49• Summit

820 98 47
                                    

[EMPATPULUH SEMBILAN]




SESUNGGUHNYA, Shanin sangat merasa kalau dirinya tak akan mampu menapakkan kakinya untuk sampai ke puncak gunung Dewi Rinjani.

Namun karna aura positif di sekitar berhasil mempengaruhi dirinya untuk bangkit dan bersiap dari dalam tenda dan kantung tidurnya yang nyaman, disinilah dirinya berakhir.

Berdiri tepat di samping api anggun dengan situasi sekitar yang masih gelap gulita. Dengan jelas bahkan dirinya mendengar suara khas malam gunung. Indah, namun membuat bulu kuduk berdiri.

01. 15 WITA

Dan dengan ditemani mantel pink tebal milikinya, Shanin dengan mata bengkak khas bangun tidurnya itu menguap. Mendapati Arga yang dini hari ini terlihat begitu tampan tengah berjalan mendekat ke arahnya dan berakhir mengaitkan kancing terakhir yang berada di dekat lehernya.

"Kamu yakin kuat?" Arga bertanya ragu, menyadari hidung mancung gadis dihadapannya itu yang kini sudah berubah menjadi kemerahan dikarnakan cuaca dingin sekitar.

"Kita dijalan bisa 8 jam loh, terus track Letter E itu curam. Banyak pasir sama batunya, terus--" tambah si tampan yang segera Shanin bungkam dengan tangan kanannya.

Mengatup bibir tebal itu cepat sebelum hal menakutkan lainnya semakin terdengar ditelinga dan membuat bulu kuduk Shanin semakin berdiri, "Arga percaya Shaninkan?"

Ditatap manis seperti itu, tentu Arga mengangguk.

"Arga juga bakal jagain Shaninkan?" sekali lagi, cowok itu mengangguk. Lebih cepat dari sebelumnya malah.

"Yaudah, apa yang Arga khawatirin kalo gitu?"

Menyerah, Shaninnya pada dini hari ini terlalu menggemaskan untuk dibantah dan dilarang. Jadi lagi dan lagi, perdebatan itu dimenangkan telak oleh Shanin.

"Susu hangatnya, Nona?" Arkan, dengan sebuah tumblr hitam ditangan terlihat menyodorkan benda kecil itu ke arah Shanin.

Yang tentu diterima oleh Shanin dengan sebuah senyuman. Tidak dengan Arga yang dengan singkat menatap Arkan sebelum membuang wajahnya ke arah lain. Masih tak terbiasa dengan hal gila yang ia setujui ini.

"Nanti tolong banget liat jalan dan jangan ngelamun. Tarik aku kalo dirasa mau jatuh, oke?" kembali dengan pesan yang entah mengapa memberikan makna negatif di dalamnya.

Mendapati kerutan di dahi gadis itu yang segera Arkan balas dengan usapan gemas, "Kenapa berkerut gitu mukanya?"

"Shanin gak bakal jatuh, dan kalaupun iya, Shanin gak akan narik Arkan."

"Kok gitu?"

"Kenapa jadi bahayain Arkan juga kalo bahaya sendiri aja bisa?"

Raynzal, yang tak sengaja mendengar percakapan singkat itu tanpa aba terlihat memasukkan lolipop strawberry yang padahal sudah ia niati untuk di makan, ke dalam mulut Shanin.

"Serem ah omongan lo berdua. Omongin tuh yang baik-baik aja kek."

"Tau," timpal Al ikut masuk ke dalam percakapan sebelum melemparkan kerikil ke arah Arkan, "Lagian udah tau bocahnya begitu, masih aja diladenin."

"Bocah siapa yang Al maksud?" lanjut Shanin yang dengan segera cowok berambut keriting itu balas dengan hembusan napas panjang, "Kenapa Al kayak kesel gitu?"

"Oke, bisa kita kumpul dulu?" Beruntung, sang guide bersuara dan menyelamatkan nyawa Al dari pertanyaan bodoh itu.

Berkumpul di dekat api unggun dengan membentuk lingkaran sebelum doa bersama dan sedikit petuah diberikan demi kelancaran pendakian ini.

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang