11• Semudah Itu

3.4K 530 304
                                    


ada pilu dibalik bisu
yang memaksa diri untuk mengakhiri

ada pilu dibalik bisuyang memaksa diri untuk mengakhiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






[SEBELAS]

HARI sabtu tak pernah terasa se-menyebalkan ini bagi Shanin. Dimulai dari ketidakhadiran Pandu pada pagi hari inilah, ia sudah memiliki firasat tak enak sedari dirinya bangun tidur.

Dengan rambut terikat kudanya, Shanin yang pagi ini sudah rapih dengan seragam sekolah dan flatshoes putihnya, terlihat berjalan dengan satu tangan yang sibuk menenteng tas ransel, dan satu tangan lagi yang terlihat mendekatkan ponsel miliknya ke telinga.

Berusaha menghubungi Raynzal yang pada hari ini memiliki tugas untuk menjaganya atas pembagian jadwal yang pernah cowok bertato itu buat dirumah sakit.

"Halo, kutil?"

Dari sebrang sana, Shanin dapat mendengar suara berat yang cowok itu perdengarkan. Membuat kening Shanin bertaut curiga, "Raynzal baru bangun pasti, ya?"

"Kok tau?" tanyanya dengan diakhiri suara grusak-grusuk di dalam sana, "LO PASANG CCTV DI KAMAR GUE, YA?"

Suara lantang yang membuat gadis itu menjauhkan ponsel dengan segera, mendengus geli dengan kebiasaan Raynzal yang tak pernah berubah, "Terus Raynzal gak ke sekolah?"

"Ke sekolah, ini mau mandi."

"Ini udah jam tujuh kurang sepuluh menit kalo Raynzal gak tau."

"Guekan bilangnya ke sekolah, bukan masuk ke kelas."

Dengan paham, gadis itu mengangguk sebelum kembali melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, "Yaudah, Shanin pesen taksi dulu ya."

"Kok naik taksi? Kan si monyet galak yang mau kesana."

"Monyet galak?" beo Shanin sembari berpikir keras, hingga pada detik berikutnya, satu nama tak asing itu berhasil masuk ke dalam kepalanya, "Arga?"

"Apa?"

Sebuah suara yang tiba-tiba saja hadir, membuat Shanin mematung ditempatnya. Bahkan ia terlihat mengabaikan celotehan Raynzal yang masih terdengar dari dalam ponsel.

Masih dengan manik yang seakan tak mempercayai siapa sosok yang pagi ini tengah berdiri di depan pintu rumahnya dengan seragam sekolah yang tak dikancing. Memperlihatkan kaos putih polos yang dikenakannya dengan sejelas mungkin.

Sosok yang sudah hampir tiga hari ini menghilang, yang pagi ini terlihat dengan manisnya menyapa. Bahkan senyuman hangatpun tak lupa dirinya berikan.

"Hai."

Lanjutnya tanpa rasa berdosa, bersuara lembut  dengan kedua tangan yang tiba-tiba saja dirinya rentangkan.

"Mau peluk?"

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang