• A new life •

668 70 41
                                    

Park Jimin tak pernah perduli sedikitpun dengan kehidupannya. tepatnya sejak sang ayah yang pergi begitu saja tanpa sepatah kata, meninggalkan dirinya yang masih berumur tujuh tahun saat itu, bersama sang ibu yang punya keterbatasan dalam berbicara.

meskipun ia hanya anak kecil yang bahkan masih tak tau banyak hal tentang dunia dan takdir buruk yang ada di dalamnya, jimin cukup sadar, di tinggalkan sang ayah dengan hutang yang tak terhitung banyaknya merupakan takdir buruk yang sampai saat ini masih ia benci.

saat itu ia melihat sang ibu mencari kerja ke semua tempat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, tak jarang di hina karena keterbatasannya dalam berbicara.

dan sejak itu pula jimin membenci ayahnya sendiri. tak perduli fakta bahwa dirinya merupakan darah daging sang ayah, ia bertekad bila bertemu dengan lelaki tua itu, ia ingin sekali membunuhnya. memukulinya sebanyak ibunya mendapat hinaan orang-orang. memakinya sebanyak hutang yang ia tinggalkan.

setiap hari isi kepalanya hanya dipenuhi bagaimana cara mendapatkan uang sebanyak mungkin. ia tak perduli apapun caranya, ia hanya ingin ibunya hidup dengan tenang di rumah kecil mereka.

karena itu saat berada di sekolah menengah, saat ia ditawari oleh beberapa pria aneh tentang obat-obatan, ia tanpa pikir panjang ikut melakukan hal gila itu. tak perduli apa pun yang akan terjadi pada dirinya, jimin hanya ingin sang ibu bahagia, tanpa semua hutang itu.

ia mencintainya. jimin sangat mencintai ibunya. seorang malaikat tanpa sayap yang selalu memberinya ketenangan. walaupun tak pernah mendengar suara sang ibu, melihat senyumnya saja sudah cukup membuat jimin tenang.

namun kini, semuanya hilang.

jimin tak punya lagi tujuan hidup di dunia. ia tak bisa lagi melihat senyum manis yang menenangkan itu. tak ada lagi sentuhan lembut di sela rambutnya sebelum tidur, tak ada lagi sosok cantik yang menunggunya di meja makan, tak ada lagi pelukan yang hangat.

jimin kehilangan malaikatnya.

hilang, pergi dan tak kan pernah kembali lagi.

tak pernah terbayang olehnya akan ditinggalkan sang ibu seperti ini. ia tak pernah berpikir akan menemukan sang ibu terbaring kaku di tempat tidurnya. tubuh dingin dan membiru, mulut yang dipenuhi cairan putih, dan bau morfin yang membuat sesak.

ibunya mati karena kebodohan anaknya sendiri.

meminum morfin yang disimpan oleh anaknya sendiri. mati dengan sia-sia.

pada akhirnya jimin tak bisa melakukan apa-apa. hanya berdiri di depan kendi abu ibunya, menatap foto sang ibu yang tersenyum manis itu, senyum yang tak kan pernah dilihat olehnya lagi.

jimin bahkan tak bisa menangis lagi. terlalu lelah bahkan untuk bernafas, ia hanya ingin mati saja dan pergi ke pelukan hangat sang ibu.

"jimin..?"

suara lembut itu membawa jimin bangun dari kabut yang memenuhi kepalanya. ia menoleh kebelakang, mendapati sohyun dan jungkook yang mencoba untuk tersenyum lembut ke arahnya.

"maaf..ayo pulang."

ucap jimin dengan suara yang begitu pelan, hampir tak terdengar. seperti tak ada lagi nyawa di dalam tubuh itu.

ia mencoba untuk tersenyum. meyakinkan kedua sahabatnya itu bahwa ia baik-baik saja, namun nyatanya tak pernah demikian.

setidaknya jimin bersyukur sohyun dan jungkook datang dalam hidupnya. ia bersyukur dua sahabatnya selalu ada di dekatnya. bahkan saat tak ada kerabat jimin yang mau mengurus upacara kematian sang ibu, sohyun dan jungkook bersedia membantu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

• ALONE •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang