Double Me

56 3 2
                                    

"Joheun Achim." Re Na membungkuk sopan menyapa senior dan rekan kerja yang berada di dalam ruangan

"Re Na, selamat ulang tahun. Aku baru ingat ulang tahunmu setelah melihat SNS Su Bin."

"Gwencanha, gomawo Sunbae-nim."

"Kalau maknae di tim ini sudah bertambah usia, itu artinya kalian juga menua." Woo Bin seorang PD berita acara olahraga yang dibawakan Re Na tiba-tiba memasuki ruangan

"Anyeonghaseyeo PD-nim." Re Na tersenyum menyambut Woo Bin yang seumuran dengan para senior di ruangannya

"Re Na, kau ada waktu ? Aku ingin membahas siaran minggu depan." Woo Bin berjalan ke meja Re Na sambil mengayunkan kertas yang sudah digulung, sebuah kebiasaan yang sering dilakukannya

"Ne."

Woo Bin dan Re Na, keduanya fokus berdiskusi mengenai acara berita namun orang-orang di sekitar mereka terus saja memperhatikan dengan tatapan mencurigakan. Kebanyakan dari mereka sebenarnya menginginkan hubungan Woo Bin dan Re Na agar lebih dari sekedar rekan kerja, selain memiliki fisik yang serasi, keduanya juga dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan dan dianggap sangat cocok jika bersama.

"Baiklah, terima kasih atas waktumu Re Na." Woo Bin meninggalkan Re Na lalu berpamitan dengan mengacungkan satu tangan pada orang-orang yang masih sibuk melihat ke arahnya

"Jadi dia yang kau pilih."

"Jangan bercanda." Re Na merapatkan jarak kursi dan mejanya

"Hati-hati dengan dia."

Re Na mengikuti arah pandang Su Bin. Dia tersenyum pada Ji Ni yang melihatnya dengan sorot mata tajam, wanita itu sangat membenci Re Na, terlebih setiap kali Re Na berinteraksi dengan Woo Bin.

"Ini barang yang baru kau beli ?" Su Bin membuka kotak yang berada di atas meja kerja Re Na, "Re Na, kau tidak salah pilih item ? Tas ini sama seperti milik Ji Ni, dia juga baru membelinya."

"Bagus bukan ?"

"Kenapa kau membelinya ?" Su Bin menutup kembali kotak milik Re Na

"Karena bagus."

"Kalian berdua memiliki banyak barang yang sama. Ji Ni selalu membeli apa yang kau beli, kenapa sekarang jadi terbalik ? Apa kau senang memiliki barang kembaran dengan wanita jahat itu."

"Mau bagaimana lagi tas ini sangat cantik." Re Na memeluk kotak tasnya, "Tapi Su Bin, jangan asal bicara, Ji Ni tidak jahat."

"Tunggu sampai kalian berebut siaran yang sama." Su Bin kembali ke tempat duduknya

Akhir pekan tiba, hari ini Re Na tidak ada jadwal siaran berita olahraga, karena Woo Bin sudah mengatakan siaran minggu ini dibatalkan untuk acara yang lain, Re Na bersemangat karena dapat tidur lebih lama lalu bersantai, namun harapannya seketika hancur karena Ibunya selalu memiliki jadwal membangunkan dia.

"Eomma ! sudah aku bilang hari ini aku tidak perlu bangun pagi." Re Na menarik selimut berwarna hitam miliknya

"Cepat bangun, jangan lupa sarapan !" Ibu Re Na kembali menyingkap selimut putrinya dan menjatuhkannya ke lantai

"Aish, katanya jangan suka menaruh barang di lantai." Re Na mengambil selimut yang sudah tergeletak di lantai dengan mata tertutup, "Aku tidak akan melakukan apa pun hari ini, untuk apa aku sarapan, rencana diet ku bisa gagal karena Eomma."

Re Na meletakan selimutnya di atas kasur dan berjalan keluar kamar tanpa membasuh muka lebih dulu, rambutnya pun dibiarkan terurai berantakan.

"Anak ini benar-benar pemalas. Cuci muka dan sikat gigimu dulu." Ayah Re Na melipat kedua tangannya di dada

"Aku tidak akan makan, aku hanya akan menemani Appa makan." Re Na memeluk sang Ayah yang belum dilihatnya lagi setelah hari ulang tahunnya, keduanya tersenyum karena saling melepas rindu.

"Kau harus sarapan." Ibu Re Na meletakan mangkuk nasi milik Re Na, "Kalian berdua cepat duduk, kita makan selagi sup nya hangat."

"Ne." Re Na berjalan menuju sang Ibu dan memberikannya morning hug juga

Di sela makan, Re Na berulang kali merapihkan rambutnya agar tidak ikut menjadi lauk.

"Ikat rambutmu !" Ibu Re Na menatap Re Na kesal

"Re Na, jebal bersikaplah dengan baik ketika di rumah, sebaik saat kau di kantor, fantasi para pria bisa hancur kalau melihatmu seperti ini, bagaimana Appa bisa menjodohkanmu dengan anak dari kolega Appa kalau kau terus begini."

"Appa ! berhenti bicara mengenai perjodohan, aku sudah sering mengikuti acara untuk keluarga polisi. Anak-anak kolega Appa tidak ada yang menarik. Semuanya membosankan. Tidak ada yang cocok denganku."

"Lalu siapa yang cocok denganmu ? Kau selalu menolak setiap akan dikenalkan secara pribadi dengan mereka. Kau tahu mereka semua pemegang sabuk tertinggi bela diri."

"Memang hanya yang pintar bela diri saja yang bisa menjagaku."

"Re Na, dengarkan Ayahmu, usiamu sudah 28 tahun, sudah saatnya kau memikirkan pernikahan."

"Aku baru 28 tahun Eomma." Re Na nyaris tersedak ketika menanggapi ucapan Ibunya, "Baiklah, akan segera aku bawakan seorang menantu yang baik untuk kalian, walaupun orang tuanya bukan anggota polisi seperti Appa dan bahkan dia tidak ahli dalam bela diri. Aku pastikan dia bisa melindungi ku dan kalian tetap bisa membanggakannya." Ucap Re Na dengan penuh percaya diri

Kedua orang tua Re Na tersenyum mendengar ucapan putrinya sambil sesekali saling melirik tanda tidak percaya.

Setelah sarapan Re Na berinisiatif keluar rumah untuk sekedar melihat pemandangan sekitar. Dia menutupi pakaian tidurnya yang minim menggunakan jaket tebal dengan panjang selutut.

"Siapa yang pindah rumah di pagi hari ?" Re Na menghampiri sebuah truk khusus untuk membawa barang pindahan dari calon tetangga di seberang rumah

"Ho, pindahkan mobilmu, truk nya sudah akan pergi !" Teriak seorang wanita yang seumuran dengan Ibu Re Na

Wanita dengan cardigan cokelat itu berjalan memasuki gerbang rumahnya, tidak lama kemudian keluar seorang pria bertubuh tinggi sambil memainkan kunci mobil di jari telunjuknya. Pria itu menatap Re Na sebelum dia masuk ke dalam sebuah mobil SUV.

"Siapa dia ? kenapa berdiri di depan rumahku dengan penampilan seperti itu, apa di daerah ini juga ada tunawisma ?"

Setelah memindahkan mobil, pria itu segera menghampiri supir truk dan mengucapkan beberapa kata. Pengemudi truk tersenyum usai pria itu membungkuk sopan lalu sang pengemudi mengendarai truknya. Ketika truk sudah mulai menjauh barulah dia menegur Re Na yang dianggapnya tuna wisma tadi, namun sebelum mengucapkan sepatah kata, Re Na lebih dulu menanyakan sesuatu yang membuatnya terkejut.

"Ho ? Su Ho ?" Re Na menunjuk pria di depannya dengan mata berbinar

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang