melenguh.

"Euhh ...." Ini bukan adegan drama Korea atau adegan di film dewasa. 

Afa melenguh, persis seperti di mimpinya beberapa hari yang lalu.

Akhirnya ... Bisa kenyataan.

"Hmm ...." desahan Afa tertahan. Mata Alvaro mulai sayu. 

Bahaya! Ini bahaya! Ia benar-benar horny!

"Fa ...." Ciumannya terlepas. Afa membuka matanya yang baru saja terpejam menikmati lumatan-lumatan Alvaro.

"Em ...." Alvaro diam sejenak, Afa menaikkan alisnya tanda bertanya.

"Al boleh gak pegang kamu? Pegang doang. Janji gak ngapa-ngapain!" Afa cengo.

Pegang? What the ff-

Lagi-lagi seorang Alvaro yang pendiam menunjukkan sifat aslinya. Banyak hal yang baru Afa ketahui dari pacar barunya.

Nafsuan!

"A-anu?" Tanya Afa ragu sambil membasahi bibirnya kilas.

"Aku ngerasa tindakanku yang di UKS kemarin brengsek banget pegang kamu sembarangan tanpa izin."

"Boleh ya ...." pinta Alvaro dengan wajah memohon.

Masih dengan bibir bengkak dan sedikit menganga Afa terdiam dan hanya memandangi kedua bola mata Alvaro dalam-dalam. Afa tahu, ada hasrat disana, tapi ia ragu. Bukan. Lebih tepatnya ia tak menyangka bahwa Alvaro tak sepolos yang ia kira. Alvaro ternyata agresif.

Bagaimana bisa seorang laki-laki tidak melakukannya bertahap?! Ya setidaknya dari bibir turun ke leher, ke payud- Ah sudah Afa!! Mungkin Alvaro gak napsu liat dada kamu _-

Dengan ragu-ragu Afa mengangguk.

Bodoh sekali. Angin dari mana ini tiba-tiba melintas menyetujui.

"Tapi jangan disini Al, kita di ruangan tengah depan TV aja." jawab Afa pelan tetapi suaranya masih bisa didengar Alvaro.

Sebenarnya Afa sangat malu, tapi bukankah ini kesempatan buat hubungannya dengan Alvaro menaiki tahap yang lebih tinggi? Al mengangguk lalu ia menggendong Afa seperti koala.

Al mendudukan bokong Afa di sofa, dan duduk disampingnya. Sebelum Alvaro ingin memasukkan tangannya kedalam rok, Afa menahannya.

"Ehm, tunggu Al, jangan sampe kelewatan ya Al, aku gak pernah." jawab Afa dengan sedikit takut. Alvaro tersenyum dan mengangguk. Lalu Afa menyingkapkan roknya sendiri.

Goblok! Langkah awal yang negatif sekali!

Celana dalam Afa putih salju, paha sampai selangkangan Afa mulus, putih, bersih. Benar-benar, Afa merawat semuanya dengan baik.

Alvaro menelan saliva nya. Ia tidak tahan ingin memegang, dan mengelus,  yang ada di dalam. Nafsunya tinggi, tetapi Alvaro mencoba mengendalikan dan tetap mempertahankan raut wajahnya agar tetap terlihat cool.

Alvaro mencari tepi celana dalam Afa dan memasukan jarinya kedalam celana. Pelan tapi pasti, Alvaro mulai menangkup keseluruhan vagina Afa dengan seluruh jari, lalu ia menggerakkan jari-jarinya hingga jari tengahnya tepat di pusat. Sebelum memulai, Afa mendongak melihat raut wajah Afa terlebih dahulu.

Afa diam. 

Ini termasuk pelecehan seksual bukan sih? Tapi Afa terlanjur menyetujui.

Nafasnya tertahan dan raut wajahnya terlihat gelisah. Afa merasakan geli, licin, sesuatu yang basah keluar, belum lagi dadanya yang berdesir berdebar-debar.

"Astaga Afa imut banget, gemes!" teriak Alvaro dalam hati. Alvaro yang melihat wajah Afa kembali dan mendaratkan bibirnya.

Afa kepalang tanggung, yang dibawah rasanya sudah tidak sanggup lagi menahan semuanya. Afa hanya diam memejamkan mata, sembari menikmati sentuhan Alvaro di bawah. 

Sedangkan Alvaro merasa tidak yakin dengan tindakannya, tapi terlanjur enak. Ia berhenti dan mengeluarkan jarinya dari celana dalam Afa.

"Kenapa?" tanya Afa polos.

"Aku takut berlebihan." Al diam dan kembali duduk bersandar dengan tenang menghadap ke layar televisi yang sedang tidak menyala.

Jari-jari Alvaro basah. Tapi Alvaro tidak ada niat untuk membersihkan. Afa bingung, tetapi ia tertawa karena melihat wajah lucu Alvaro.

"Hahahaha, muka kamu Al hahaha!" tawa Afa meledak.

Al hanya diam dengan wajah merengut, Afa mengambil tissue di nakas dekat sofa dan membersihkan jari-jari Alvaro.

"lihat nih jari kamu basah semua kan." kata Afa dengan mengelap seluruh jari tangan kanan Alvaro dengan lembut.

Alvaro hanya diam dan masih tenggelam dengan pikirannya.

Cupp~  Gemas melihat bibir Al sedikit mengerucut, Afa kembali mendaratkan ciumannya di pipi kiri Alvaro.

"Santai aja sayang." Wajah Alvaro memerah mendengar tutur kata Afa.

Sayang? Oh my God, benar-benar. Hari ini Alvaro gak jomblo lagi.

"Gak usah bete gitu ah... Jangan ditahan, ntar malah coli diem-diem kayak di kamar mandi sekolah lagi." sungguh Alvaro dengan spontan membelalakkan mata dan menoleh ke hadapan Afa.

"Astaga ... Gak Afa." sahut Alvaro langsung dengan nada tegas.

TBC

AMORE [21+] Re-UploadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang