"ADA yang kita lewatin, tapi gue gak tau apa."Dari balik kepalanya yang berputar karna seharian ini berpikir, Al mengacak rambutnya frustasi disaat mereka sudah selesai memeriksa CCTV rumah sakit ini selama kurang lebih lima jam.
Mendapati sesosok laki-laki dengan sebuah topi dan masker yang dengan sempurna menutupi wajahnya itu terlihat memberikan sebuah bunga cantik kepada Shanaya tepat di depan kamar rawat inap Shanin.
Dan tentu saja, hal itu tidak membuahkan hasil apapun karna mereka kehilangan sosok mencurigakan itu di lobby utama. Terakhir terekam dari CCTV dengan menaiki sepeda motor ninjanya.
Alhasil disinilah mereka, duduk berhadapan setelah memesan berbagai jenis kopi di cafetaria rumah sakit yang dipercaya akan membuat mereka kuat membuka mata sepanjang malam.
"Bukan apa, mungkin maksud lo siapa?" timpal Richard dengan satu kaki yang tak bisa diam bergerak gelisah setelah menyeruput Americano hangatnya, "Ada yang mainin kita, dia mantau dari jauh. Dan masalahnya, kita gak punya clue sama sekali."
"Yang jelas dia orang yang ada kaitannya sama kita, karna dia tau banget letak kelemahan kita ada dimana."
Shanin, tentu saja gadis itu adalah sosok yang Raynzal sebutkan sambil bolak-balik berjalan tak bisa diam. Mengetahui kalau kelemahan mereka adalah dengan menyakiti satu-satunya gadis kesayangan mereka. Mengetahui kalau menyakiti gadis itu, sama saja dengan menyakiti mereka semua.
"Yang jelas gue gak akan tinggalin Shanin sendirian malem ini, terlalu bahaya dan terlalu beresiko. Even ada Chanel yang nemenin dia."
"Shanaya namanya, Nyet." koreksi Derren kesal dengan penyebutan Al yang tak pernah benar yang hanya sahabatnya itu respon dengan mengangkat bahu tak perduli.
Arkan tentu saja mengangguk, sengaja ia memesan triple shot espresso agar matanya tak menempel begitu terkena hembusan AC diruangan ini. Mendapati waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi disaat mereka baru saja menyelesaikan pengintaian di dalam kamera pengawas.
"Gue mau ke kamar Shanin, ada yang mau ikut?" Arga bangkit dari posisi duduknya, menuntun perjalanan mereka menuju ruang VVIP yang berada di lantai tujuh rumah sakit ini.
Mendapati situasi sekitar yang kini sudah sangat sepi, hanya beberapa suster dan penjaga saja yang lewat beberapa kali untuk memeriksa keadaan pasien.
Bahkan tadi saat mereka pergi ke cafetaria, hanya mereka ber-enam saja yang menjadi pengunjung pada malam menjelang pagi hari itu.
TING!
Pintu lift terbuka dengan lampu menyala yang menunjukan angka 7. Dipimpin oleh Arga dengan ditemani Arkan disampingnya, mereka berjalan melewati lorong rumah sakit yang tentu saja sudah kosong. Tak ada yang terdengar, membuat suara langkah kaki mereka saja yang menggema di sepanjang lorong ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary 2
Novela JuvenilSiapa yang tak mengenal Shanindya Violetta? Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali. Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...