31• Majalengka

2.7K 464 148
                                    

tidak ada yang lebih indah dibanding kebersamaan yang terasa begitu hangat

tidak ada yang lebih indah dibanding kebersamaan yang terasa begitu hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





[TIGAPULUH SATU]

HUJAN deras mengguyur kota Majalengka. Kota yang saat ini tengah ditutupi awan gelap di sertai udara dingin yang seakan menembus tulang rusuk.

Pemandangan menyebalkan yang membuat Shanin menampilkan wajah murungnya dari balik kaca mobil disebelah Arkan, yang kini tengah dalam kondisi terkatup sempurna.

Shanin menyukai hujan, sangat, tapi tidak di hari bersejarah ini. Padahal ia sudah berangan-angan untuk menjelajahi kota Majalengka di hari pertama kedatangan mereka.

Bahkan dirinya sudah menyusun berbagai tempat wisata yang wajib dikunjungi, namun semua rencana itu hancur berantakan.

Sampai mobil yang Derren kendarai selama kurang lebih tiga jam ini berhenti tepat di depan sebuah bangunan cukup tua bertingkat tiga, wajah murung Shanin masih juga terpampang nyata.

"Finally!" Al bersuara girang, merayakan penyiksaan yang hampir usai.

Faktor dirinya yang duduk pada kursi paling belakang dengan ditemani jalanan berlikulah, yang membuat cowok itu harus menahan pusing dan mual hampir sepanjang perjalanan.

"Sampe?" Raynzal menambahkan dengan dihiasi wajah kantuknya, "Cepet turun! Bokong gue udah mati rasa!"

Keluhan yang sempat membuat para pendengarnya mendengus geli.

Dan sebelum menjadi sosok pertama yang turun, Arga sempat membuka jaket jeans birunya lalu kemudian meletakkan jaket itu tepat dikepala Shanin.

Disusul Arkan yang kini terlihat mengekori gadis itu untuk turun dengan dua tangan yang dirinya letakkan di puncak kepala Shanin.  Bermakud melindungi gadisnya dari rintik hujan.

Berjalan melewati aspal hitam lalu berakhir menaiki beberapa anak tangga, sebelum pintu kamar bernomor 108 itu menyambut kehadiran mereka.

"Tau hotel ini darimana?" Suara Derren membelah bisingnya suara hujan pada pagi hari ini.

"Pinter banget nyarinya, bisa langsung parkir di depan kamar." Timpal Richard sembari menatap ke arah sekitar.

Mendapati kondisi sekitar hotel yang terlihat begitu indah, belum ditambah pemandangan berupa gunung Cereme. Menambah keindahan alam yang baru kali pertama ini mereka nikmati.

Namun karna rasa kesal yang belum usai, sang narasumber-pun enggan memberikan komentar atas pertanyaan Derren dan juga pujian Richard.

Ia malah memberikan kedua cowok itu kunci dengan dihiasi gantungan berupa sebuah nomor, yang tadi sempat Arga ambil dibagian  resepsionis.

"Shanin pesen tiga kamar." Info Shanin lemah dengan diikuti tatapan tak percaya dari para pendengarnya.

"Jadi formasinya tiga-tiga-satu?" Perjelas Raynzal yang segera Shanin respon dengan anggukan, "Lo berani tidur sendiri emang?"

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang