Seung Ho merasa terganggu dengan sikap Re Na, dia lalu menepikan mobil dan berdecak kesal menatap Re Na. Gadis itu tidak mengerti dengan situasi yang tejadi diantara mereka, matanya masih menunjukan kebahagiaan karena merasa sudah sedikit bermain dengan Seung Ho.
"Turunlah."
"Eh ?"
"Di belakang kita ada halte bus."
"Laluuu ?" Re Na masih melanjutkan permainannya dengan menggoyang-goyangkan kepala
"Kau naik bus saja."
"Aku punya kau di sini, kenapa harus naik bus ?"
Seung Ho melepaskan kacamatanya untuk menatap Re Na lebih serius.
"Jjang." Re Na terpanah dengan visual Seung Ho tanpa mengenakan kacamata
"Dengarkan aku, aku bukan Ho."
"Baik sudah aku dengarkan. Aku juga tahu kau adalah Su Ho."
"Aku juga bukan Su Ho."
"Ne ?"
Re Na dibuat bingung oleh perkataan Seung Ho. Benar, Ayah Re Na memang melarang Seung Ho untuk menceritakan perihal Su Ho, tapi bukan berarti dia tidak bisa memberitahu perihal dirinya sendiri, Seung Ho.
"Lalu siapa ?"
"Namaku Seung Ho." Mata Seung Ho masih intens menatap Re Na tajam, namun seketika bola matanya tidak bergeming untuk memperbaiki ucapannya, "Kau hanya boleh memanggilku Ho saat di depan Ibuku, tapi di luar itu panggil aku dengan benar."
Seung Ho kembali mengingat kondisi Ibunya, dia harus tetap berpura-pura sebagai Su Ho ketika di rumah, sedangkan Re Na masih berhubungan baik dengan sang Ibu. Re Na bisa membuat masalah jika memanggilnya dengan nama asli di depan sang Ibu.
"Tunggu, tunggu, Maksudmu apa ?"
Seung Ho membuang nafas berat lalu bersandar sambil memejamkan mata.
"Apa kau ingat dulu kita sering menggambar ?"
"Hanya kau ! Dulu aku tidak bisa melihat, bagaimana bisa menggambar." Re Na mengerucutkan bibirnya
"Iya itu maksudku. Dulu kau sering menulis S H - R N di ujung buku gambarku bukan ?"
Re Na mengangguk sambil mengeluarkan suara tanda dia mengiyakan.
Seung Ho lega tebakannya tidak meleset. Dia masih ingat bagaimana tulisan tangan kembarannya, karena sejak terpisah mereka sering berkirim surat, sedangkan semua huruf yang terdapat di buku gambar Su Ho berbeda dengan tulisan tangan Su Ho, namun bisa dipastikan huruf itu ditulis oleh orang yang sama.
"S H adalah Seung Ho. Aku berbohong selama ini."
"Kau serius ?" Re Na menarik kerah baju Seung Ho dengan pelan
Tubuh Seung Ho tertarik ke arah Re Na, dia terkejut dengan tindakan Re Na dan merasa gadis itu sudah bersikap lancang padanya. Seung Ho segera menyingkirkan tangan Re Na dan membenarkan posisi duduknya.
"Lihat aku dan bicara dengan benar."
"Apa perkataanku belum jelas ?" Seung Ho mengikuti keinginan Re Na
"Tidak mungkin, orangtuaku saja mengenalimu sebagai Su Ho."
"Aku juga membohongi orangtuamu."
"Lalu Ibumu ? Tunggu dulu, dia memang tidak pernah memperkenalkan mu sebagai Su Ho dan terus memanggilmu Ho."
Seung Ho mengangguk-anggukkan kepala sambil memikirkan ternyata banyak hal yang mendukung kebohongannya.
"Karena itu kau harus panggil aku Ho saat ada orangtua kita.. karena tidak ada yang tahu kebohonganku.. Ani, cukup di depan Ibuku saja dan sampaikan itu pada orangtuamu."
"Araseo Seung Ho-ya." Ucap Re Na dengan wajah cerianya
Seung Ho tersenyum mendengar Re Na memanggil namanya. Dia merasa sudah diakui sebagai Seung Ho, dirinya sendiri.
Seung Ho kembali melajukan mobil dan melupakan permintaannya pada Re Na, gadis itu masih tetap duduk di kursi penumpang dan sedang sibuk mengganti-ganti saluran radio di dalam mobilnya.
"Terima kasih sudah mau mengantarku." Re Na lalu tersenyum cerah ketika mereka sudah sampai di depan rumahnya
"Baiklah." Ucap Seung Ho tanpa ekspresi
"Bagaimana kalau besok pagi kita pergi ke kantor bersama ?"
"Aniya, pergi saja dengan mobilmu sendiri atau naik kendaraan umum."
"Ne." Raut wajah Re Na berubah kecewa
Tidak lama setelah dia turun dari mobil Seung Ho, dia melihat mobil ayahnya tiba. Re Na fokus melambaikan tangan pada bagian kursi kemudi tempat sang Ayah berada. Seung Ho lalu meninggalkan Re Na yang berjalan menghampiri mobil Ayahnya.
"Appa, tadi aku pulang bersama Seung Ho. Kau tahu ternyata kami satu kantor, aku bertemu dengannya begitu saja, sungguh kebetulan, aku senang sekali bisa sekantor dengannya." Re Na merangkul lengan Ayahnya yang baru keluar dari mobil
"Seung Ho ?"
"Ne. Ah, kau pasti belum tahu. Kita dibohongi, nama asli Ho itu bukan Su Ho, tapi Seung Ho, eh tapi kalau Appa bertemu dengannya cukup panggil dia Ho, sepertinya dia lebih akrab dipanggil Ho kalau di rumah."
"Baiklah cukup panggil dia Ho seperti biasa."
Ayah Re Na langsung mengerti situasi yang terjadi, dia menyesali putrinya yang bisa dengan mudah menemui Seung Ho, tapi ketakutannya sedikit berkurang berkat kebohongan Seung Ho yang tidak dia ketahui secara pasti. Entah mengapa, dia hanya merasa bisa mempercayai Seung Ho ketika membuat kesepakatan dengan anak itu.
"Appa tidak marah padanya ? Dia membohongi kita."
"Tentu saja Appa marah."
"Jangan bohong, aku masih bisa melihat senyummu."
Ayah Re Na tertawa dan keduanya berjalan memasuki rumah.
Re Na langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa mengganti pakaiannya. Dia masih bersemangat mengingat pertemuan dengan Seung Ho di kantor mereka.
"Ya ampun ! aku belum tahu dia kerja di bagian apa, kalau begitu aku harus bertanya padanya besok."
Re Na berjalan ke closet pakaian untuk memilih pakaian apa yang harus dia kenakan saat bertemu dengan Seung Ho lagi.
"Dia tidak akan menolak ku bukan kalau aku langsung memintanya memberikanku tumpangan ?" Re Na tersenyum jahil
Re Na bertekad untuk bersiap-siap lebih cepat, gadis itu belum mengetahui jadwal biasa Seung Ho berangkat ke kantor. Oleh karena itu dia harus ke rumah Seung Ho lebih dulu sebelum terlambat.
Ketika Re Na baru keluar dari pintu gerbang rumahnya, dia melihat Seung Ho sudah berada di dalam garasi mobil. Re Na berlari dengan cepat untuk menghemat waktu agar Seung Ho tidak meninggalkannya, beruntung pagi ini dia mengenakan sneakers sehingga dapat berlari dengan nyaman.
"Joeun achim, uri Ho."
Seung Ho terkejut melihat Re Na yang menghalangi jalan mobilnya dengan wajah yang nampak kelelahan.
"Uri ?" Seung Ho menyipitkan salah satu matanya
Re Na tidak memperdulikan keanehan yang tergambar di wajah Seung Ho, dia segera bertindak cepat dengan mengambil posisi duduk di kursi penumpang depan.
"Pagi Seung Ho, hari ini aku putuskan untuk pergi bekerja bersamamu dan ada yang lupa aku tanyakan sebelumnya, aku lupa bertanya kau kerja di bagian apa ?" Re Na sibuk memakai sabuk pengamannya
"Keuangan."
Seung Ho pasrah dengan kehadiran Re Na yang tiba-tiba, namun dia lega sepertinya Re Na mengerti perkataannya semalam. Dengan Re Na yang memanggilnya Ho saat berada di depan mobil, dia tidak perlu khawatir kalau Ibunya tadi mendengar suara Re Na.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND
General FictionSeung Ho dan Su Ho, dua saudara kembar yang harus terpisah jarak karena perpisahan orang tua mereka kini terlibat kisah cinta yang rumit dengan Re Na, gadis yang mencintai keduanya namun hanya mengenali mereka sebagai satu orang yang biasa dipanggil...