[41] Amanah

2.4K 288 23
                                    

Ava dan Varrel langsung menengok ke arah pintu dengan wajah terkejut.

Wajar jika Keenan berpikir yang tidak-tidak. Salahkan posisi keduanya yang terlihat ambigu, pun dengan suara yang sebelumnya mereka ciptakan. 

"Lo ngapain pegang-pegang adik gue?!" ketus Keenan buru-buru melangkah masuk.

"A...dik?!" Varrel mengerutkan dahi masih loading.

"Lo ngapain megang kaki Ava!" Keenan mempertegas kalimatnya.

Segara Varrel melepaskan tangannya yang berada di betis Ava.

Ava yang bergidik mendengar cetusan kakaknya langsung berusaha meluruskan. "Kak—— Kaki Ava keseleo, jadi Varrel bantuin supaya sembuh..."

"Terus kenapa harus di kamar?"

Seketika Ava gelagapan. Dia menggaruk tengkuknya kebingungan. Dia juga tidak tahu tadi kenapa memilih di sini.

"Apa yang udah lo lakuin ke adik gue?" tanya Keenan pada Varrel.

"Baru nyoba pegang kakinya," balas Varrel pelan.

Setelah menyelidik tatapan Varrel yang menyiratkan kejujuran, Keenan mendekat untuk meneliti setiap inci kaki putih Ava.

"Yang mana?" Tanya Keenan 

Ava menunjuk mata kakinya yang sedikit menonjol.

Keenan memicing, berpikir sebentar, lalu jemarinya mengetuk sekeliling tonjolan itu.

Ava sampai harus meremas seprai untuk menahan rintihannya.

"Sakit?" Keenan mendongak. Sadar apa yang Ava tahan.

Ava mengangguk cepat.

"Coba nyanyi balonku ada lima."

Tentu mendengar itu Ava langsung melotot. UNTUK APAAA?!

"Udah cepat nyanyi aja," perintah Keenan masih bersikukuh.

Kali ini kepala Ava tertoleh pada Varrel. Mentransfer tatapan pertolongan.

Tapi naas, orang itu malah mengejek Ava dengan menahan tawa. 

Ava mencebikkan bibir. "Malu..."

"Ngapain malu? Orang cuman ada kita aja kok."

Kita...?

Keenan jadi menengok ke samping. "Heh, lo juga jangan ketawa!"

Untungnya Varrel bisa mengkondisikan wajahnya dengan cepat. Wajahnya berganti dengan mode sok cool.

 "SIAP!" tegas Varrel ala-ala paskibra. Tangannya pun dia hormatkan. "SAYA AKAN TUTUP MULUT!" Dia menutup mulutnya dengan kedua tangan.

"Ih tapi lo masih bisa dengarlah!" sungut Ava.

"Baiklah! Kalau gitu saya akan menutup telinga!" Benar saja, tangannya beralih untuk menutup telinga.

Ava terkekeh. "Tapi... lo juga masih bisa lihat."

Varrel mendengus. "Yasudah, kalau gitu saya akan begini!" 

Tak sadar Keenan ikut tertawa melihat Varrel yang akhirnya tengkurap di karpet. 

"Yaudah cepata nyanyi. Kalau enggak, gue tusuk lo..." Keenan menggerakkan telunjuknya di dekat kaki Ava.

"Ahh, iya-iya." Ava menarik napas panjang. "Balonku ada lima..."

Keenan meraba telapak kaki Ava.

"Rupa-rupa warnanya..."

 Lelaki itu mengecek bagian yang salah.

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang