[LIMA PULUH]
SEPANJANG perjalanan turun menuju ke post untuk kemudian merapihkan tenda dan segera beranjak menuju Danau Segara anak, Arga lebih banyak diam dan berkutat dengan pikirannya sendiri.
Ia bahkan menghiraukan beberapa candaan yang Al dan Raynzal lontarkan. Tidak mempedulikan tawa yang mengajaknya ikut andil, hanya fokus pada pemandangan Danau indah yang kini menyapa kedua maniknya.
"Nyet!"
Kali ketiga Derren memanggil, barulah kepala itu menoleh. Mendapati Derren dengan wajah masamnya nampak menaikkan kedua alis sembari menatapnya, "Gue ngomong dari tadi gak lo dengerin, ya?"
"Sorry-sorry," Arga mengerjapkan kedua maniknya, berusaha mengembalikan kesadarannya yang sempat hilang, "Kenapa?"
"Powerbank gue." kata Derren dengan kedua tangan yang sibuk mencari di dalam tas kecil hitamnya, "Tadi dimana?"
"Oh, di Shanin tadi gue cemplungin ke tas ungunya." jawab cowok itu yang membuat Derren memutarkan kepalanya.
Memandangi satu persatu orang yang berada di sekitarnya. Mendapati Raynzal dan Al yang tengah sibuk membakar jagung, Richard dengan Shanaya disebelahnya tengah berbincang di muka tenda, dan Arkan yang kini terlihat bertukar pikiran dengan sang tour guide di tepi danau.
"Kemana anaknya?" gumam Derren tak mendapati kehadiran gadis berambut ungu itu, bahkan ia terlihat memicingkan matanya, kalau-kalau gadis itu tengah berada dikejauhan dan matanya tak mampu menangkap sosoknya.
"Shanin mana, Ga?" masih tak membuahkan hasil atas pencarian singkatnya, Derren kembali bersuara, kali ini bertanya langsung kepada sang pawang.
"Tadi di--" jeda Arga saat mendapati tenda berwarna oranye itu kosong, "Tadi dia disana lagi beres-beres."
"Gak ada, dari tadi tendanya kosong."
Sebuah pernyataan yang membuat mata Arga terbuka lebar, dengan panik berlari ke arah tenda oranye Shanin dan tak berhasil menemukan keberadaan gadisnya. Kembali beranjak untuk kemudian memutar tubuhnya, memperhatikan sekitar dengan hati-hati.
Ini salahnya, karna sebuah fakta mengejutkan itu yang membuat Arga bahkan tak menyadari kemana Shanin pergi. Ia terlalu tenggelam dalam lamunan.
Hingga tanpa sadar, kedua kaki berbalut boots hitam itu melangkah ke arah Richard dan Shanaya. Tanpa mampu menghentikannya, kedua tangan Arga terjulur untuk kemudian menarik kerah jaket Shanaya berdiri.
Kejadian mengejutkan yang membuat semua orang berusaha memisahkan, bahkan Richard nampak membuka kedua matanya lebar.
"Kemana Shanin?!" Arga bertanya murka dengan wajah memerah. Kita semua tahu Arga tidak pandai menyimpan emosi dan berbasa-basi busuk.
"GA!" Richard berusaha melepaskan cengkraman sobatnya itu meski nyatanya, genggaman Arga terlalu kuat untuk dilepaskan.
"Shanin?" gumam Arkan dengan kening bertaut dan kepala yang ikut berputar, mencari gadisnya yang juga baru ia sadari tak ada.
"A-aku gak tau, Kak." jawab Shanaya dengan tubuh bergetar, "Aku gak liat Kak Shanin."
Mendengar jawaban sampah seperti itu, membuat Arga berdecih, "Sampe berani lo sentuh dia seujung kukupun, gue berani sumpah--"
"Arga!" Dari balik tenda, suara manis itu terdengar. Memecah ketegangan yang sempat terjadi, mendapati Shanin dengan sebuah botol air mineral dan sebuah tissue basah dalam genggaman.
Terlihat melepaskan cengkramannya pada kerah jaket Shanaya sebelum berlari ke arah gadis itu dan memeriksa keadaannya, "Kamu dari mana?! gak pa-pa?!"
Marah, Shanin tentu melepaskan cengkraman yang menyapa bahunya, "Shanin abis pipis!" geramnya kesal, "Itu apa-apaan tadi sama Shanaya?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary 2
JugendliteraturSiapa yang tak mengenal Shanindya Violetta? Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali. Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...