[49] Berubah

2.3K 250 10
                                    

Matahari baru saja sempurna menampakkan wajahnya yang cerah. Langit mendukung suasana pelajar untuk berangkat sekolah dengan semangat. Dua puluh menit lagi bel masuk sekolah berbunyi. Seperti pagi biasanya, sekolah Aventha mulai ramai dengan para muridnya. Beberapa gerombolan siswa-siswi berjalan memasuki gerbang sambil berceloteh ringan dengan teman-temannya. Lapangan juga mulai ramai karena menjadi tempat bermain basket sembari menunggu jam masuk sekolah. Tak jarang satu-dua pasangan menempati bangku kosong di lorong hanya untuk sekedar bermesraan.

Sampai sesuatu datang, mengguncangkan mereka.

Sebuah taksi berhenti di depan gerbang. Tak lama pintu terbuka, menampilkan sesosok wanita dengan paras cantiknya. Membuat semua pasang mata tertuju padanya.

Taksi kembali berjalan, meninggalkan penumpangnya yang telah berdiri menatap gerbang sekolah. Perlahan tapi pasti, tanpa mempedulikan puluhan pasang mata yang sedang menyorot padanya, gadis itu melangkah memasuki gerbang. Rambutnya yang panjang diterpa angin terlihat begitu indah. Bulu matanya yang lentik, manik mata hitam dengan sorot anggun, hidung mancung, bibir tipis yang merona, membuat siapa saja yang melihatnya akan terpukau lupa waktu. Di tambah penampilan gadis itu yang begitu modis dan ideal. Dari jam tangan, tas hingga sepatu, semua adalah barang-barang mahal ber-merk

Sesekali perempuan itu tersenyum saat ada yang menatapnya.

"Sial gue disenyumin huhu! Tolong tuhan oksigen tuhan! Huh hah huh hah..."

"Haduh neng, jangan natap abang gitu dong! Mleyot nih tsaay..."

"Cecan Aventha... kayaknya nambah."

"Sejak kapan ada bidadari secantik ini di Aventha?"

"Sudah cantik, sexy, menawan. Idaman banget ahh."

"Siapa sih dia? Secantik ini kok gak pernah kelihatan ya?"

Paras wanita itu berhasil membuat sekitarnya terpukau dalam sekejap. Bahkan lapangan yang tadinya riuh sibuk debut bola, kini kegiatan mereka terhenti hanya untuk menonton gadis yang sedang berjalan di lorong. Pun dengan pasangan yang asyik berpacaran di bangku sekolah, seketika langsung mendapatkan tatapan kematian dari si cewek karena melihat cowoknya malah asyik menatap cewek lain.

Perempuan yang menjadi sorotan itu, tak lain tak bukan adalah Avarin Linderella Anan.

Sudah tidak ada kuncir lagi yang mengikat rambutnya. Wajahnya yang selalu tersembunyi karena dia sibuk menunduk, kini berganti dengan rasa percaya diri menatap sekitarnya tanpa beban. 

Tapi tentu, seperti biasa tetap ada yang tidak suka dengan apapun yang Ava lakukan. Orang itu dengan hentakkan keras, berjalan mendekati Ava. Tak sudi saudaranya itu mengambil banyak perhatian orang-orang.

"Udah berani caper ya lo!"

Ava mengaduh saat dirinya terhuyung akibat dorongan Lidya.

Melihat Ava dipermalukan, Lidya tertawa penuh kemenangan. "Mau penampilan lo berubah sedemikian rupa, mental lo sampai kapan pun juga gak akan berubah! Nyatanya lo tetap lemah!"

Seketika beberapa orang merasa tertarik, dan mulai mengerubungi kerusuhan itu.

Tiba-tiba Ava terkekeh. Membuat Lidya mundur beberapa langkah keheranan.

Ava memiringkan senyumnya sembari mengibas-ngibaskan roknya yang kotor, beberapa lelaki juga ikut membantunya berdiri. 

Melihat itu darah Lidya semakin mendidih. Bisa-bisanya orang yang paling dibencinya sejagat raya merampas perhatian yang harusnya dimiliki oleh dirinya?

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang