Peek A Boo

32 0 0
                                    

Re Na menemani Ibunya berbelanja ke toko furniture, rencananya mereka akan membeli satu set meja dan kursi baru yang akan diletakkan di taman rumah, karena meja dan kursi sebelumnya sudah mulai rusak akibat perubahan musim selama bertahun-tahun.

"Set meja dan kursi ini termasuk model lama, apa Nyonya dan Nona tertarik melihat model terbaru dari kami ?" Tanya Salesman toko

"Ya tentu."

"Baiklah, mari ikuti saya."

Re Na dan Ibunya mengikuti salesman tersebut sambil melihat beragam model set meja dan kursi taman yang mereka lewati.

"Ini dia. Untuk set terbaru ini kami menggunakan besi yang lebih kuat dan tebal dengan design lebih modern. Bisa dilihat dari ukirannya yang masih jarang ditemui di toko-toko lain."

"Boleh saya coba ?" Tanya Re Na

"Tentu, silahkan Nona."

Coba dalam pengertian Re Na ternyata bukan sekedar duduk diam atau pun sambil menggoyang-goyangkan kaki kursinya. Dia benar-benar mencoba dengan berbagai cara seperti bersandar, menaikan kedua kaki lalu menggoyang-goyangkannya, duduk di pinggiran kursi yang seharusnya menjadi tempat sandaran tangan, bahkan dengan rok jeans pendeknya Re Na juga berani untuk berbaring dan telungkup di atas kursi, tentu saja usai meminjam jaket sang Ibu agar menutupi kaki jenjangnya.

"Re Na !" Ibu Re Na menegur putrinya dengan mulut yang tertutup

"Ah wae ?" Keluh Re Na karena menyadari sang Ibu malu dengan sikapnya

Ibu Re Na diam saja sambil memandangi anaknya dengan tatapan marah. Hal itu berhasil menghentikan tindakan Re Na.

"Tinggi kursi dan mejanya pas, keduanya juga kuat, tapi sandaran tangan di kursinya terlalu tinggi jadi tidak nyaman untuk leher ketika berbaring." Ucap Re Na memberikan laporan pada Sang Ibu

"Kau membuat Eomma malu. Kenapa bersikap seperti itu ?" Dengan berbisik Ibu Re Na memarahi putrinya

"Kita akan membeli set ini untuk bersantai di taman, jadi tidak mungkin aku hanya mencoba duduk saja lalu menaruh satu kakiku di atas satu kaki lainnya." Jawab Re Na dengan tenang, "Sekarang terserah Eomma akan membelinya atau tidak."

Ibu Re Na melirik ke arah salesman yang mendengar perkataan putrinya. Salesman itu hanya tersenyum dengan ramah sambil meyakinkan dengan sikapnya bahwa tindakan Re Na tidak menyalahi aturan di toko mereka.

"Memangnya kau mau tidur siang di taman ?"

"Mungkin saja, kalau sandaran tangannya terasa nyaman di leherku."

"Baik kita akan membelinya, agar kau tidak pernah melakukan itu !"

"Aish, Araseo !"

"Baiklah, kami ambil yang ini. Saya akan membayar dengan kartu debet."

Ibu Re Na berbicara dengan lembut pada salesman toko yang melayani mereka, padahal beliau baru saja memarahi Re Na dan bahkan masih merasa malu atas sikap putrinya itu.

"Baik Nyonya, tunggu sebentar saya akan bantu proses."

Sang salesman meninggalkan Re Na dan Ibunya, namun hubungan keduanya menjadi lebih dingin bahkan saling mengindari tatapan satu sama lain. Sejak awal Re Na memang menolak ajakan Ibunya untuk ikut, hal itu membuat Re Na tidak berdandan dan memilih baju secara asal, namun ternyata itu menjadi awal dari kemarahan sang Ibu ditambah dengan tindakan Re Na barusan.

"Baik Nyonya mari ikut saya untuk pembayaran."

"Biar aku saja. Aku akan membelikan ini untuk Eomma."

BLINDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang