Ting!
Ava membuka notif tersebut.
Rahel: Va
Sibuk gak?Ava: Enggak
Kenapa?Rahel: Gue bosan nih, temenin chatan yuk
Ava: Emang lo lagi dimana?
Rahel: Di rumah tetangga
Ava: Lah dirumah tetangga bisa bosan juga?
Rahel: Tadi habis pergi sama papa, terus pulang katanya dia mau mampir BENTAR ke rumah rekan kerjanya. GAK TAUNYA LAMAAA😭
Lo sibuk gak?Ava: Enggak sih
Rahel: Seriously?
Yaudah, ketemuan kuy!Ava: Sekarang?
Rahel: Iya
Ava: tapi emang lo boleh?
Rahel: Boleh aja si, ini juga papa gue masih lama.
Ava: Ok cuz! Dimana?
Rahel: Cafe Avalans gimana?
Ava berpikir sebentar. Sepertinya itu bukan ide yang buruk. Lagi pun kafe itu sangat dekat dengan perumahannya. Dia pun menyetujuinya dan bersiap-siap.
Setelah siap, gadis berkucir kuda itu menuruni tangga rumah yang amat melelahkan.
Tepat saat kakinya menyentuh lantai dasar, langkahnya terhenti. Matanya terpaku menatap gadis sebayanya yang tengah duduk di sofa. Jantung Ava mulai berdetak tidak karuan. Napasnya seakan tercekat di pangkal lidah. Tidak. Tidak! Itu tidak boleh adalah Rahel!
"Ava?" Perempuan yang ternyata berkebalikan dengan harapan Ava itu berdiri. Papanya yang sedang mengobrol dengan Arzan ikut menengok ke arah pandang anaknya.
Wajah Ava langsung pucat pasi mendapati tatapan papanya. DIA LUPA BAHWA MALAM INI JADWALNYA TIDAK BOLEH KELUAR KAMAR!
"Kok lo ada di sini?"
Untuk mengatur napas saja Ava belum sanggup, apalagi untuk sekadar menjawab pertanyaan Rahel itu.
"Lo tinggal sini?" perlahan Rahel berjalan mendekati Ava.
Keringat dingin terus bercucuran. Kepalanya menunduk dengan tangan yang gemetar. Ava tahu, pasti Papanya sedang menatapnya murka.
"Siapa dia nak?" Papa Rahel, si Deri bertanya.
"Dia teman sekolah aku Pah, yang sering aku ceritain," jawab Rahel meraih tangan Ava perlahan.
"Kok dia bisa disini? Ava anaknya om?" Rahel menengok, bertanya pada Arzan.
"Eh, bukan. Dia pembantu saya."
Seketika alis Rahel menyatu. Perasaan selama ini Ava tidak pernah cerita kalau dirinya seorang pembantu?
Saat ingin bertanya lagi, Arzan terlanjur mendekati anaknya.
"Papa sudah bilang! Malam ini jangan turun! Papa kan ada tamu!" Bisik Arzan tajam, tepat di telinga Ava.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peluk
ChickLitDunia yang kejam, setiap napas yang selalu menusuk, raga yang tersakiti, harapan yang tidak pernah tercapai, langkah yang selalu berdarah, usaha yang hancur, semua penderitaan ada di sini. Lebih tepatnya di dunia. Cerita ini hanya menggambarkan sepe...