"I love you, both"
-She said
[TIGAPULUH DELAPAN]
"DISPEPSIA fungsional."
Seorang laki-laki gagah dengan balutan jas putih yang melekat di badannya bersuara saat ia selesai memeriksa keadaan Shanin dengan serius.
Gadis mungil dengan balutan hoodie super besar itu kini tengah terbaring lemah diatas ranjang unit gawat darurat. Tertidur layaknya princess dengan dikelilingi enam sosok kurcaci berwajah tampan.
"Apa, Om?" ulang Al yang memang bukannya tak dengar, namun lebih tepatnya tak paham akan diagnosa yang baru saja teman ayahnya itu katakan.
"Dispepsia fungsional, sakit perut yang muncul karna stress atau banyak pikiran." Perjelas Derren singkat dengan kacamata yang ia benahi.
Penjelasan singkat yang mampu membuat dokter tampan disebelahnya tersenyum, kemudian sempat menepuk bahu Derren pelan, "Biarkan dia istirahat, kalian jangan ganggu dulu ya,"
"Om pamit, masih ada beberapa pasien yang harus Om periksa." tambahan terakhir yang Al respon dengan sebuah anggukan penuh rasa terimakasih.
Dan disinilah mereka berakhir, mengelilingi Shanin yang sudah tiga jam ini masih belum juga membuka matanya dengan wajah pucat. Berteman dengan rasa khawatir yang melanda tentulah menyiksa.
"Gue masih sayang dan ada banget rencana balikan sama Shanin." Sungguh, sepertinya ini adalah kalimat paling menyakitkan yang pernah Arkan dengar sepanjang ia berteman dengan Arga.
Pengakuan terus terang yang berhasil membuat suasana mencekam itu terasa semakin menyeramkan. Belum lagi tambahan situasi disekitar yang tengah tak bersahabat, beberapa pasien dengan luka serius tentulah menjadi satu dari seribu alasannya.
"Shanin bilang dia sayang sama gue," tak tahan untuk memendamnya lebih jauh, kalimat pemanas itu keluar begitu saja dari bibir Arkan.
Kalimat yang awalnya mendapati decihan meremehkan dari arah Arga, "Sama kaya rasa sayang dia ke lo." sampai lanjutan dari ucapan Arkan mampu membuat Arga mematung dengan wajah serius dihadapannya.
"Shanin bilang gitu?" Timpal Raynzal tak percaya, "Dia sayang ke lo sama kaya dia sayang ke Arga?"
Tanpa ragu, cowok itu mengangguk.
"Jangan bilang--"
"Gak mungkin." bantah Arga kala Al akan berucap, "Dia cuman gak bisa bedain rasa sayang ke pacar sama sahabat. That's all."
"Dia atau lo yang gak bisa bedain?" Sambar Arkan tajam, membuat ekspresi Arga berubah semakin gentar.
"Maksud lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary 2
Fiksi RemajaSiapa yang tak mengenal Shanindya Violetta? Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali. Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...