[56] Masa-masa Indah

2.4K 229 40
                                    

Mentari sudah bangun dari tidurnya. Manusia-manusia dengan semangat kesuksesannya telah sibuk memulai harinya yang monoton. Si pelajar berangkat sekolah, yang kerja berangkat ke kantor.

Varrel berdiri bersender pada motornya. Lima menit lewat dia masih setia menatap rumah megah di depannya. Menunggu kekasihnya itu segera keluar.

Dia sudah gentle sekarang, men.

Sekalipun Arzan keluar dengan hantaman atau penyetan sekalipun, Varrel sudah siap mental.

Gimana? Keren gak gue readers? Varrel memainkan alis dan mengelus dagunya swag.

Tak lama gadis yang membuat napas Varrel menjadi lega keluar juga. Tapi kelegaan itu tidak berlangsung lama karena dia harus khawatir melihat Ava yang keluar rumah dengan menangis.

Gadis itu berjalan menunduk dengan tangan yang terus mengusap matanya.

Varrel memeluk Ava saat perempuan itu sampai di dekatnya.

"Kamu kenapa? Kalau ada apa-apa cerita aja sama aku," kata Varrel lembut.

"Apaansih, alay!" Ava mendorong bahu Varrel. Dari awal dengan hanya mencium aroma saja dia sudah tahu bahwa yang memeluknya adalah Varrel.

"Heh?" Varrel tergelak. "Terus kenapa nangis?"

Ava menyeka wajahnya yang berderai air mata lalu menunjukkan jempol tangannya yang berdarah. "Kejepit pintu."

Varrel yang terbelalak langsung saja membuka resleting tasnya dan mengeluarkan sebuah hansaplast. "Hati-hati makanya."

Ava menurut saja ketika Varrel memasangkan plaster itu ke jempolnya. "Kok kamu sedia hansaplast terus sih? Padahal biasanya orang tuh ya, bawanya jaket kek, payung kek. Lah ini? Hansaplast."

"Emang gak boleh?"

Ava terdiam. Benar juga. "Tapi aneh aja, kayak ada yang kamu sembunyiin gitu, dari aku."

"Dah ayok keburu telat." Varrel memakai helm dan naik ke motor. "Naik yang."

Ava pura-pura muntah. "Huwek. jijay bet ayang-ayangan."

"Terus mau dipanggil apa? Sapi? Babi? Kodok? Badak? Tokek?"

"Tokek!" jawab Ava asal.

Varrel tertawa, memberi helm berwarna pink pada Ava.

"Wideh deh deh dehh, pacar gua nih bosss! Dikasih helm spesial gua!" sorak Ava gembira sembari mengancingkan helm itu.

Varrel terkekeh, menyalakan mesin motornya.

Saat Ava ingin melangkah, dia mengumpat karena tali sepatunya lepas.

"Dah naik?" Di rasa motornya sudah berat, Varrel menjalankan motornya.

"Kamu serius mau dipanggil tokek?" tanya Varrel di tengah perjalanan.

Tapi tidak ada jawaban. Mungkin karena deruman motornya yang keras, jadi suara Ava tidak terdengar ditelinganya.

"Oke deh aku ngalah. Kalau memang kamu mau dipanggil tokek, aku rela dipanggil babi."

"Aku babi, kamu tokek."

Setelah itu Varrel diam fokus menyetir karena dia rasa mereka sedang menikmati perjalanan berdua, cihiy!

"Tokek?" panggil Varrel.

Merasa tidak ada jawaban, Varrel mulai serius. "Ava? Kok kamu gak ada suaranya sih?"

"Ngambek? Karena dipanggil tokek?"

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang