24• Antidote

3.3K 505 75
                                    


you're the drug that i'm addicted to

you're the drug that i'm addicted to

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







[DUAPULUH EMPAT]


DENGAN bantuan dari sisa kekuatan yang dirinya punya, Arkan mencoba untuk bangkit setelah berhasil membuka kedua matanya.

Berteman dengan hantaman rasa pusing yang melanda, diikuti tarikan napas berat yang untungnya berangsur semakin ringan.

Sempat memandang sekitar sebelum menyadari kalau kini ia tengah berada di dalam ruang tidurnya, tidak menyadari kapan dirinya pindah ke dalam sini karna ingatan terakhirnya hanyalah saat ia dibantu Shanin untuk pindah ke atas sofa.

"Shanin?"

Gumam Arkan disela-sela kesadarannya yang perlahan pulih, segera beranjak bangkit dari atas kasurnya sebelum berjalan dengan tergesa menuju ruang tengah.

Mencoba menemukan keberadaan Shanin yang ia yakini bukanlah sebuah mimpi belaka.

Terlihat tak berhasil menemukan sosok itu diruang televisi apartmentnya, sampai suara sendok yang jatuh ke lantai masuk ke dalam telinganya.

Beralih memutar kepalanya cepat dengan segera beranjak, berjalan cepat menuju sumber suara hingga maniknya berhasil dipertemukan dengan punggung mungil itu.

Punggung mungil yang saat ini tengah sibuk memasak sesuatu di dapur apartmentnya. Hal yang tak pernah Arkan pikir dapat terjadi, belum lagi ditambah keadaan dapur yang sebelumnya kacau balau, kini terlihat rapih.

Pemandangan menyejukkan yang tanpa sadar membuat Arkan kehilangan akal. Karna sesudah membuang napas leganya, ia terlihat berjalan mendekati Shanin.

Berakhir memeluk tubuh mungil Shanin dengan dagu yang ia letakkan tepat diatas puncak kepala gadis itu.

Hal tiba-tiba yang tentu membuat sang pemilik tubuh berhenti melakukan aktivitasnya. Merasa kalau pelukan yang Arkan beri terlalu mengejutkan.

"Arkan?"

Dengan tubuh menegang, Shanin bersuara. Masih dengan posisinya yang berada di dalam pelukan cowok itu.

"Gue pikir mimpi, ternyata beneran."

Atas jawaban yang tak sinkron itu, Shanin menautkan keningnya bingung, "Apanya?"

Arkan menggeleng dengan senyum manisnya yang mengembang, "Enggak, seneng aja ada lo disini."

Tak segera merespon, Shanin justru mencoba untuk melepaskan pelukan erat itu. Tidak mudah memang, karna Arkan sempat menahannya dengan wajah yang kini berpindah pada lipatan leher gadis itu.

"Sebentar, lima menit aja." Pinta cowok itu dengan nada putus asanya.

Meminta Shanin untuk tetap diam diposisinya. Meminta gadis itu untuk memulihkan kekuatannya agar dapat kembali melanjutkan hidup.

Shanin's Diary 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang