[12] Hukuman

3.5K 345 26
                                    

⚠️WARNING!⚠️
CERITA INI MENGANDUNG KEKERASAN 
HARAP BIJAK DALAM MEMBACA.

<>


Ava memilih ke toilet dulu sebelum pulang sekolah.

Tak lama setelah hasratnya terpenuhi, Ava mencuci tangan, dan berjalan keluar.       

Tapi jantungnya mendadak berhenti menatap tiga perempuan yang telah menunggunya dari tadi. Siapa lagi kalau bukan Aurel, Kyla dan Dea.

Jika mereka bertiga sudah datang, itu berarti akan ada masalah baru bagi Ava. Apalagi posisi mereka di ujung lorong yang sepi tanpa CCTV. Pasti akan memudahkan Aurel untuk melakukan aksinya.

"Udah belagu ya lo mentang-mentang ada pawangnya." Aurel membuka suara. Tersenyum dengan gaya devil-nya. 

Napas Ava tercekat saat ketiganya berjalan mendekat. Dia jadi terpaksa memundurkan langkahnya. 

Nasib buruk menimpalinya, Ava harus ter-stuck di ujung tembok. Keringat dingin bercucuran, dengan napas yang terdengar gemetar.

Tanpa basa-basi lagi Aurel langsung menjambak rambut Ava. "JANGAN MENTANG-MENTANG LO UDAH ADA YANG NGEBELAIN, LO JADI SEENAKNYA SAMA GUE!" 

Walaupun iblis itu berteriak, tidak akan ada orang yang bisa mendenganya. Sekolah sudah sangat sepi. Di tambah lorong ini jarang dilalui.

Ava merintih kesakitan. Dia berusaha melepaskan jambakan Aurel, namun Aurel malah terus mengeraskan jambakannya.

"Lo ngeselin banget tahu gak!"

Aurel melepaskan jambakannya dengan kasar. "Dari dulu lu gak ada gunanya! DASAR BOCAH NGESELIN! NGESELIN! NGESELIN!

PLAK!

Ava sampai tersungkur atas tamparan buyut tokek itu. Sepertinya seluruh emosi milik Aurel telah diluapkan lewat situ.

Ava yakin. Pasti ujung bibirnya lebam sekarang.

"Inget ya, sampai kapan pun, lo gak akan bisa ngehindar dari gue! Paham?" Aurel berjongkok.

Ava masih diam. Perasaannya memang ciut. Namun dia terus berusaha untuk menampilkan wajah tanpa ekspresi.

"Jawab!" Aurel mencengkram dagu Ava. "Kalau gue tanya tuh di jawab! Mau gue tambah permainannya?"

Ava mengangguk cepat.

"Bagus..." Aurel memamerkan smirk-nya yang pastinya pengen diulek pake terasi aja gak sih tuh bibir?

"Lo tahukan, apa hukumannya kalau lo cepu perbuatan kita?" bisik Aurel tajam.

Ava segera mengangguk. Dia hanya ingin semua ini cepat selesai.

"Good, anak pintar." Aurel berdiri setelah melempar kepala Ava bagaikan bola tenis.

Dengan kepala yang amat pening, Ava berusaha mendongak. Kini Kyla dan Dea yang berdiri di hadapannya.

"Kalian yang lanjutin. Gue udah puas!" suruh Aurel sambil mengibaskan kedua telapak tangannya.

"Siap bos, aman." Kyla melambaikan ujung jarinya di atas kepala.

Byurrr!

Dea yang duluan beraksi. Dia menyiram seember air membuat Ava meringkuk kedinginan.

Aurel terkekeh puas sembari membalikkan badan ingin ke kelas. Tapi langkahnya langsung berhenti melihat seseorang yang dari tadi ternyata merekam semuanya dengan kamera ponsel.

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang