Sohyun turun dari taxi itu. Masih menunduk. Menutupi wajah sembabnya yang masih terus menangis. Tidak ingin orang lain di jalan itu melihatnya.
Ia masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Taehyung padanya. Semua kata-kata lelaki itu masih tersimpan rapi dikepalanya. Sohyun memegangi dadanya. Entahlah rasanya begitu sakit sekali. Ia benar-benar tidak ingin Taehyung pergi. Tapi lelaki itu meminta untuk mengakhiri semuanya.
Sohyun memaki dirinya berkali-kali. Merasa bodoh karena sudah mengatakan hal buruk pada Taehyung malam itu. Saat itu emosinya tidak stabil, pertengkaran kedua orangtuanya membuatnya gila.
Ia tidak menyangka satu-satunya orang yang hanya mengatakan hal-hal manis padanya itu kini membuatnya menangis.
Sohyun merasakan ponselnya berdering disana. Dengan cepat mengangkat panggilan itu, berpikir jika Taehyung akan berubah pikiran dan menelfonnya.
Tapi tidak seperti yang ia harapkan.
Nomor yang tidak dikenal itu menyapanya dengan sopan. Suara seorang pria paruh baya bertanya padanya, meyakinkan jika ia benar Sohyun apa bukan.
"Benar..ini aku."
Ucap Sohyun dengan suara paraunya. Benar-benar berusaha untuk tidak menangis.
"Aku adalah pengacara yang menangani kasus perceraian orangtuamu. Kuharap kau bisa mendengarkan ku dengan baik."
Sohyun menjauhkan ponsel itu sejenak dari telinganya. Mencoba untuk mengambil nafas panjang disana. Masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya, ia tidak tahu kenapa Tuhan memberikannya dua takdir buruk seperti ini.
Sang pengacara itu terdengar memanggil nama Sohyun berkali-kali karena Sohyun tidak kunjung menjawab. Sohyun tidak tahu dia benar-benar merasa pusing. Ia bersandar ke sebuah dinding di dekat jalan itu dan terduduk disana.
Tangannya masih enggan meletakkan ponsel itu kembali di telinganya, namun suara pengacara terus memanggilnya.
"Halo? Nona Sohyun? Bisakah anda menjawab ku?"
"Kenapa? Kau ingin mengatakan jika mereka berdua membuangku? Begitu?"
Sang pengacara tidak menjawab apapun. Sohyun kembali menangis setelah mendengar keheningan itu. Ia tahu jelas apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Kuharap anda mendengarku. Tuan dan Nyonya Kim memutuskan untuk bercerai karena masalah pekerjaan mereka. Mereka berdua sama-sama menyetujui hal itu dan berkas perceraian diproses dengan cepat. Pengadilan sudah memutuskan perceraian mereka, dan pembagian aset juga telah selesai. Pengadilan menanyakan hak asuh anda, dan karena anda sudah memasuki umur remaja anda diperbolehkan untuk memilih ingin mengikuti ayah atau ibu anda."
Sohyun terkekeh kecil. Namun sama sekali tiada tawa bahagia disana. Ia justru terlihat seperti orang gila. Duduk di tepi jalan sambil menangis disana.
"Apa kau hanya menanyakan itu untuk formalitas? Aku tahu tidak ada yang ingin mengasuhku jadi langsung saja katakan intinya. Kau membuatku gila."
Sekali lagi pengacara itu terdiam. Sohyun menertawakan takdirnya disana. Takdir yang benar-benar gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
• ALONE •
FanfictionKesepian, dan sendirian. Senjata kehidupan mematikan yang sering kali berakhir membuatmu membenci dirimu sendiri. Sohyun hanya ingin seseorang ada untuknya, namun ia tak pernah tahu bahwa kehadiran seseorang dalam hidupnya mampu membawa kebahagiaan...