[14] Tai

3.1K 297 11
                                    

"Baik anak-anak, dua hari lagi kita akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Ibu harap semua bisa mendapatkan nilai yang bagus. Sekian terimakasih," ucap Bu Dwi setelah bel istirahat berbunyi.

Semua murid langsung grusah-grusuh berlari menuju kantin.

Ava memilih ke perpustakaan mengingat dia harus lebih giat belajar untuk persiapan ujian.

Ava berjinjit demi menggapai buku yang berada di rak. Loncat-loncat pun buku kimia itu masih belum bisa digapai.

Kasian, tinggi badannya tidak sebanding dengan tinggi rak :(

Tapi tiba-tiba sebuah tangan membantu Ava untuk mengambil buku itu. Dia bisa merasakan punggungnya menempel dengan seseorang.

Ava langsung menoleh. Dan saat itu juga jarak antara wajah Ava dengan Varrel sangat dekat.

"Oh, lo juga mau belajar kimia nih?" Varrel membuka buku kimia yang tadinya ingin Ava ambil.

Ava mengangguk kikuk karena posisi mereka yang masih berdekatan.

"Bagus juga bukunya, makasih ya." Varrel mengangguk santai, berjalan ke rak lainnya.

Yah... kirain mau dibantuin kayak di film-film.  

Ava mendengus. Kembali menelaah sekitar, mencari buku dengan kualitas yang sama.

Tak lama matanya menemukan keberadaan buku itu. Tapi masalahnya, buku itu berada di rak yang lebih tinggi. 

Kali ini Ava tidak mau rugi! Dia harus mencari cara agar bisa menggapai buku itu. Dilihatnya kursi, langsunglah Ava mendapatkan ide. 

Ava menaiki kursi itu. Tapi ternyata bukunya tidak sampai juga. Akhirnya, dia memutuskan melompat

Hap!

Sialnya, sepasang kaki Ava tidak sempurna mendarat pada kursi.

Varrel yang tak sengaja melihat Ava akan jatuh, reflek berlari untuk melindungi. 

Brak!

Mereka tersungkur, dengan Ava yang berada dalam dekapan Varrel.

Ava memelotot saat tatapannya dengan bola mata hitam Varrel beradu. Bahkan bisa dibilang, alunan napas mereka juga beradu. 

Astaga! Kenapa jantung Ava mendadak berdetak tidak karuan seperti ini! Ada yang bisa menjelaskan?!

"HEY! KALAU MAU BUAT MESUM JANGAN DI SINI! MODAL KEK NYEWA HOTEL!" Suara cempreng dari penjaga perpustakaan berhasil membuat tatapan mereka terputus.

Dengan sigap Ava langsung berdiri. "Ma-maaf."

<>

Keenan dengan ketiga temannya memasuki kantin yang sudah sangat ramai. Sepertinya, mereka terlambat datang ke sini.

Seluruh pengunjung kantin langsung riuh meneriaki mereka. Tapi merekanya hanya menghela napas malas tak kunjung mendapat kursi kosong. Mau tidak mau mereka harus mendekati bangku yang diisi separuh orang.

"Hai, meja ini ada orangnya gak?" Tanya Bira sok ganteng——Jurus jika ada maunya.

Fyi, Bira dikenal dengan status playboy-nya

Kyla yang sedang menyeruput jus langsung tersedak. Dia menyenggol Aurel di sampingnya yang sibuk dengan ponsel.

Aurel mengangguk cepat. Dea di sampingnya tetap tidak peduli, fokus menyantap bakso.

"Iya kak di sini aja! Gak ada orangnya kok." Aurel tersenyum yang lebar. Siapa coba yang bisa menolak orang ganteng?

Bira langsung memanggil Keenan, Vion dan Rega untuk kemari.

Keenan mendengus. Dia menatap sengit Bira. Kenapa harus semaja sama nih anak!

"Ck, udahlah bro. Lo lebih milih di lantai atau di kursi?" Bira menarik tangan Keenan agar duduk di sampingnya.

"Oke kalian mau pesen apa?" Tanya Vion kepada ketiga temannya.

"Kayak biasanya lah." Ucap Bira santai sambil menatap takjub perempuan berambut pendek di depannya.

Vion yang berada di samping Keenan, berdiri dan melakukan gilirannya untuk memesan makanan.

Aurel langsung tersenyum centil. Ini adalah kesempatan besar untuk mendekati pujaan hatinya.

"Halo ayang bebeb!" Aurel melambaikan tangan. Melupakan semangkuk bakso yang dia makan.

Keenan memutar bola matanya malas. Benarkan dugaannya?

"Cie, pasti kakak kesini karena mau dekat sama aku ya?" Aurel mencebikkan bibir sambil menopang dagu.

Aurel yang begitu. Kyla yang malu.

Dari jauh, Aurel dapat melihat Iqbal memasuki kantin.

Aurel melotot. Dia langsung berdiri dan duduk di samping Keenan.

Tepat saat Iqbal sampai, Aurel langsung menggandeng tangan Keenan sambil mengelus-ngeluskan kepalanya di sana.

"Ewh, lo ngapain anjir? Maapin pacar saya ya bang." Iqbal menunduk malu.

"Idih, pacar-pacar, jangan mimpi! Gue bukan pacar lo!" ketus Aurel.

"Gue juga bukan pacar lo!"

Dialog pertama yang dikeluarkan Keenan dalam cerita ini berhasil membuat Aurel tergemap.

Iqbal dan Kyla langsung terbahak puas melihat muka malu Aurel. Tapi untung Aurel mempunyai ide untuk membalas Keenan.

"Heh, kakak kemarin nginjek tai ya?" Aurel tertawa renyah.

Kali ini komuk Keenan yang menahan malu.

"Lihat nih! Sumpah ngakak banget!" Aurel menunjukkan foto yang kemarin dia sempat abadikan.

Satu meja kecuali Dea dan Bira yang tidak terlalu memperhatikan langsung terbahak.

"Hai," sapa Bira kesekian kalinya pada Dea yang dari tadi tidak menggubris keberadaannya.

"Baru kali ini keberadaan gue gak di-notice," Bira cemberut.

Kyla yang mendengar itu langsung memberhentikan tawanya dulu. "Kenapa hm? Tertarik, sama sahabat gue?"

"Baru nyadar ada cewek secantik ini di Aventha." Bira mengelus dagunya. "Nama lo siapa?"

"Ck, basi ah digodain playboy pasaran. Lelet! Orang modelan Dea gini mana mau jawab. Sini mana HP lo." Kyla merebut ponsel Bira yang tergeletak di meja. Memasukkan sebuah nomor telepon. "Nih, buktiin kalau lo serius. Jadi cowok sejati dikit napa!

<>

Instagram: writerrz_

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang