20• Marah Versi Shanin

3.9K 570 127
                                    

he's falling for her
slowly and beautifully

he's falling for herslowly and beautifully

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








[DUA PULUH]

"AKSA?"

Dibalik kepala tertunduknya, Arga yang sore ini tengah duduk diatas kursi kayu sembari menarik dalam-dalam asap dari rokok itu mengangguk. Selesai menceritakan segala keluh kesahnya dihadapan Al, Derren, Richard, Raynzal dan juga Arkan tentunya.

Mengeluarkan segela jenis pemikiran gilanya selama ini, perlahan membuat hatinya tenang.

"Gue gak akan belain lo, mau gimanapun lo tetep salah," Derren dibalik kacamatanya bersuara, "Tapi lo bukan pembunuhnya, Aksa punya tanggung jawab penuh karna dia ngelakuin hal itu dalam keadaan sadar."

"Dan dia ngelakuin itu atas kehendaknya sendiri, jadi wajar kalo dia dapet hukuman dari perbuatannya." Timbrung Richard menyetujui apa yang baru saja Derren ucap.

"Lo juga udah minta maaf dengan tulus sama keluarga korban, bahkan coba untuk tanggung jawab dengan kasih tunjangan seumur hidup." Ikut Al serius.

Yang direspon Raynzal dengan hembusan napas panjang, "Jadi, hukum diri lo sendiri kayak gini gue rasa gak perlu, nyet. Semua yang udah lewat, gak bisa lagi balik. Yang bisa lo lakuin sekarang, cuman belajar dari semua itu dan gak ngulangin kesalahan yang sama."

Entah bagaimana Arga harus bereaksi saat untuk kali pertama, mereka dapat membahas suatu hal dengan seserius ini. Terkejud kala mendapati respon bijak dibalik curhatan kelamnya dahulu.

Berakhir menganggukan kepalanya setuju atas masukan yang para sahabatnya beri. Mulai memikirkan kesalahan yang sudah ia perbuat kepada Shanin.

"Shanin aman, tapi gue rasa dia emang butuh waktu untuk nenangin diri dulu." Seakan dapat membaca kekhawatiran Arga, Raynzal yang beberapa saat lalu sempat mengantar gadis itu pulangpun bersuara.

Membuat Arga dengan senyum kecilnya mengangguk paham.

"Kalo lo?"

Kali ini, giliran Derren yang bersuara. Tak memiliki niatan untuk berpura-pura lupa atas informasi yang sempat dirinya terima melalui Shanin beberapa hari silam.

Membiarkan seluruh pasang mata di dalam warung Mpok Onah ini, kini berpaling menatap Arkan.

"Gue—kenapa?" Tanya Arkan terbata.

"Tingkah lo juga aneh beberapa hari ini. Gue tau lo juga lagi ada masalah."

Tak segera menanggapi, Arkan terlihat mematung dalam beberapa saat. Mencoba untuk merubah ekspresinya setenang mungkin.

"Nyokap gue mau nikah lagi. Gue cuman belum bisa nerima kenyataan itu." sebuah cerita tak lengkap, yang mau tak mau Arkan bagi.

Karna jujur, dirinya juga tak ingin berbohong atas masalah yang tengah ia hadapi. Namun menceritakan detail permasalahannya-pun, Arkan rasa ia juga tak bisa. Apalagi kala ia baru saja mendengar cerita panjang Arga, yang membuatnya semakin ingin mengubur pokok permasalahan dalam hidupnya dalam-dalam.

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang