[9] Gara-Gara Hujan

3.9K 405 15
                                    

Ava mematung. Gusar dan takut bercampur jadi satu. Kenapa dia merasakan keteduhan ditengah hujan? 

Ava menatap sekitar, ada bayangan hitam yang mengitarinya, dan tidak ada satupun air yang menetes. 

Perlahan Ava mengangkat kepala. Sebuah benda cembung ke bawah melindunginya dari semburan hujan. Payung itu digenggam seseorang.

Varrel?

Ava segera berdiri menyeka air mata. Kenapa Varrel harus datang disaat seperti ini! Dia melewati Varrel begitu saja dan mengambil langkah seribu keluar dari pemakaman. 

Tapi langkahnya berhasil berhenti saat sebuah tangan menggenggamnya.

Varrel menghela napas lega ditengah napasnya yang bergemuruh, akhirnya perempuan ini berhasil berhenti.

"Wait wait... SORY, GUE GAK BERMAKSUD BUAT IKUT CAMPUR MASALAH LO. TAPI KITA BISA GAK BERTEDUH DI HALTE DULU? GUE MAU JELASIH SESUATU." Varrel menunjuk sebuah halte yang dekat dengan mereka. Suaranya sengaja dia keraskan agar bisa mengalahkan bisingnya suara hujan.

Bahkan tali tasnya melorot saking Ava berusaha melepas cekalan Varrel. Dia ingin enyah secepatnya dari lelaki ini!

Ava hanya tidak suka tangisannya dilihat manusia lain.

Dasar Varrel pengganggu!

"Hei hei stop!"  Varrel menenangkan, mengulur waktu untuk Ava berhenti beberapa saat. "Lo waras masih berani pulang dengan hujan sederas ini?"

Ava menghembuskan napas kasar. Melepas cengkraman Varrel paksa dan melangkah menuju halte. 

Baiklah, kali ini Ava akan menuruti perkataan Varrel. Berharap setelah ini Varrel tidak akan mengganggunya lagi.

Varrel menyusul. Duduk di samping Ava dengan senyuman tipis yang hampir tidak terlihat di bibirnya. Beberapa saat, keduanya sama-sama diam menatap kendaraan yang berlalu lalang. 

"Maaf. Maaf soal tadi kalau menurut lo keberadaan gue ngeganggu. Kebetulan gua juga lagi ziarah. Gak sengaja pas mau keluar nabrak lo. Awalnya gue gak berminat buat kepoin lo, gak enak liat lo nangis. Tapi pas mau naik motor, keinget payung gue ketinggalan di dalam. Yaudah lah gue balik untuk ambil. Terus tiba-tiba hujan. Gak tega lihat lo nangis, mau gak mau gue beraniin diri buat lindungin lo."

Ava hanya diam menyimak. Matanya terus menatap sekitar jadi seperti tidak mendengarkan penjelasan Varrel.

"Lo gak dengerin gue lagi?" cetus Varrel menatap Ava.

Ava tidak menjawab. Sedikit menunduk.

Varrel menghela napas kasar. "Lo bisa ngomong gak sih!"

Seketika Ava terhenyak. Kenapa pertanyaan lelaki yang hampir dia klaim sebagai cowok baik ini, jadi menusuk hatinya?

Menyebalkan!

"Lo bisu atau gimana sih!" sembur Varrel tidak tertahankan.

Sontak Ava menoleh. "A-aku gak bisu! A-aku masih bisa ngo-ngomong! Pu-puas kamu?!" Ava memalingkan wajahnya menahan malu. Pasti Varrel akan ilfeel padanya!

"Lah kok ngamuk? Ya baguslah kalau bisa ngomong. Seenggaknya lo bisa jawab kan kalau gue nanya sama lo? Gak cuman diem kalau diajak ngobrol!" sindirnya

Ava mengernyit agak terkejut mendengar balasan Varrel yang tengah bersedekap. "Ka-kamu gak ilfeel sama aku?"

"Kenapa?" 

"Ke-kenapa apanya?"

"Ya kenapa harus ilfeel?"

"K-kan aku gagap. Se-sedangkan—–"

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang