Sorry,
But you're fighting the wrong enemy
SESUAI dengan omongannya kemarin mengenai dirinya yang tak akan masuk ke sekolah pada hari ini, cowok yang pagi ini terlihat tak ada niatan untuk mengenakan seragamnya itu nampak menginjakan kakinya disebuah gang yang keberadaanya tepat disamping sekolah.Sebuah gang panjang yang selalu dihuni oleh anak-anak nakal yang hobby memalak siapapun yang melewati gang hak milik tersebut.
Berjalan memasuki gang dengan nuansa mengerikan itu ditemani Raynzal dan juga Arkan disisi kanan dan kirinya, mendapati segerombolan siswa dan siswi yang tengah sibuk mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam kantong seorang siswa berkacamata.
Seperti berkaca, Raynzal sempat berdeham melihatnya. Memikirkan bahwa dirinya pernah berada diposisi seperti itu membuatnya malu pada dirinya sendiri.
Dan tentu saja pada Keyla.
"Gue ada perlu sama cewek yang sering bully Chanel." Seru Raynzal dengan penuh percaya diri, menghadiri tatapan mata dari kurang lebih sepuluh orang yang berada disana.
Ucapan yang tentu membuat Arkan menyiku bahu kokoh itu singkat, berdeham menahan malu dengan kepedean yang Raynzal miliki.
"Shanaya." Ralat Arkan cepat, "Musuhnya Shanaya."
Penyebutan nama yang mendatangkan seorang gadis manis berparas indah yang sedari tadi terlihat duduk disamping sosok Aksa.
"Gue?" Seru gadis bername-tag Sea itu sesaat setelah dirinya menginjakan kaki dua langkah dari posisi Arga, Arkan dan Raynzal.
Sebuah kesempatan emas yang dijadikan siswa berkacamata itu untuk melepaskan diri dari genggaman Zhabi dan Rasyal. Berlari menjauhi kerumunan untuk menyelamatkan dirinya.
"Gimana cara kalian tanggung jawab karna udah bikin mangsa pagi kita kabur?"
Aksa, dengan geramnya bersuara. Berakhir bangkit dari posisi duduknya dan mendaratkan kaki disamping gadisnya, Sea.
Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, Arga nampak meraih dompet cokelat miliknya dari dalam kantung celana, membukanya untuk kemudian menarik sepuluh lembar uang berwarna merah sebelum memberikannya kepada Aksa.
"Gue ada perlu sama cewek lo, jadi mending lo diem dan cabut."
Tentu, hal itu tak dapat diterima oleh Aksa. Karna setelah memberikan uang itu kepada rekannya agar mereka semua pergi dari sini, sebuah senyuman nampak terukir di bibir sedikit kehitaman cowok itu.
Menatap Arga dengan penuh arti sebelum merangkul Sea, "Yang lain bisa gue suruh pergi. Tapi, kita sepaket."
Arga menundukkan kepalanya penuh kekesalan, rasanya, ia tak memiliki waktu lama untuk meladeni drama Aksa dan masa lalunya. Karna ada hal yang lebih penting dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shanin's Diary 2
Teen FictionSiapa yang tak mengenal Shanindya Violetta? Gadis berparas menawan dengan kepala berhias rambut ungu terangnya itu, tentu sangat mudah untuk dikenali. Si gadis berbadan mungil dengan otak dua seringgit yang berhasil masuk ke dalam sebuah persahabata...