39• Play dumb

2.7K 274 73
                                    

karna kejujuran adalah kunci untuk suatu hubungan, bukan? kunci yang membuat kita menuju jalan kebenaran, atau mungkin kehancuran.

karna kejujuran adalah kunci untuk suatu hubungan, bukan? kunci yang membuat kita menuju jalan kebenaran, atau mungkin kehancuran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[TIGAPULUH SEMBILAN]


"SHANIN sayang sama Arga, tapi Shanin juga sayang sama Arkan."

Sekiranya, begitu penjelasan singkat yang keluar dari bibir mungil dengan balutan pakaian rumah sakit gadis itu. Penjelasan yang mampu membuat baik Arga maupun Arkan menelan ludahnya berat.

Mungkin bagi Arkan, ini adalah sebuah kesempatan emas untuk ia bisa merebut seseorang yang sudah lama dirinya sukai. Tapi tidak bagi Arga, kejujuran yang baru saja Shanin lontarkan berhasil membuatnya seakan terjun bebas dari lantai 30 dan mendarat dengan posisi kepala paling utama. Sakit bukan main.

"Gimana—maksud kamu?" Dengan tubuh yang sudah terasa lemas, mau tak mau Arga bersuara parau. Mempertanyakan apa yang baru saja gadisnya ucapkan.

Dan disinilah Shanin berakhir, duduk tegap dengan kedua tangan yang meremas kuat-kuat selimut yang menutupi separuh badannya. Menatap Arga takut dengan keringat dingin yang mulai terlihat.

Melihat ketakutan yang terpancar dari raut Shanin, membuat Arga sekuat mungkin menelan kuat-kuat emosinya. Tak ingin gadis berambut ungu itu kembali jatuh pingsan akibat terlalu stress.

"Oke," Arga kembali bersuara, mencoba untuk tetap bijak disaat otaknya tengah menggila tentu bukanlah hal yang mudah, "Sekarang, rencana kedepan kamu gimana?"

"Rencana ke depan?" tanya gadis itu balik tak paham.

"Ke kita, aku sama--" cowok itu menjeda, menghela napas berat lebih tepatnya, "Arkan."

"Lo--" kali ini, gantian Arkan yang bersuara, "Gak ada niatan macarin kita berdua dalam waktu yang sama kan, Nin?"

Tak ada tanggapan saat Arkan bertanya konyol seperti itu, bahkan Arga yang berada disampingnya sempat tertawa meremehkan sebelum raut Shanin yang kembali berubah serius membuatnya mati kutu.

"Nin? Gak ada, kan?" tanyanya ragu dengan jantung berdegub, "Ada?! Lo ada niatan macarin kita berdua dalam satu waktu sekaligus?!"

"Emang gak bisa, ya?"

Sungguh, rasanya Arga ingin membuka kepala Shanin dan memakan otak separuh gadis itu sekarang juga seperti Zombie. Bagaimana mungkin ia bisa memikirkan hal konyol seperti itu?

"Ya jelas gak bisa dong, Nin, aku--"

"Kenapa gak bisa?" Arkan memotong telak, membuat Arga beralih pandang dengan alis bertaut, "Gue bisa nerima."

Gantian Arga yang tersenyum tipis, menatap Arkan bengis, "Lo gila?"

"Bukannya lo yang bilang, biarin Shanin yang milih dengan cara adil?" Tanya Arkan balik, dengan tenang seperti biasa, "Dan menurut gue, cara ini adil."

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang