Monochrome

21 0 0
                                    

Mobil Seung Ho memasuki area parkir pemakaman. Dia lalu menempati tempat parkir yang kosong dan segera menoleh ke arah Re Na di sampingnya.

"Igeon aniji ? Hm ?" Ucap Re Na dengan tatapan kosong ke depan sembari berusaha menarik dirinya dari kenyataan

Seung Ho merespon dengan menggenggam tangan kiri Re Na.

Re Na lalu menjauhkan tangan kirinya dari Seung Ho dan mengaitkan kedua tangannya. Perasaan bersalah, sedih, marah, dan takut berkecamuk dalam dirinya. Dia benci ketika melihat pantulan wajahnya dari kaca spion dan segera menundukkan kepala.

"Jib ga. Aku mau pulang saja."

Berat bagi Seung Ho menuruti perkataan Re Na, selain dia bisa menduga bahwa mereka akan putus kontak setelah ini, karena begitu lah karakter Re Na setiap mereka memiliki masalah. Seung Ho pun takut dengan respon Ayah Re Na jika beliau mengetahui hal yang sudah Seung Ho sampaikan pada Re Na.

Seung Ho menyandarkan tubuh sambil memejamkan mata, dia memijat pelan bagian kepala sambil menyesali tindakannya.

"Mari kita ucapkan salam perpisahan padanya dulu. Aku sungguh tidak tahan dengan semua ini."

"Shireo, kita pulang saja."

"Lalu apa setelah itu ? Hidup normal seperti biasa ? Aku tahu kau tidak mungkin melakukannya ! Hadapi ini lalu kita pergi ke Amerika !" Ucap Seung Ho dengan nada tinggi

Re Na melihat Seung Ho dengan tatapan kosong.

"Jebal.. Aku sudah muak." Sambung Seung Ho, kali ini dengan nada memohon, sorot matanya nampak begitu frustasi untuk meyakinkan Re Na.

"Apa kau tidak muak melihatku ? Setiap kali kau menatapku, mataku, aku akan selalu mengingatkanmu pada kejadian buruk yang kau alami."

"Kita sudah dewasa Re Na, aku tidak mungkin mendekatimu jika itu menyakitkan. Aku yang lebih tahu perasaanku sendiri."

"Naneun hal su eobsda, aku tidak bisa. Berada di dekatmu saat ini membuatku sulit bernafas. Mengetahui Su Ho bukan sekedar nama dan nyawanya melayang karena kesalahanku itu aneh, Ho. Mencintai saudaranya padahal aku yang membuat seluruh keluarganya menderita itu seperti hal gila, tapi disaat bersamaan aku tidak bisa membedakan kalian berdua."

Seung Ho memeluk tubuh Re Na erat, tidak ada kata yang ingin diucapkannya selain untuk membuktikan perasaan yang tulus pada gadis itu.

Re Na terpaku dalam pelukan Seung Ho. Air matanya mengering, namun perasaan tidak nyaman masih singgah dihatinya.

"Aku akan memesan tiket untuk sore ini."

Re Na mendorong tubuh Seung Ho menjauh, dia memalingkan pandangan dari pria di hadapannya.

"Pergilah sendiri, aku minta maaf tidak bisa sepenuhnya menebus kesalahanku tapi aku harap kau bisa menjalani hidup yang kau inginkan."

"Aku ingin hidup bersamamu !"

"Kau membenciku Ho. Ani, Seung Ho."

"RE NA !"

"Mwo ! Sekarang kenapa kau lari ? Kau itu sudah muak dengan hidupmu dan aku penyebabnya ! Apa kau masih tidak mengerti !" Ucap Re Na yang menjadi emosional, dia segera menarik handle pintu dalam mobil namun pintu itu masih terkunci, "Buka pintunya." Pinta Re Na sambil menahan tangis

"You wish." Balas Seung Ho yang terdengar kasar, namun air matanya sudah menetes.

Re Na mengambil ponsel dan satu-satunya hal yang terpikirkan di kepalanya adalah ucapan Chan Sung pagi ini. Dia segera mengirim chat berbagi lokasi dan meminta pria itu untuk segera menjemputnya.

Chan Sung bergegas menjemput Re Na usai setengah hari ini dia termenung sambil menatap kosong layar televisi, tidak peduli berapa banyak berita yang sudah ditayangkan, dia masih tidak dapat menangkap satu pun info yang diberikan sang pembaca berita.

"Kau dimana ? Aku sudah berada di sekitar lokasi yang kau kirimkan."

"Aku di dalam mobil Seung Ho. Mobil SUV warna--"

Seung Ho yang diam saja selama lebih dari setengah jam tiba-tiba merebut ponsel dari tangan Re Na dengan cepat. Dia mematikan panggilan telepon yang bahkan tidak diketahuinya dari siapa, hanya saja firasatnya menggerakkan dia untuk bertindak sigap.

"Mati ?" Chan Sung terkejut usai melihat layar LED mobil yang terhubung dengan ponsel bahwa panggilan teleponnya dengan Re Na terputus, "Di dalam mobil ? Apa parkiran ?" Dia bermonolog demi memecahkan teka-teki keberadaan Re Na

Chan Sung mengelilingi parkiran pemakaman sambil melihat setiap mobil yang dia lewati. Dalam waktu bersamaan Seung Ho dan Re Na terlibat pertengkaran kecil, keduanya berebut ponsel Re Na yang masih dipegang erat oleh Seung Ho.

Dug. Dug. Dug.

"Buka pintunya !" Teriak Chan Sung sambil berulang kali menggedor kaca dan menarik tuas pintu mobil Seung Ho

Seung Ho kemudian menyalakan mesin mobil untuk meninggalkan parkiran, namun Chan Sung segera berlari ke arah belakang dan menghalangi laju mundur mobil itu.

"Kau akan terkena masalah jika menabrak ku atau pun menahan Re Na di dalam !" Teriak Chan Sung yang tentu saja dapat didengar Seung Ho

"Seung Ho, aku sungguh tidak tahan lagi. Aku ingin pulang dengan Chan Sung Oppa." Ucap Re Na

"Argh ! Kenapa harus dia ?" Seung Ho mengerang sambil menggenggam stir mobil erat, "Aku bilang temui Su Ho dan akhiri semuanya. Itu takdir kita, takdir yang ingin aku buat."

"Semuanya mungkin sudah berlalu untukmu, tapi tidak denganku. Aku masih merasa bersalah, Su Ho dan Ibumu, aku tidak bisa mengabaikan mereka." Ucap Re Na yang semakin tercekat dengan kalimatnya sendiri, "Terima kasih sudah memahami posisiku saat itu. Terima kasih kau sudah mencintaiku, aku juga mencintaimu Seung Ho. Terima kasih." Re Na menghapus air mata Seung Ho dan mengelus pipi kekasihnya, kalimat yang dia ucapkan terdengar seperti kalimat perpisahan, karena baginya sudah tidak ada masa depan yang bisa dia tatap bersama Seung Ho.

"Aniya.. aniya.." Seung Ho memegang tangan Re Na yang masih melekat di pipinya sambil menggelengkan kepala, "Gajima, aku tidak memiliki siapapun lagi Re Na."

Re Na luluh dengan ucapan Seung Ho. Dia tidak bisa meninggalkan pria itu begitu saja terlepas dengan perasaan pribadinya.

"Beri aku waktu."

"Araseo, tapi lakukan semuanya di sekitarku. Segala hal yang menimpa keluargaku bukan kesalahanmu, kami hanya bernasib buruk."

"Mianhae." Re Na menangis dan kembali merasa bersalah

Seung Ho akhirnya membuka kunci mobil. Dia membiarkan Re Na pulang bersama Chan Sung. Tidak ada yang dapat dia lakukan ketika tatapan marah Chan Sung seperti menghardiknya. Chan Sung menuntun Re Na untuk masuk ke dalam mobilnya dan memakaikan sabuk pengaman sebelum menutup pintu penumpang yang diduduki Re Na.

Re Na pulang ke rumah dalam kondisi tenang usai Chan Sung membiarkan dia meluapkan perasaan sedihnya. Chan Sung membawa Re Na ke sekitaran sungai Han dan tanpa mengatakan apapun meninggalkan gadis itu sendirian di dalam mobil. Chan Sung tentu tahu apa yang sedang dihadapi Re Na, sebuah kenyataan yang sebenarnya. Re Na pasti sudah tahu tentang Su Ho, karena tempat dia menjemput Re Na tadi adalah tempat jasad Su Ho bersemayam.

Waktu berlalu, Seung Ho akhirnya membatalkan rencana untuk pergi ke Amerika, dia memilih untuk melanjutkan semua hal yang sudah dia jalani di Korea. Pilihannya tersebut tentu didorong oleh faktor keberadaan Re Na. Seung Ho masih bisa melihat Re Na kapan pun dia mau, kekasihnya itu pun tidak menghindar setiap kali mereka bertemu, namun terlihat Re Na membutuhkan waktu lebih lama untuk tidak menyalahkan diri sendiri.

Re Na kini menjadi seorang pendiam, keceriaan di wajahnya meredup, dia menjadi jarang tersenyum atau pun berinteraksi lama dengan banyak orang termasuk keluarga dan sahabatnya. Dia selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali orang-orang terdekatnya bertanya dan tidak hanya itu, dia selalu menghindar saat melihat sosok dirinya di cermin atau pun di layar televisi. Diluar tanggungjawabnya sebagai pembawa berita dia selalu mengenakan kacamata sebagai bagian dari caranya menutup diri dan juga membenci diri. Re Na seperti kembali dalam kegelapan.

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang