48. Cidera

976 100 12
                                        

PUKUL 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PUKUL 11.45 WITA

Dan pendakian dimulai tepat saat mereka sampai menuju POS 2. Dengan berbekal hiking stick dan carrier bag dimasing-masing orang, Al, Richard, Shanaya, Derren, Arkan, Shanin, Arga dan Raynzal yang berada diposisi paling belakang memulai pendakian.

Mendapati hamparan padang safari yang menjadi keunikan dari jalur sembalun ini dengan track yang tidak terlalu menanjak, membuat perjalanan dua jam kurang itu tidak terlalu terasa.

"Ada untungnya juga naik gunung, ngilangin stress dari memori Keyla."

Arga yang berada di depan Raynzal dapat mendengar jelas ucapan itu, namun ia memilih tak meresponnya. Karna, pembahasan apapun mengenai Keyla sudah dilarang keras bahkan ketika Raynzal yang memulai lebih dahulu.

Pendakian singkat itu sampai ketika mereka memilih untuk beristirahat sejenak di POS bayangan 3 via Sembalun, disambut oleh sebuah warung yang menjual berbagai jenis minuman dan cemilan untuk para pendaki sebelum sampai menuju POS 3 yang sesungguhnya.

"Mending jajan sekarang, makin atas makin mahal." kata Al dengan sebuah gorengan yang tengah ia kunyah.

"Kenapa gitu?" Shanin berucap dengan kening bertaut.

"Karna perjalanan mereka akan semakin sulit, Kak. Otomatis butuh tenaga lebih banyak untuk bawa jualan ini, jadi wajar kalau lebih mahal." perjelas Shanaya yang untuk kali pertamanya terdengar memasuki obrolan.

Membuat Shanin mengangguk paham meskipun Raynzal tak yakin Shaninnya akan mengerti.

Sementara mereka beristirahat selama kurang lebih sepuluh menit, ketiga porter yang sibuk memikul tambahan barang bawaan mereka terlihat berjalan lebih dahulu menuju POS 3.

Tak lama, hanya memakan waktu setengah jam untuk sampai menuju POS 3.

Mendapati sebuah tanda warning yang bertuliskan dilarang mencabut bunga Edelweis dan dilarang memberi makan satwa yang tentu wajib dipatuhi.

Pukul 13.25 WITA,

dan mereka berhasil sampai dengan selamat menuju POS 3. Bersyukur karna situasi sejuk dengan hamparan awan berbentuk kabut disekitar menemani indah pendakian pertama mereka.

Dengan sebuah nasi bungkus yang disediakan dari Basecamp, Shanin dan ke tujuh rekannya memilih beristirahat sembari memakan makan siangnya. Hanya perlu waktu sepuluh menit sebelum perjalanan menuju POS 4 dimulai.

Dan Shanin, sudah merasakan getaran di kedua lututnya.

"Nin, gak apa-apa?" Derren yang tengah berdiri dihadapan Shanin bersuara sebelum meneguk botol minumnya.

"Muka lo rada pucet." sambung Richard sembari memeriksa dahi gadis itu, "Gak demam sih."

"Apa kita perlu istirahat lebih lama, Kak?" timpal Shanaya dengan ekspresi khawatirnya.

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang