Jungkook menghela nafas kasar. Sudah pukul 2 malam dan dia masih berkutat dengan buku-buku tebal itu. Suasana rumahnya sangat sunyi saat ini, tidak ada lagi pertengkaran dua orang tua yang membuat telinganya sakit. Ya, itu karena ibu dan ayahnya sama-sama pergi meninggalkan rumah ini, tidak ingin lagi tinggal seatap. Jungkook tidak tahu lagi apa yang sudah terjadi dengan kedua orangtuanya, ia mencoba untuk tidak perduli dengan semua itu.
Terkadang ibu atau ayahnya pulang ke rumah, namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Dan Jungkook tidak merasa bahagia sedikitpun saat orang tua itu pulang, ia hanya mendapatkan perintah untuk terus belajar, belajar, dan belajar. Tidak ada yang peduli dengan isi hatinya.
Namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya, selain belajar Jungkook pun tidak tahu apa yang bisa ia lakukan. Ya, sejak kecil ia sudah terbiasa hidup seperti ini.
Sorot mata Jungkook berpindah ke ponselnya. Melihat jam digital yang terlihat disana, ia merasa harus menyudahi membaca buku tebal itu.
Pun ia berbaring di ranjangnya sambil melihat-lihat isi ponselnya, mengecek jadwalnya untuk esok hari dan kembali melihat apakah ia meninggalkan tugas yang diberikan gurunya.
Sorot matanya terpaku pada sebuah kontak dengan nama Sohyun disana. Ia sempat terdiam sebentar, lalu kembali melihat isi pesan yang sempat ia kirim ke Sohyun tadi sore. Tidak ada jawaban dari wanita itu, bahkan pesannya tidak dibaca.
Jungkook kembali mengingat jam istirahat tadi siang. Saat dimana ia dan Sohyun akhirnya bisa kembali berbicara berdua. Namun sakit rasanya melihat wanita itu menangis. Jungkook tahu hubungan Sohyun dan Taehyung pasti sedang tidak baik sekarang. Namun ia enggan menanyakan hal itu lebih dalam. Hanya bisa menenangkan Sohyun yang menangis dalam pelukannya.
'Apa kau baik-baik saja?'
Jungkook kembali membaca pesan yang ia kirimkan ke Sohyun itu. Sebenarnya ia ingin mengajak Sohyun berkeliling sepulang sekolah, namun wanita itu entah sejak kapan tidak terlihat lagi. Jungkook khawatir, hingga ia akhirnya memutuskan untuk mengirimi Sohyun pesan.
"Apa dia menangis lagi?"
Gumam Jungkook. Ia benar-benar khawatir sekarang. Ia ingin terus ada di sisi Sohyun, menenangkan wanita itu, membuatnya kembali tersenyum. Kini Jungkook benar-benar sadar bahwa ia semakin menyukai Sohyun.
Sejak kapan? Entahlah, Jungkook pun tidak tahu pasti. Hanya saja, rasanya ia benar-benar menyukai wanita itu, tidak suka jika orang lain membuatnya menangis.
"Ah, Kim Taehyung berengsek itu. Apa yang sudah ia lakukan? Jika aku tahu Sohyun akan menangis seperti ini, seharusnya tidak kubiarkan mereka berdua berpacaran waktu itu."
"Haruskah aku telfon dia?"
Jungkook menekan kontak Sohyun, berniat menghubungi wanita itu, namun saat ia kembali melihat jam, Jungkook mengurungkan niatnya.
"Ini sudah lewat tengah malam, Sohyun pasti sudah tidur."
Jungkook menarik selimutnya untuk menutupi kepalanya. Berniat untuk tidur, berharap ia bisa bertemu dengan Sohyun besok dan menanyakan semuanya.
Namun bunyi dering ponsel itu mengejutkannya.
Ia tidak sengaja menekan tombol telfon tadi, sekarang ponselnya sedang menghubungi ponsel Sohyun.
"AHH! Kau gila Jeon Jungkook?! Untuk apa kau menelfonnya di tengah malam?! Sohyun pasti mengira kau sudah gila!!"
Jungkook dengan cepat mengambil ponselnya, berniat untuk memutuskan sambungan itu. Namun suara Sohyun yang terdengar sangat pelan itu membuatnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
• ALONE •
FanfictionKesepian, dan sendirian. Senjata kehidupan mematikan yang sering kali berakhir membuatmu membenci dirimu sendiri. Sohyun hanya ingin seseorang ada untuknya, namun ia tak pernah tahu bahwa kehadiran seseorang dalam hidupnya mampu membawa kebahagiaan...