21• Kantin dan Sushi

3.8K 589 95
                                    

karna seberapa keras manusia berusaha, tidak akan ada yang dapat terbiasa dengan perpisahan

karna seberapa keras manusia berusaha, tidak akan ada yang dapat terbiasa dengan perpisahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







[DUAPULUH SATU]


SUARA kriuk yang entah sudah keberapa kalinya itu kembali terdengar diperut Shanin. Mencoba menahan lapar selama seharian tentu adalah hal yang tak mudah. Belum lagi dirinya yang tak sempat menyentuh nasi dari malam tadi.

Terlalu mementingkan harga dirinya disaat kini tubuhnya sudah mulai berangsur lemah.

Dengan kepala yang gadis itu letakkan diatas meja, Shanin menggunakan satu tangannya untuk mengusap perut ratanya. Berharap bahwa ia dapat setidaknya bertahan sampai bel pulang berbunyi.

"Udah laper sekarang?" Richard, yang entah dari kapan sudah berdiri tepat di depan pintu kelas Shanin bertanya secara tiba-tiba.

Dengan senyum mengembang, cowok itu bahkan mulai melangkahkan kakinya mendekati meja gadis itu. Sebelum berakhir mendaratkan diri diatas kursi yang berada tepat dihadapan Shanin.

"Ke kantin, yuk?" Bujukkan yang cowok berkumis tipis itu keluarkan disaat manik Shanin beralih menatapnya.

"Shanin gak mau ketemu Arga sama Arkan."

"Mereka gak ada, bolos ke warung Mpok Onah."

Sontak, Shanin mengangkat kepalanya. Nampak menatap lurus ke arah Richard dengan tatapan penuh selidik.

Berakhir memicingkan matanya saat menyadari kalau Richard kini tengah tak jujur atas ucapannya.

"Kalo bohong, Shanin gak mau ketemu juga sama Richard."

"Iya, bohong. Maaf." Secepat itu Richard menyerah, tak ingin kembali mendapat masalah.

Respon yang kembali membuat Shanin melakukan aktivitas awalnya; mendaratkan kepala diatas meja.

"Yaudah," ucap cowok itu akhirnya, "Gue suruh mereka pergi. Apa gue suruh bolos beneran aja? Biar gak ketemu lo."

Dengan cepat, Shanin menggeleng, "Jangan, kalo ketawan nanti mereka masuk ruang khusus."

"Ya bagus, anggep aja itu hukuman karna udah bentak lo kemarin."

Sekali lagi, Shanin menggeleng tak setuju, "Shanin gak semarah itu sampe mau Arga sama Arkan dihukum. Kasian nanti mereka."

Tak bisa lagi menahan senyum tipis, Richard terlihat berdeham gemas. Tak pernah paham dengan marah Shanin yang selalu setengah-setengah.

"Shanin dikelas aja." Keputusan final Shanin yang membuat Richard mau tak mau menyerah.

"Yaudah gue temenin."

"Gak usah, Richard pergi aja ke kantin. Shanin mau sendiri."

Untuk usiran yang dirinya dapatkan, tak ada alasan lagi bagi Richard untuk tak memanyunkan bibirnya. Merasa kalau misi yang ia jalani tak berjalan mulus seperti dugaannya.

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang