[39] Berbeda

2.4K 263 10
                                    


Keenan yang sedang menyetir mobil sesekali melirik ke arah adiknya yang sedari tadi hanya menunduk lesu. 

Pagi ini mereka telah memakai seragam sekolah rapi dan rute mobil mengarah pada sekolah.

Biasanya walau berada dikeheningan, mata Ava menatap keluar kaca mobil. Tapi tidak dengan kali ini, perempuan itu terus menunduk sibuk dengan jari-jarinya. Keenan mulai menyadari ada yang tidak beres.

"Va, kenapa?"

Ava terkesiap. Masih agak asing dengan perkataan yang menjerumus sedang peduli padanya.

"Kalau..." Keenan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ada masalah gak papa cerita aja."

Ava sedikit terkejut.

"Cerita aja, kan gue kakak lo."

"Oke! Tapi kakak juga harus cerita ya? Anggap aja kita barter kisah." Ava menaik turunkan alisnya.

"Gue?"

Ava mengangguk.

"Cerita apa?"

"Eummm... Masalah yang selama ini kakak alami mungkin? Tentang a...pa gitu?"

"Gak ada tuh." Kefokusan Keenan terbagi menjadi dua, antara obrolan dengan jalanan. Makanya dia tidak bisa berfikir dengan full.

"Tentang... Penyebab kakak insomnia?"

Ciit.

Mobil Keenan berhenti. Untung jalanan sepi karena masih pagi, jadi tidak menganggu pengendara lain.

"Lo... tahu dari mana?"

Ava berusaha meredakan kegugupannya. "Kemarin gak sengaja lihat obat kakak di meja."

Keenan menghela napas. Lanjut menekan pedal gas. "Iya nanti gue cerita."

Sambil menatap sekitar jalanan yang mulai ramai, Ava membuka pembicaraan.

"Gue buat Aurel pingsan.

"Dia yang jambak gue duluan, dia yang nyekik gue duluan, pelajaran bela diri kakak berhasil sih, tapi Aurelnya jadi jatuh dari tangga."

Keenan terkekeh terlihat sangat puas. "Biarin! Biar tahu rasa tuh babi!"

Tak lama Ava juga ikut terkekeh. "Jadi... biarin aja?"

"Biar! Supaya kapok."

"Kata Aurel kak Keenan itu cuman punyanya? Emang bener kalian punya hubungan?"

Kali ini Keenan tertawa renyah, seakan itu lelucon. "Ya kali gue suka cewek modelan gituan. Yang ada dia yang murahan ngejar-ngejar gue mulu."

Tak sadar mobil yang mereka tumpangi telah melewati pagar sekolah.

"Udah sampai, lanjut nant—"

"Hih kakak belum cerita. Tadi katanya—"

"Turun, bel masuk sekolah sepuluh menit lagi." 

<>

"Varreeeeelll!!!" Ava menghambur ke pelukan Varrel yang akhirnya masuk juga setelah seminggu alpha.

Varrel berdecak keras, mendorong badan Ava agar menjauh. Matanya kembali fokus pada pulpen yang sedang menyalin buku tulis milik orang lain.

Ava berhasil dibuat terkejut dengan perlakuan ketus Varrel. "Lo gak mau cerita apa sama gue kenapa gak masuk seminggu?"

Varrel terus diam. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di bibirnya.

Ava merasa Varrel berubah drastis. Padahal dia nih sedang berhadapan dengan lelaki tercerewet dalam sejarah hidupnya lho, tapi kenapa tiba-tiba jadi dispenser dingin? 

"Lo kenapa jadi cuek gini sih?!" Gerutu Ava menggoyangkan pelan lengan Varrel.

Varrel kembali berdecak ketus dan menyingkirkan lengan Ava di bahunya.

Satu lagi, Varrel jadi berubah kasar. Selain nada bicaranya, Varrel juga tidak segan menepis tangan Ava yang ada di lengannya. Seakan tidak sudi tangan suci itu bertengger.

Baiklah, Ava akan mencoba sabar. Seperti, ketika pertama kali Varrel berusaha berkenalan dengannya.

Ava mengintip buku catatan yang dari tadi sebagai arah fokus Varrel. Setelah melihat sampul bukunya, dia bisa menyimpulkan  ini milik Tio——Si ketua kelas.

"Kenapa pinjam punya Tio? Pakai punya gue aja nih, mana tahu Tio ada salahnya. Tulisannya kan lebih bagus punya gue." Ava menyodorkan buku catatan biologinya. 

"Berisik!"

Ava tersentak.


Bu Nggit masuk membuat keributan kelas berganti menjadi keheningan. 

"Selamat pagi anak-anak..."

"Pagi Bu..." 

"Baik anak-anak, buka buku paket hal 49. Kerjakan bagian B." 

Atas perintah Bu Nggit Ava mencari keberadaan buku biologi di tasnya.

Tapi seketika keringat dingin mulai menjalar saat dia sadar tasnya hanya ada dua buku. Padahal hari ini ada tiga pelajaran. Gadis itu langsung menatap Varrel memohon.

"Varrel... Boleh berdua? Bukunya?" Bisik Ava.

Bukannya mengiyakan, Varrel menarik bukunya menjauh dari Ava, bertanda dia tidak mengizinkan Ava untuk melihat. 

Sekalian, lelaki itu juga menjauhkan mejanya lima senti.




Jadilah, Ava dikeluarkan dari kelas karena kepergok tidak membawa buku.


<>


Varrel atau Keenan?

Instagram: writerrz_

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang