[28] Aura

2.4K 238 3
                                    

SMA Aventha kini digemparkan oleh kedatangan murid baru yang berstatus sebagai pacar salah satu most wanted sekolah. 

Tentu tak butuh waktu lama anak baru itu juga ikut tenar.   

Seperti sekarang. Anak baru itu berjalan di koridor saja, banyak yang mengerubungi. Wajahnya cantik. Jadi wajar jika banyak yang modus .


Saat ingin masuk kelas, Ava malah membelokkan langkahnya menuju kerumunan. Dia penasaran.

Mata Ava langsung membola melihat gadis di tengah kerumunan. Bahkan napasnya langsung tercekat saking shock-nya.

"A-Aura?"

Ava berkata lirih sambil menggenggam tangan perempuan itu tanpa memedulikan tatapan tidak suka orang-orang.

Perempuan yang dipanggil 'Aura' itu mengerutkan dahi. Agak asing melihat perempuan wajah ini.

Ya, hanya sebatas 'agak' asing.

"H-hai, ka-kamu masih inget aku kan?" titah Ava dengan nada penuh harap. Matanya sampai berlinang.

"APAAN SIH LO!" Vion yang tiba-tiba datang langsung mendorong Ava menjauhi Aura.

"Lo apain pacar gue?!"

Melihat perlakuan Vion, para penonton merasa lega. Mereka terkekeh diatas penderitaan orang. 

Melihat Vion dan semua orang menatap hina ke arah Ava, Aura mengangkat alis, sepertinya memang orang ini tidak disukai satu sekolah.

Ava masih belum menyerah. Dia kembali bangkit dan menggenggam erat tangan Aura.

"I-ini aku, Ava..." 

Aura melotot tertegun. Dia tahu siapa orang ini.

"Ka-kamu masih inget aku k-kan?" Melihat harapan yang terpancar, Ava bergegas ingin memeluk Aura untuk menumpahkan rasa rindunya.

Brak!

Namun perempuan itu lebih dulu membuat tubuhnya tersungkur di lantai.

"Gak usah SKSD ya! Jijik tahu gak?!" 

Ava membelalak. Hatinya memanas. Kenapa Aura berubah seperti ini? Ini seperti Aura yang bukan Ava kenal!

"Ayok!"

Aura menggandeng mesra tangan Vion dan pergi. Setelah sempat memberi tatapan sinis kepada Ava.

Tapi dibalik sana, Aura menunduk lesu. Sebesit perasaan bersalah muncul setelah apa yang dia lakukan.

Varrel yang tiba-tiba datang langsung membantu Ava berdiri. 

"Lo gak papa?"

Ava mengangguk pelan, kemudian berdiri. Dia menatap Keenan jengah yang sedari tadi hanya diam menatapnya dari ujung lorong. 

Ava yakin, pasti kakaknya masih mengingat Aura——Sebagai sepupunya.

<>

"Hiks... Hiks... Hiks..." 

Ava terus menangis di balik telapak tangannya. Sekolah kini sudah sepi, bel pulang sekolah sudah satu jam yang lalu berbunyi. Kini dia duduk sendiri di bangku pinggir lapangan.

Sejak kejadian Aura mendorongnya tadi pagi, seharian dia tidak bisa fokus belajar. 


[Flashback.]

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang